"Aku hanya sedang ingin menggenggam tanganmu." kata Sehun tanpa menoleh padanya dan terus menuntun langkah mereka. Tampak senyuman di wajah pria itu. Pipi Yoona pun mendadak terasa panas.
"Kau masih demam kan? Tanganmu masih teras panas." tanya Yoona mencoba mencairkan ketegangan yang tengah ia rasakan.
"Pada dasarnya genggaman tangan laki-laki memang selalu terasa hangat. Hah, segitu jarangnya kau digenggam seperti ini? Begitu saja tidak paham." Yoona berhenti melangkah. Raut wajahnya sudah tampak kesal, mungkin karena perkataan Sehun barusan. "Apa apa? Apa aku salah?" tanya Sehun karena Yoona melototinya dengan ekspresi penuh kebencian. "baiklah, maaf. Cepat jalan, diluar sangat dingin." seakan tak melakukan kesalahan apapun, tangannya yang masih menggenggam tangan Yoona kembali menarik tangan itu untuk melanjutkan perjalanan mereka. Walau tampak diam, sesungguhnya Yoona tengah memaki habis-habisan pria itu didalam hatinya.
°
°
Ketika itu mereka melewati sebuah persimpangan jalan. Jalan menuju rumah megah Yoona yang sudah habis terbakar kobaran api. Langkah Yoona kembali terhenti ketika melihat jalan itu. Ingatannya akan kenangan itu kembali menghampirirnya. Terlihat sudah ekpresi sedih di wajahnya kini, tentu Sehun menyadari perubahan itu. Dalam renungan sesaatnya, dapat Yoona rasakan tangan Sehun yang semakin menggenggam erat tangannya. Genggaman itulah yang menyadarkannya—bahwa mereka sudah berdiri cukup lama di persimpangan jalan itu.
"Mau aku peluk?" dan pertanyaan Sehun benar-benar menariknya dari alam bawah sadarnya. Suara berat Sehun berhasil menembus berisiknya suara hujan hingga memenuhi seluruh rongga telinga Yoona. Tampak malas Yoona menoleh pada Sehun dengan tatapan seakan berkata 'Aku sedang tidak ingin bercanda.' Tapi, sepertinya tatapannya tidak dimengerti pria itu. Mengapa? Karena kini Sehun sudah menariknya masuk kedalam pelukan pria itu. "Bagaimana? Apa ini cukup membuatmu merasa tenang?" nada bicaranya terdengar bercanda, tapi kehangatan yang ia salurkan dari tubuhnya tidak bisa Yoona anggap candaan. Tubuh Yoona mendadak terasa hangat dan itu sangat membuatnya nyaman.
"Kupikir kau tidak perlu memelukku." tetapi Yoona tetaplah Yoona—yang selalu merasa gengsi pada keadaan apapun jika sedang bersama Sehun. "lepaskan aku.." pinta Yoona dengan tangannya yang berusaha mendorong dada bidang Sehun.
"Ssst. Tahu kah kau? Memeluk orang selama 20 detik akan membuatmu lebih mempercayainya." entah dari mana dia pelajari itu, tapi dari cara bicaranya terdengar serius.
"Apa? Siapa yang harus lebih mempercayai siapa?!!" balas Yoona diam sejenak dalam pelukan itu.
"Kita berdua." malah berbisik. Sehun bahkan nyaris menyentuh daun telinga Yoona saking dekatnya. Bagaimana dengan Yoona? Syukur dia tidak menggeletar geli.
"Aish, sudah cukup!" Yoona tepuk dengan kuat dada bidang Sehun, membuat Sehun reflek mundur selangkah darinya. Meski sudah terlepas dari pelukan itu, Yoona kembali melangkah mendekati Sehun—karena payung ada pada pria itu. "berhenti berkata hal aneh seperti itu. Tidak cocok untukmu." tambahnya seraya menepuk bahunya yang terlanjur terkena air hujan.
"Hah, bagaimana bisa kau sebodoh ini. Aku sedang sangat serius!" bentak Sehun dengan geram, tapi terlihat menggemaskan.
"Berhenti bicara dan ayo jalan." Yoona rangkul lengan Sehun. Dengan sedikit paksaan, Yoona tarik Sehun agar segera mengikutinya melangkah.
"Kau benar-benar tidak bersyukur. Aku bahkan tidak pernah memeluk wanita lain seperti yang tadi kulakukan padamu." gumam Sehun sangat pelan dan mulai ikut melangkah. "apa kau sudah tidak merasa dingin?" tanya Sehun setelah merasakan dinginnya tangan yang tengah merangkul lengannya.
"Tidak." sahut Yoona tanpa menoleh.
