アプリをダウンロード
12.62% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 13: Chapter 13 Obat

章 13: Chapter 13 Obat

Matahari turun dibawah cakrawala, dan sekarang sudah malam. Perut Raphtalia mulai keroncongan lagi, jadi kami meninggalkan kamar untuk makan malam direstoran.

Kentang yang kami beli sebelumnya itu seperti pengganjal perut sebelum makan malam.

Raphtalia nggak pernah ke restoran, jadi dia nggak tau apa yang dipesan. Dompetku akhirnya ada isinya, dan kami menghabiskan beberapa malam di padang rumput. Kurasa itu masuk akal untuk memberi dia makanan yang enak.

"Kami pesan hidangan Delia dan beberapa Naporata."

Si pelayan mengambil menu kami dan kembali ke dapur.

"Mari makan."

"Baik!"

Raphtalia makan dalam diam tapi terus memegang tanganku sepanjang waktu.

Dia pasti berusia sekitar 10 tahun. Dia kelihatan lapar sampai-sampai bisa memakan porsiku juga, jadi aku memesan makanan lagi.

"Kita akan pergi berburu lagi besok, jadi makanlah sampai kenyang malam ini."

"Baik!"

Aku ingin memberitahu dia untuk makan atau menganggukkan kepalanya, bukan keduanya. Dia kayaknya betul-betul menikmati makanannya, jadi aku nggak mengatakan apa-apa.

Saat kami duduk disana, aku menyadari bahwa dia memiliki beberapa masalah lain yang harus kuselesaikan. Aku memutuskan untuk mengurusnya saat kami sudah kembali ke kamar.

"Rambutmu berantakan. Biar kurapikan."

"...Baik."

Dia kelihatan cemas. Aku menempatkan tanganku pada kepalanya.

"Nggak apa-apa. Aku nggak akan memberimu gaya rambut yang aneh atau semacamnya."

Beneran deh, membiarkannya begitu saja adalah hal terburuk yang bisa dilakukan.

Aku menyisirkan jariku pada rambutnya untuk mencari ide apa yang perlu dilakukan, lalu aku mengambil pisau miliknya dan mulai memotong. Aku memotong rambut yang terlalu panjang, jadinya panjang rambutnya sekitar sebahu.

"Selesai. Harusnya tuh begini."

Gaya rambutnya tampak lebih normal daripada yang sebelumnya.

Raphtalia berputar-putar, tersenyum dan tertawa. Dia tampak senang.

Aku membersihkan tumpukan potongan rambutnya, lalu perisaiku mulai bereaksi.

....Aku nggak menyadarinya.

Aku membiarkan perisai itu menyerap rambut tersebut dan berusaha agar Raphtalia nggak menyadarinya.

Lalu aku membuka buku senjata. Dikatakan bahwa level perisaiku belum cukup tinggi.

"Hm?"

Sialan, dia tepat dibelakangku.

"Waktunya tidur!"

"Baik!"

Dia kelihatan lebih terang-terangan dan lebih jujur daripada yang kemarin.

Dia mungkin mulai berteriak dimalam hari, jadi aku memutuskan untuk mencoba menyelesaikan racikanku secepat mungkin.

Kamu telah membuat sebuah minuman bernutrisi!

Minuman Bergizi:

Kualitas: rendah

Efektif untuk meringankan kelelahan. Dengan cepat menyegarkan orang yang meminumnya.

Kamu telah membuat obat!

Obat:

Kualitas: menengah

Membantu menyembuhkan penyakit. Tidak efektif terhadap penyakit serius.

Hmm.. Kayaknya aku bisa membuat berbagai hal dari rumput di padang rumput dan pegunungan. Dan toko obat membeli obat-obat otur dariku dengan harga yang bagus. Tetap, obat-obat itu menggunakan banyak bahan. Sulit untuk tau apa yang kuhasilkan.

Pada akhirnya, aku membuat 6 minuman kesehatan, dan lumayan banyak obat.

Tapi sulit untuk membuat sesuatu yang berkualitas tinggi, jadi aku nggak berpikir aku bisa membuat peracikan menjadi pekerjaan rutin. Tapi aku adalah Pahlawan Perisai, dan nggak ada hubungannya dengan farmasi.

....Aku mungkin juga membiarkan perisaiku menyerap semuanya.

Calorie Shield: persyaratan terpenuhi

Energy Shield: persyaratan terpenuhi

Potential Energy Shield: persyaratan terpenuhi

Calorie Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: stamina meningkat (ringan)

Energy Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: SP meningkat (ringan)

Potential Energy Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: penggunaan stamina berkurang (ringan)

Itu kayak seperti semua kemampuan merupakan status kemampuan.

