Katerina berjalan dengan sikap ditenang-tenangkan sepanjang koridor sekolah. Sungguh, ia gugup sekali menghadapi hari pertamanya di sekolah ini. Surat lamaran yang diajukannya tiga bulan yang lalu tiba-tiba mendapat respons yang baik dan setelah melalui wawancara yang cukup menegangkan, rapat pengurus sekolah menerimanya mengajar di SMP yang cukup elit, SMP Matahari.
Uuh…apakah rambutnya masih rapi? Ia meraba rambutnya dan tersenyum lega, masih…
"Ibu Katerina…" sapa kepala sekolah dengan ramah. Ia mempersilahkan Katerina duduk lalu membuka beberapa map. "Hm…terus terang saya sempat meragukan Anda dalam wawancara terdahulu, tetapi saya terkesan oleh semangat Anda yang besar untuk mendidik anak-anak ini. Yakinkah Anda bisa menanganinya?"
"Saya akan berusaha sekuat tenaga." jawab Katerina cepat. "Saya benar-benar jatuh cinta pada anak-anak…"
"Itu bagus. Pertahankanlah…" Bu Amelia tersenyum sendiri. "Oh, ya…loncengnya akan segera berbunyi, silahkan bersiap-siap. Sementara ini Anda hanya mengajar tiga kelas 1 dan satu kelas 2. Semoga berhasil."
Bu Amelia menyerahkan selembar kertas pada Katerina sebelum gadis itu beranjak pergi. Jadwal pelajaran yang harus ia pegang. Hm…jam pertama ini ia mengajar di kelas 2C. Ia harus memberi kesan baik pada pertemuan pertama ini.
Katerina melangkah perlahan keluar dari ruang guru, melirik arlojinya…sudah pukul 7 tepat, lonceng baru saja berbunyi tetapi anak-anak masih saja berlarian dan bercanda di luar kelasnya.
Oh, Tuhan…beri aku kekuatan… Mereka semua begitu lincah..dan sepertinya nakal-nakal…
Mengingatkannya akan dirinya sendiri bertahun-tahun yang lalu… Juga teman-temannya yang nakal.
Anak-anak berebutan masuk ke
kelas 2C begitu Katerina masuk melalaui pintu dan segeralah kosong lapangan yang tadinya penuh murid-murid. Oo.. rupanya mereka semua baru masuk kalau guru sudah berada di dalam kelas.
"Ehm…"
Katerina mendehem agar suara riuh anak-anak itu berhenti. Tidak begitu berhasil. Mereka semua sibuk berbicara pada saat yang bersamaan, sperti suara lebah di telinganya.
"Hallo, selamat pagi… Hari ini pertama kalinya kalian bertemu saya. Mulai hari ini saya mengajar bahasa Inggris kalian… Nama saya adalah Katerina. KATERINA." Ia mengambil kapur dan menuliskan namanya di papan tulis. "My name is Katerina and you may all call me by Miss Katerina, Mam or Ibu Katerina… Everytime I say good morning to you, I really expect you to answer me. Is that clear?"
Seketika suasana menjadi hening. Tadi Katerina bicara menggunakan bahasa Inggris dengan cepat sekali. Tak banyak yang mengerti ucapannya.
"Anda bicara apa, sih?" Tiba-tiba seorang anak laki-laki berambut coklat dan wajah indo yang kentara berdiri dan bertanya dengan lagak menyebalkan. "We don`t understand your saying."
Katerina terkesiap menghadapi kekurangajaran yang pertama ini, tetapi kemudian ia tersenyum.
"Good English. I am sure you would understand if you weren't talking to each other while I was speaking."
"Or maybe because you talked too fast and your pronunciation was awful." Sahut anak itu cepat. Senyum mengejek tersungging di sudut bibirnya. Katerina terperangah. Benar-benar kurang ajar…
"I don`t think…"
"The problem is that you don`t think. Have you lived abroad?" Anak itu mengangkat bahu. "I lived in The States for almost my entire life… I don`t need you teaching me English."
"No, I`ve never lived abroad before." jawab Katerina pelan. Ia berjalan lambat-lambat ke mejanya, mengeluarkan buku-buku dan alat tulis. Pandangannya menatap ke arah 30 murid yang ada di kelas itu. "Where should we start? Have you studied lesson six?"
"Mam..? Hallo..!"
Katerina melihat anak itu masih berdiri di tempatnya dan melotot karena tidak diacuhkan.
"You`re still here? I thought you have left…" katanya pura-pura heran, "You said that you don`t need me teaching you English…"
"Well…I…" Anak itu kebingungan karena Katerina bisa menanganinya dengan baik. Ia menjadi marah lalu pergi keluar kelas setelah mendengus keras. "Huuh…!"
