Helaan napas yang panjang dan lelah, terdengar jelas dari wajah pucat wanita yang mengenakan baju tahanan berwarna abu-abu. Pembatas kaca itu yang menjadi pemisah antara dirinya, dan seseorang yang ada dihadapannya.
Luna tersenyum kecil ketika melihat pandangan Judy yang tampak berkaca-kaca, ia pun meraih gagang telepon yang berada dekat dengannya. "Mari kita bicara." Ajak Luna, seharusnya Judy bisa tahu dari gerakan bibirnya.
Dengan ragu, akhirnya Judy meraih gagang telepon miliknya. Belum sempat ia berbicara, air mata sudah mengalir cepat melewati pipinya. Ia menundukkan wajahnya dengan malu, menutupi linangan air mata lainnya yang tidak dapat ia tahan sedari tadi.
Judy menyeka hidungnya, dan menarik napas dengan dalam sebelum akhirnya ia menegakkan wajahnya. "Maafkan aku Luna." Ucap Judy masih dengan suara parau, dan ia sedang mengendalikan emosinya saat ini.
untuk beberapa bab berikutnya akan mengisahkan kisah Judy.. dan ini nantinya akan ada kaitannya lohh dengan konflik2 berikutnya... hehehe...
lanjut..
eettttt jangan lupa PS untuk novel ini yaa :)