Stamina apa yang disebutkan disini? Kekuatanku?

Lebih baik aku melihatnya.

Lebih baik aku mencari tau lebih banyak tentang berbagai herbal. Aku mendapatkan banyak kemampuan yang bisa kugunakan, tapi aku berharap ada lebih banyak kemampuan bertarung.

Sepertinya herbal yang sudah kumiliki nggak cukup untuk membuka kemampuan-kemampuan tersebut.

"...Mmmm...."

Aku merenggangkan badan dan memutuskan untuk istirahat malam ini. Aku berbalik dan menatap Raphtalia. Dia sudah tidur. Sepertinya, dia sudah hampir mulai berteriak.

"Ahhhhh!"

Aku menggunakan tanganku untuk membungkam dia, dan dia agak tenang. Aku memeluk dia didadaku dan mengelus kepalanya.

Dan begitulah. Dia jauh lebih mudah ditenangkan daripada yang sebelumnya. Aku melepaskan dia, tapi dia mulai menangis lagi. Kurasa nggak ada cara lain. Kami tidur bersama malam ini.

....Dingin. Dingin sekali.

Aku bida merasakan sinar matahari diwajahku, dan aku membuka mata. Raphtalia harusnya tidur denganku, tapi aku melihat dia meringkuk disudut ruangan.

"Ada apa?"

"Maafkan aku maafkan aku maafkan aku!"

Dia meminta maaf dengan sungguh-sungguh, sesuatu pasti ada yang salah. Aku mengernyitkan alis dan segera mengetahui kenapa aku begitu kedinginan.

Ya... Dia mengompol.

Kurasa dia pikir aku akan marah.

Aku nggak tau apakah itu normal bagi anak 10 tahun ngompol, tapi aku nggak bisa marah kalau dia menatapku dengan mata ketakutan kayak gitu.

Aku berjalan mendekati dia. Mengulurkan tanganku, tapi dia meringkuk menjauhi tanganku.

"Oh ayolah...."

Aku menepukkan tanganku pada pundaknya yang genetar.

"Nggak masalah kalau kamu ngompol. Yang penting segera mencucinya dan berganti pakaian."

Kami butuh equipment baru.

"Um..."

Raphtalia menatapku kebingunan.

"Kamu nggak marah?"

"Apa gunanya marah sama seseorang yang sudah menyesali perbuatannya? Kalau kamu merasa bersalah, aku nggak akan marah."

Sepreinya kotor. Aku bertanya-tanya berapa banyak ganti rugi yang diminta sama pemilik penginapan untuk masalah ini. Terserahlah, aku akan mengambil selimutnya.

Aku pergi dan menjelaskan situasinya pada si pemilik toko, membayar sepreinya, dan kemudian pergi ke toko senjata untuk membeli beberapa equipment baru.

Air dari sumur sangatlah dingin. Aku mencuci sepreinya di papan cucian dan mengemasnya. Dalam perjalanan kami ke padang rumput, aku menemukan cabang pohon untuk menjemur cucian tadi.

"Baiklah kalau begitu..."

Raphtalia terus berjalan disampingku seolah dia adalah hal terburuk di dunia ini. Itu membuatku bingung.

"Sudah kubilang kamu nggak usah kuatir!"

"....Baik."

...Dia adalah seorang anak yang jujur. Tapi kalau dia kehilangan motivasinya, maka itu akan jadi masalah buatku juga.

"Ah...."

Perutnya keroncongan lagi.

Wajahnya tersipu merah karena malu.

"Mau sarapan?"

"Um... Tentu."

Dia memegang lengan bajuku dan berjalan disampingku.

"Uhuk...."

"Baiklah. Ini hukumanmu. Kamu harus meminum obat ini."

Aku menyerahkan botol pada dia.

Kurasa dia punya semacam penyakit dan butuh obat secara teratur.

Dia menciumnya dan menutup hidungnya. Tapi dengan berpikir ini adalah hukuman, dia tetap meminumnya.

"Ugh.... Pait sekali."

"Tahan saja."

Dia menghabiskan isi botol itu dan menatap botolnya, sesaat dia tampak seperti mau melemparnya.

Ngomong-ngomong, aku bisa menjual obat yang kami buat dengan harga yang bagus. Kualitasnya nggak terlalu tinggi, tapi sepertinya persediaannya telah menipis.

***


章 14: Chapter 14 Merenggut Nyawa

Kami berjalan di padang rumput dan menetapkan operasi kami di hutan dan pegunungan.