"Tidak apanya, yang benar saja." lagi-lagi langkah mereka terhenti. Sehun kembali berdiri menghadap Yoona. Ia sentuh jemari Yoona. "jemarimu nyaris membeku seperti ini." tuturnya dengan penuh penekanan sembari menggenggam gemas tangan Yoona.
"Tapi aku baik-baik saja." karena dia memang merasa sudah sangat baik—mungkin hawa dingin sudah kelewat bersahabat dengan tubuhnya.
"Aku saja sudah sangat kedinginan, bagaimana mungkin kau—"
"Aish, cerewet sekali!" tak kuat dengan celotehan Sehun, Yoona sudah lebih dulu melangkah cepat meninggalkan pria itu. "yak! Ini masih hujan! Kau bisa sakit!" dengan payung yang masih ia gunakan, Sehun berlari kecil guna menyusul Yoona.
°
°
Sehun melihat Yoona yang tengah berdiri tidak jauh dari pagar rumah mereka dan tepat didepan pagar, tampak sebuah mobil sedan berwarna merah cerah terparkir disana. Keberadaan Sehun yang semakin mendekati Yoona membuat seseorang yang ada didalam mobil itu menyadari kehadirannya, dan tak lama setelah itu seorang wanita cantik pun keluar dari dalam mobil itu. Dengan pakaian ketat selutut, heelsnya yang entah berapa centi—mungkin kalau Yoona yang pakai akan segera terjatuh—wanita itu berlari penuh kerinduan menuju Sehun. Tanpa sempat menghindar karena saking kagetnya, wanita itu sudah memeluk Sehun dengan manja. Dan pada saat itu Yoona ada di dekat mereka.
"Oppa, aku sangat merindukanmu..!" ujar wanita seksi itu yang semakin mempererat pelukannya. Tak suka dengan tontonan itu, Yoona memilih masuk kedalam rumah. Meski begitu, raut wajahnya terlihat sangat santai, tidak seperti perasaannya kini. Entahlah, Yoona seperti merasa resah.
"Yak, kau sedang apa? Lepaskan!" bentak Sehun dengan nada suaranya yang sedikit meninggi, Yoona yang baru saja hendak melewati pagar sampai tersentak kaget. Yoona sempatkan untuk melirik sejenak ke mereka, dan ternyata Sehun tengah melihat kearahnya. Tentu Yoona merasa bingung di tatap seperti itu dan tanpa sadar Yoona masih membalas tatapan Sehun.
"Oppa, kenapa kau kasar sekali? Kau tidak rindu padaku?" suara si wanita seksi itu melemah, ia seperti hendak menangis dan sudah mundur selangkah dari Sehun. Sehun masih sulit melepaskan pandangannya dari Yoona, tidak tahu kenapa. Yoona merasa tidak mungkin untuk terus berada disana, mereka pasti membutuhkan privasi, karena itu ia lanjut melangkah masuk. "oppa, aku jauh-jauh kesini untuk mengucapkan selamat—"
"Maaf sekali, aku sedang sangat lelah, kau pulanglah." suara Sehun tak lagi terdengar keras, menatap pagar rumah dengan berbagai pemikiran yang mulai mengusiknya. Sesuatu mendadak memburunya.
"Tapi, aku—" perkataan wanita itu terhenti karena dilihatnya Sehun sudah berlari meninggalkannya. Sehun masuk melewati pagar dengan sangat terburu-buru.
°
°
Apa yang membuatnya hingga berlari seperti itu? Jawabannya adalah Yoona. Mengapa? Dia tidak suka dengan cara Yoona memandangnya ketika ia sedang bersama wanita seksi itu. Maksudnya? Sehun ingin melihat ekspresi lain di wajah Yoona, bukannya ekspresi santai yang sesekali tampak memandang geli dirinya. Eskpresi yang Sehun inginkan mungkin bisa disebut, ekspresi seseorang tengah cemburu?
°
°
Tepat sekali, dapat Sehun lihat Yoona baru hendak menaiki tangga—yang menghubungkan ke beranda samping—langkah kakinya pun semakin bergerak cepat, bahkan payung ia lepas begitu saja di halaman rumah itu. Tepat sebelum Yoona membuka pintu, ia sudah lebih dulu menutup jalan Yoona menuju pintu masuk.
"Kau mengagetkanku!" kaget Yoona. Mungkin dikarenakan pintu yang ada dihadapannya mendadak tertutupi tubuh tinggi Sehun. "apaan sih!" bentak Yoona. Sehun diam sejenak guna mengatur nafasnya usai berlarian. Ketika itu Yoona melirik ke luar pagar yang tengah mempertontonkan kepergian mobil sedan merah itu, dan setelah itu kembali menatap Sehun yang sudah terlihat mantap menatap matanya. "kenapa?!" sorot mata Sehun mendadak membuat Yoona gugup. Tidak dulu berkata, Sehun melangkah maju guna mendekati Yoona. Pergerakan Sehun membuat Yoona reflek menjauh dan nyaris saja. Yoona nyaris terjatuh, ia melupakan keberadaan tangga yang ada dibelakangnya. Syukur Sehun lebih dulu melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Yoona, dan hasilnya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Melihat Yoona dengan jarak yang paling terdekat. Tapi itu kelewat dekat, karena tubuh mereka menempel erat layaknya tengah berpelukan.
