"Tunggu sebentar, Vin. Ada sedikit kesalahan teknis." cegah Rama.
'Bagus.' sorak Ditya dalam hati. 'Panas ini cukup untuk membuat wajah aku terlihat pucat ditambah lagi sejak tadi kami berdiri. Mengingat tekanan darahku yang rendah, maka seharusnya saat ini wajahku sudah mulai pucat.' prediksi Ditya. Ditya bergerak berlebihan, sambil menunduk dia menghentakkan kakinya bergantian lalu menyeka keringatnya seolah-olah dia merasakan sesuatu yang mengganggu.
Niar yang sedari tadi melihat kelakuan temannya bertanya, "Kamu kenapa Dit?"
"Niar, apakah wajahku pucat?" tanya Ditya.
"Ya ampun benar. Wajah kamu pucat. Kamu sakit?"
"Kepalaku pusing." jawab Ditya singkat.
"Kalau begitu kamu ijin aja balik ke barak." kata Niar khawatir. Dia takut Ditya tumbang lagi seperti semalam. "Kak Desta!" panggil Niar.
"Kenapa Niar?" tanya Desta menghampiri mereka.
"Ditya sepertinya sakit, Kak. Lihat wajahnya pucat. Aku suruh dia kembali ke barak tapi dia nggak mau."
"Kamu kembali ke barak aja Dit. Daripada kamu kenapa-kenapa." kata Desta.
"Memangnya boleh kak? Aku nggak enak sama yang lain. Aku sering merepotkan kalian." tanya Ditya dengan wajah memelas.
"Kenapa nggak?" Desta lalu memanggil Vina. "Vin, bisa minta tolong antar Ditya kembali ke barak? Dia sakit."
"Ok."
"Makasih ya Kak. Maaf merepotkan." ucap Ditya sangat berterimakasih kepada Desta.
'Yes, rencanaku berhasil.' sorak Ditya dalam hati.
Beberapa menit setelah Ditya pergi, Randy terlihat sedang berjalan di sekitar sana. Lalu dia melihat Desta dan Rama disana dan memutuskan untuk menghampiri mereka.
"Hai, Kak Randy." sapa Rama.
"Halo, Ram." sapa Randy ramah.
"Kakak sedang apa disini?" tanya Desta.
"Aku hanya sedang berpatroli aja barangkali ada yang membutuhkan bantuan." jelas Randy. Lalu dia melihat Niar diantara mahasiswi baru, "Hai, Niar. Kamu disini juga." sapa Randy.
"Iya, Kak."
"Oh, ya, bukankah kamu dan Ditya sekelompok? Dimana dia?" tanya Randy sambil mencari ke kanan dan ke kiri namun dia tidak melihat sosok Ditya disana.
"Ditya baru aja diantar Kak Vina kembali ke barak, Kak." jawab Niar.
"Ke barak? Kenapa?"
"Ditya sakit, Kak. Sebenarnya dia agak kurang sehat dari tadi malam. Dia bahkan hampir pingsan semalam." jawab Niar.
"Pingsan? Anak itu! Kenapa tadi dia nggak mengatakan apapun?" kata Randy dengan suara pelan. Dia terkejut mendengar kabar itu. Tanpa pikir panjang, Randy langsung berbalik dan hendak pergi menyusul Ditya.
"Kak Randy mau kemana?" tanya Rama.
"Maaf aku harus pergi dulu." jawab Randy tersenyum dan setengah berlari meninggalkan mereka.
"Kak Randy kenapa ya? Kok dia langsung panik denger Ditya sakit?" ujar Rama heran sambil berpikir. Lalu dia menjentikkan jarinya, "Jangan-jangan gosip itu benar."
"Ssssttt..." Desta memukul tangan Rama dengan buku. "Kamu itu laki-laki tapi suka bergosip. Ayo kita bawa mereka ke dalam!" omelnya berusaha mengalihkan pembicaraan.
Rama akhirnya mengajak mahasiswi-mahasiswi itu ke arena outbond.
Sementara itu, Randy pergi menuju barak Musik untuk menemui Ditya. Randy terlihat sangat khawatir saat mengetahui bahwa Ditya sedang sakit. Saat dia sampai di depan barak, dia melihat Ditya berbaring di atas ranjang lalu berlari ke arahnya.
Ditya mendengar suara langkah seseorang yang berlari dan bangun dari tidurnya.
"Kak Randy . . . Ada apa kak?" tanya Ditya bingung saat melihat wajah Randy yang panik.
"Ditya, kamu baik-baik aja, kan?" tanya Randy sambil menarik sebuah kursi dan duduk di hadapan Ditya.
"Ya." jawab Ditya bingung.
"Benarkah?" kata Randy sambil menyentuh kening Ditya dengan punggung tangannya.
"Kak, aku baik-baik aja." bisik Ditya sambil memegang tangan Randy yang tadi menyentuh keningnya.
"Tapi tadi aku dengar dari Niar kalau kamu sakit." kata Randy.
Ditya tertawa pelan. "Aku hanya berpura-pura, Kak. Kakak kan tau aku paling takut ikut outbond. Jadi aku berpura-pura sakit agar bisa kembali kesini." jawab Ditya dengan berbisik.
"Dasar anak licik." dengus Randy. Dia kesal karena Ditya tidak mengetahui betapa khawatirnya dia tadi.
"Lalu, apakah kejadian tadi malam juga hanya pura-pura?" tanya Randy lagi ketika dia teringat cerita Niar tentang peristiwa semalam.
"Kejadian yang mana?"
"Saat kamu hampir pingsan." jawab Randy singkat.
"Hmm.."
Randy langsung tahu bahwa apa yang dikatakan Niar itu benar dari respons yang diberikan oleh Ditya.
"Kenapa tadi pagi kamu nggak menceritakan hal ini?" omel Randy.
"Itu hanya masalah kecil, Kak. Aku nggak mau membuat kakak khawatir." jawab Ditya sambil menundukkan kepalanya seperti anak kecil yang sedang dimarahi oleh ayahnya.
Randy yang awalnya ingin memarahi Ditya, langsung luluh seketika saat melihat raut wajah Ditya yang seperti anak kecil. Betapa menggemaskannya ekspresi itu dimata Randy.
"Lain kali aku nggak mau dengar alasan apapun. Ketika terjadi sesuatu yang buruk menimpa kamu, kamu harus cerita sama aku. Apa kamu nggak mengerti betapa berharganya kamu untuk aku?" ucap Randy dengan nada penuh kasih sayang.