Kami bertarung jauh lebih lancar daripada yang sebelumnya. Kurasa kami sudah terbiasa.

Pengumpulan herbal juga berjalan dengan baik. Nggak butuh waktu lama buat memenuhi tas kami dengan herbal dan barang jarahan.

Lalu kejadian itu terjadi.

Selama ini kami kebanyakan melawan monster yang menyerupai benda mati, namun akhirnya monster yang seperti binatang muncul.

Seekor monster besar berwarna coklat... Seekor kelinci?

Usapil.

Kalau kau tanya padaku, itu adalah nama yang aneh.

"Boooo!"

Usapil itu menatap kami beberapa saat sebelum menyerbu kearah kami sambil menunjukkan gigi depannya yang besar.

"Awas!"

Mungkin berpikir dia tampak lemah, monster itu menargetkan Raphtalia. Jadi aku berlari kedepan dia untuk melindunginya.

Kiine! Kiiine!

Si Usapil menancapkan giginya, tapi sama seperti sebelumnya, itu sama sekali nggak sakit. Kayaknya defense milikku betul-betul tinggi.

"Kena kau! Tikam dia!"

"Ahh... Aku..."

"Ada apa?"

"Dia hidup... dan dia... akan berdarah!"

Aku mencoba memahami apa yang ingin dia katakan.

"Lawan saja. Kita akan melawan banyak mahluk hidup."

"Tapi... tapi..."

Si Usapil terus menggigitku lagi dan lagi.

"Lakukan saja! Kalau kamu nggak melakukannya, aku nggak akan bisa melindungimu."

Tentu, kami menghabiskan waktu bersama, dan menjadi sedikit terikat. Tapi aku masih butuh dia untuk bertarung demi aku. Kalau dia nggak bisa melakukannya, aku akan mengembalikan dia dan mencari seorang budak baru, budak yang bisa bertarung.

"Hiya! Hiya!"

Raphtalia mengeluarkan teriakan seperti anak kecil dan menusuk Usapil itu terus menerus dari belakang.

Saat dia mencabut pisaunya, darah menyembur.

"Ah..."

Si Usapil tumbang ke tanah dan berguling-guling. Raphtalia melihatnya, dan kemudian terus menatap darah yang ada dipisaunya. Dia menjadi pucat, dan dia terlihat seperti dia akan lari.

Tapi nggak ada waktu buat simpati. Kami harus melakukan hal yang sama ratusan kali, atau mungkin ribuan kali.

"Booo!"

Usapil lain muncul dari semak-semak dan menyerbu kearah Raphtalia.

"Ah!"

Aku berlari ke antara mereka dan menepis serangan si Usapil.

"Aku minta maaf. Aku tau ini adalah tanggungjawabku, tapi aku cuma bisa melindungi orang lain. Itu sebabnya aku harus melakukannya."

Si Usapil menusukkan giginya pada lenganku saat aku bicara.

"Aku harus menjadi lebih kuat. Aku butuh kamu untuk membantuku."

Kalau tidak, nggak mungkin aku bisa bertahan pada apa yang akan datang. Waktunya sudah ditetapkan. Gelombang kehancuran akan datang kurang dari dua minggu.

Kalau aku harus menghadapinya dengan levelku saat ini, aku nggak yakin aku bisa selamat.

"....Tapi..."

"Kurang dari dua minggu, sebuah gelombang kehancuran yang besar akan datang melanda dunia."

"Apa?!"

"Itu sebabnya aku harus menjadi lebih kuat. Sebelum gelombang itu datang, aku harus menjadi cukup kuat untuk menghadapinya."

Raphtalia mendengarkan sambil diam dan dia gemetar ketakutan.

"Kamu akan melawan gelombang itu?"

"Ya. Karena itulah aku ada disini. Aku melakukannya bukan untuk kesenangan... Kalau kamu memikirkannya seperti itu, kamu dan aku sangat mirip. Aku nggak berada dalam posisi untuk mengatakan hal itu, karena akulah yang memaksamu."

"...."

"Jadi jangan beri aku alasan untuk melepaskanmu."

Aku nggak mau. Nggak akan bagus buat siapapun untuk memasukkan dia kembali ke kandang didalam tenda itu.

Aku nggak punya uang. Jadi kalau aku nggak menjual dia, aku nggak bisa membeli seorang budak baru.

"Aku paham... Master. Aku akan... bertarung."

Wajahnya yang pucat perlahan-lahan mendapatkan kembali warnanya. Dia mengangguk. Kemudian dia berpaling pada si Usapil dan menikamnya menggunakan pisaunya yang berlumuran darah.