"Malam itu, ketika aku mabuk berat, kau kan yang membawaku kedalam kamar?" Dugg! Sesuatu menyekat tenggorokan Yoona.
"Oo." sahut Yoona ragu-ragu. Pertanyaan itu terlalu mendadak membuat pikiran Yoona ikut mendadak kacau.
"Lalu.. Apa yang terjadi?" dan kini Yoona seperti mendapatkan serangat jantung. Tubuh Sehun, tatapannya dan juga pertanyaannya terlalu memojokkannya. Tidak ada raut aneh diwajah Sehun, semua garis diwajahnya menunjukkan seberapa serius dirinya pada saat itu. Membuat Yoona semakin bingung akut.
"Aa.. Itu.. Aku.." jantungnya berdebar sangat ekstra. Apa yang harus aku katakan?!!
"Kissing?" sendi-sendi tubuh Yoona melemas. Sehun menebak dengan sangat tepat. Terlihat senyuman kemenangan di wajah Sehun. Melihat Yoona yang hanya diam terbodoh dihadapannya membuatnya semakin merasa puas. Tidak bisa, aku tidak bisa hanya diam seperti ini! Berbagai kalimat tersaring di kepala Yoona.
"Aa.. Kissing...? Kupikir itu karena kau terlalu mabuk makanya—"
"Tapi kau sama sekali tidak mabuk." sambar Sehun memutuskan perkataannya. Sorot mata Sehun semakin menyerap keberanian Yoona.
"Hah, bagaimana mungkin kau tahu itu? Kau sendiri sedang mabuk berat—" wajah Sehun bergerak menuju bagian samping kepala Yoona.
"Aku sudah mengingat semua kejadiannya.." bisiknya. Bahkan bibirnya hingga menyentuh kulit telinga Yoona. Aliran listrik entah dari mana menyerang sel-sel tubuh Yoona, membuatnya menegang tak berdaya. "dengan sangat kuat kau mendorongku hingga membuatku terjatuh ke lantai. Jadi.. Setelah kupikir-pikir, tidak mungkin kau bisa menolakku sekuat itu dalam keadaan mabuk." tamat sudah, tidak ada lagi alasan yang bisa Yoona katakan. "tapi, bukan itu yang ingin aku bahas." ia kembali menatap Yoona. Sorot matanya kini memperlihatkan tatapan penuh ketelitian. "yang membuatku sangat penasaran.." tatapannya tak bergerak sedikitpun dari mata Yoona. "kenapa kau tidak menolakku dari awal?" dan lanjut berkata. "kenapa kau menerima ciuman itu?" Yoona tak lagi memikirkan apapun.
°
°
Dia sudah tidak menemukan kalimat apapun didalam pikirannya. Karena itu juga, kegugupan perlahan menghilang darinya. Ia nikmati terlebih dahulu keindahan manik coklat pria itu. Ketika itu, perlahan ia sadari bahwa tubuhnya kini terasa sangat hangat dan tentunya sangat nyaman. Mata indah Sehun yang tengah menatap matanya juga memberikan kenyamanan padanya. Sirat aneh yang sering ia rasakan juga mulai menghampirinya. Sangat menyesakkan. Belum lagi suara detak jantungnya yang semakin membuat buyar pikirannya. Yoona benar-benar sudah terpojok. Pikirannya benar-benar kosong melompong.
"Tidak tahu." dan itulah jawaban darinya setelah terdiam untuk sesaat. "aku tidak tahu." ia terlihat lebih berani ketika membalas tatapan itu.
"Apa maksudmu?"
"Jangan tanyakan apapun, aku tidak punya jawabannya." suara Yoona juga terdengar lebih kukuh dari yang sebelumnya.
"Hah, bodoh." decak Sehun dengan senyuman yang kembali mengembang diwajahnya. "baiklah. Aku sudah tahu jawabannya." tampak puas dengan apa yang ia dapatkan, Sehun pun melepaskan tangannya dari pinggang Yoona.
"Apa? Apa yang sudah kau ketahui? Jangan asal menebak, aku—" Cup. Sehun mencium kening Yoona. 1 detik.. 3 detik.. 7 detik. Singkat memang, tapi berhasil membuat Yoona kembali terdiam. Kini desir hangat menggelitik tubuhnya.