SLAM!
Pintu terbanting di belakangnya. Seketika seisi kelas terdiam hening. Katerina menghela nafas. Hari pertamanya mengajar tak pernah diduganya akan seburuk ini.
"Anyone else?" tanyanya.
Tak ada jawaban.
"Baiklah, pertama-tama Miss ingin membuat perjanjian dengan kalian untuk selalu berusaha menggunakan bahasa Inggris untuk melatih kalian.. Kedua, Miss selalu terbuka pada kalian dalam segala hal, bila ada masalah tolong dibereskan segera, I don't want people talking behind my back... Ketiga, Miss ingin sekali mengenal kalian semua…ada daftar absen?"
Seorang anak laki-laki bertubuh jangkung maju dan menyerahkan buku daftar absen. Katerina tersenyum manis dan mengucapkan terima kasih. Ia melihat bahwa hari ini semua anggota kelas hadir dan mulai memanggil nama mereka satu persatu sambil berusaha keras mengingat wajahnya.
"Andy… Bakti… Denny… Dian… dst." Ketika tiba pada satu nama ia sadar bahwa tak ada yang mengacungkan jarinya. "Michael…!"
Ia memandang sekelilingnya.
"Is Michael sick?"
Tak ada respons. Katerina pun sadar bahwa si bandel yang keluar dari kelasnya barusan adalah murid yang namanya sekarang sedang ia panggil.
"Okay, I will continue… Nita?"
Seorang anak perempuan berkulit putih dan berwajah cantik dengan rambut panjang yang indah mengacungkan jarinya. Katerina melanjutkan absen sampai selesai dan ternyata semua orang hadir kecuali Michael.
Ia kemudian menyuruh seorang anak membacakan wacana lalu mereka bahas bersama-sama. Rata-rata kemampuan bahasa Inggris mereka bagus kecuali waktu berbicara. Katerina mengerti bahwa sistem belajar di sekolah-sekolah cenderung terarah pada bahasa Inggris pasif. Ia bertekad mengubahnya kelak.
"Oops, the bell rings…Okay, we`ll see each other again on Wednesday. Today has been great. Thank you…" Ia membereskan buku-bukunya lalu berjalan keluar. Kelas itu kembali ribut di belakangnya.
Fiuuh…suasana kelas hari ini tidak seperti harapannya. Sejak kepergian Michael tadi rasanya suasana agak tegang.
Jam ke-3 dan ke-4 Katerina mengajar di kelas 1A. Mereka semua adalah anak yang manis. Jauh berbeda dengan kelas 2C yang nakal itu.
***
"Kelas 2C, ya?" tanya Bu Mira yang bertubuh gemuk saat istirahat di ruang guru. Katerina mengangguk. "Oh, mereka itu memang biang masalah. Michael bukan cerita baru lagi…"
"Katanya dia pernah tinggal lama di Amerika Serikat, benarkah itu, Bu?" Katerina mengaduk tehnya lalu diteguk sekali. "Bahasa Inggrisnya bagus sekali.."
"Ayahnya memang orang sana. Kabarnya, sih, orangtuanya bercerai dua tahun lalu. Kasihan, anak-anak yang selalu menjadi korban…" Bu Mira mengangkat bahu. "Dia memang anak yang cerdas, tapi… bandelnya itu nggak ketulungan…!"
"Besok saya tidak ada kelas…" Katerina melirik arlojinya. "Sebaiknya saya pulang sekarang. Sampai jumpa hari Rabu…"
"Oh, ya…hati-hati Bu Katerina..!"
Katerina membereskan tasnya lalu beranjak pergi, tak lupa tersenyum sana-sini pada guru-guru yang berpapasan dengannya.
Waahh… banyak sekali anak-anak berseliweran dengan jajanan mereka. Katerina berhenti sebentar saat melewati lapangan Basket. Di situ anak-anak lelaki yang sebagian besar muridnya sedang asyik bermain Basket, dengan tangkas mendribel bola kesana-kemari lalu di-shoot dengan tepat.
"Haiiii..!" Katerina melambai pada mereka dengan semangat. "Istirahat sebentar lagi selesai, lho…jangan keasyikan main Basketnya..!"
Murid-muridnya tertegun, saling pandang…lalu mengangguk ragu-ragu.
Katerina tersenyum lebar, melambai sekali lagi lalu meneruskan perjalanannya pulang. Janji makan siangnya dengan Rio masih lama sekali, ia memutuskan untuk mencari buku ke perpustakaan umum dulu.