"Ada saat dimana kau tidak bisa memberikan jawaban. Bukan dikarenakan tidak ada jawaban, tetapi karena kau memang tidak membutuhkan jawaban." Sehun berusaha menguatkan kata-katanya dengan menggenggam kedua tangan Yoona. "tidak hanya kau, aku juga mengalami hal yang sama." Yoona merasa seperti melihat sisi lain dari seorang Oh Sehun. Cukup membuatnya tertegun. "hingga kini aku juga belum menemukan alasannya. Alasan mengapa aku bisa menyukaimu." dan Yoona hanya diam. Tampak bodoh memang, tapi lebih tampak menggemaskan. "bisakah kau memahami apa yang baru saja aku katakan?"
"Y-yak, aku tidak sebodoh itu.." sahut Yoona sedikit ragu. Lagi-lagi senyuman Sehun kembali mengembang.
"Lalu, selanjutnya apa yang harus kita lakukan?"
"A-apa maksudmu...!!!" matanya membesar karena pertanyaan itu.
"Aish, bersihkan pikiran kotormu itu!" Sehun menjitak kepalanya dengan gemas. "maksudku.. Apa yang harus kita lakukan untuk menemukan jawabannya?"
"Aku tidak tahu!" balas Yoona tanpa berpikir.
"Kau benar-benar payah. Baiklah, kupikir aku menemukan cara terbaik untuk permasalahan kita." dengan pandangan aneh beserta takut, Yoona mundur selangkah dengan hati-hati. Disudut anak tangga, ia kembali fokus pada Sehun.
"Apa?"
"Kencan."
-
-
-
-
-
-
→Ji Soo Interview←
Author : Ji Soo-ssi, bisa mengobrol sebentar?
Ji Soo : Maafkan, aku sedang sibuk. (Benar juga sih, Ji Soo, Kwang Soo, Jong Suk, Jun Yeol bahkan si sombong Yong Bin sedang sibuk menata ruang makan dan ruang keluarga. Untuk apa? Perayaan ulang tahun Sehun yang sudah mereka siapkan sejak tadi.)
Kwang Soo : Author-nim, dari pada kau hanya duduk disana, lebih baik kau kesini membantu kami. (Panggil si jakung Kwang Soo yang sedang menyusun lilin diatas cake.)
Author : Ya.. Ya.. Baiklah. (Padahal saya sudah sangat menantikan bisa mengobrol bersama Ji Soo. Dengan setengah hati, saya terpaksa membantu Jong Suk menata meja makan.)
Yong Bin : Hyung, aku makan satu, boleh? (Tanya Yong Bin, tengah menatap donat yang Jong Suk beli dengan layanan delivery.)
Jong Suk : Makan saja.. (Kata Jong Suk dengan lembut seperti biasa.)
Ji Soo : Aku juga mau! (Ji Soo yang sedang memompa balon dengan sigap meninggalkan pekerjaannya dan ikut duduk disamping Yong Bin untuk menyantap donat.)
Jun Yeol : Wah.. Ini pasti enak.. (Jun Yeol juga sudah ikut bersama mereka—yang sebelumnya bertugas menempel pernak pernik di dinding. Seiring dengannya, diam-diam saya juga ikut duduk bersama mereka, meraih donat dengan toping coklat.)
Kwang Soo : Yak yak yak!!! Kenapa kalian berhenti bekerja! Cepat lanjutkan! Sebentar lagi Sehun pulang! (Kwang Soo tepuk punggung Ji Soo, Jun Yeol, dan juga saya dengan daun bawang yang kebetulan hendak ia masukkan kedalam kulkas.)
Jun Yeol : Kau tega sekali hyung, aku gigit juga belum. (Ujarnya yang dengan sangat tidak rela meletakkan kembali donatnya—yang memang nyaris tergigit olehnya. Sedangkan Ji Soo sudah melompat dari kursi dan kembali ke tugasnya. Lalu saya? Saya kembali menata meja makan dengan mulut saya yang sudah penuh dengan satu buah donat.)
Jong Suk : Yak, diam sebentar. (Jong Suk mendadak berbisik kepada kami. Dengan mengendap-endap, dia melangkah menuju pintu masuk bagian samping rumah itu.)
Ji Soo : Kenapa kenapa? (Tak hanya Ji Soo, semuanya termasuk Yong Bin—beserta donatnya—sudah ikut berbaris di samping pintu itu. Apa yang kami lakukan? Menguping.
°
°
°
°
Continued..
°
°
°
°
Sebelumnya ada yang tidak suka dengan bagian interviewnya.. Maaf ya, bagian interview adalah ciri khas cerita ini. Gunanya untuk menjelaskan hal2 dibalik layar. Jika memang menurut kakak mengganggu, ya dilewatkan saja.
Makasi.. ^^