Dia tiba-tiba terlihat penuh tekad. Matanya teguh.

Si Usapil berguling-guling di kakinya. Dia menatapnya, dan kemudian perlahan menutup matanya. Dia melangkah maju dan membetulkan pegangannya pada pisaunya. Dia akan menghabisi monster itu.

"Serahkan padaku. Ini bukanlah tugasmu."

"Baik."

Aku mengambil pisau bedah dari tasku.

Ini adalah kenyataan, bukanlah sebuah permainan. Kalau aku bisa, aku akan berpaling. Tapi itu bukanlah pilihan.

Ini adalah pertama kalinya aku membantai seekor binatang, tapi ini adalah sesuatu yang harus kulakukan untuk bertahan hidup. Pertama kali aku melihat darah Usapil di tanganku, aku memahami bagaimana yang dirasakan Raphtalia.

Dan juga, kayaknya aku nggak bisa menggunakan senjata untuk bertarung, tapi aku bisa menggunakannya untuk mengerjakan tugas seperti ini. Mengingat ada banyak saat-saat dalam hidup dimana kau membutuhan sebuah pisau, jadi ini kayaknya wajar saja.

Aku membedah kedua Usapil itu dan membiarkan perisaiku menyerapnya.

kelinciUsa Leather Shield: persyaratan terpenuhi

Usa Meat Shield: persyaratan terpenuhi

Usa Leather Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: agility +3

Usa Meat Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: keterampilan pembedahan +1

Aku mengubah perisaiku menjadi Usa Meat Shield dan berdiri.

"Master, um, tolong jangan... tinggalkan aku."

Raphtalia menatapku, memohon padaku. Dia terlihat kesakitan.

Dia pasti betul-betul nggak mau kembali ke penjual budak.

Dia menangis dimalam hari, menderita penyakit, dan kurus. Kalau aku nggak hati-hati, dia mungkin akan mati. Dan itu akan buruk untuk siapapun.

Aku tersenyum pada pemikiran wanita itu sekarat saat bersamaku. Tapi kembali ke realitas. Itu bukanlah skenario yang ideal.

"Kalau kamu mengerjakan tugasmu. Aku nggak akan membuangmu."

Dan aku akan berada dalam keadaan yang sulit kalau dia mati.

...Ya, apapun dengan gender yang sama dengan wanita itu... ugh, wanita itu!

Kepalaku puyeng. Aku harus berhenti berpikir tentang hal. Itu menyakitkan. Sekarang adalah waktunya berpikir gimana menggunakan budak ini untuk menjadi lebih kuat.

Exp 7

Raphtalia exp +7

"Aku ingin.... membantumu... Master."

Raphtalia bertingkat seperti orang yang baru, menyerang dan membunuh para Usapil. Dia bahkan menyerbu untuk menyerang monster bahkan sebelum aku punya kesempatan untuk menahannya.

Ini bagus, bahkan jika itu tampak agak kasar.

Apa yang kulakukan bukanlah hak yang baik. Segalanya hanya untuk aku, dan itu sangatlah egois.

Tapi.... Aku memang betul-betul nggk punya pilihan, kan?

Kami memutuskan untuk menginap di hutan malam ini. Kami mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun.

Kami mengambil beberapa herbal yang tampak bisa dimakan dan merebusnya dengan daging Usapil untuk makan malam.

Masih ada sedikit daging yang tersisa, jadi kami menusuknya menjadi sate dan memanggangnya.

Aku berencana kembali ke kota besok siang, tapi aku nggak yakin apakah kami bisa menjual dagingnya. Aku bahkan nggak yakin apakah kami bisa memakannya, tapi skill Penglihatan punyaku mengatakan bahwa itu bisa dimakan.

Setelah selesai masak, aku mencicipinya. Nggak ada yang salah dengan masakan ini.

Dagingnya alot dan aku nggak bisa merasakannya. Sungguh nggak mengenakan.

Aku cuma memasaknya dan nggak melakukan hal yang aneh-aneh. Jadi mungkin dia nggak punya selera.

Kemampuan memasakku naik dan memberitahuku bahwa kualitasnya "sangat bagus", jadi harusnya rasanya cukup enak.

"Ini. Makanlah."

Aku menyerahkan semangkuk sup dan sate daging pada dia.

"Nikmat sekali!"

Perutnya bergemuruh penuh antisipasi, dan matanya bersinar saat dia menggigit makanannya. Dia memakannya seolah itu adalah makanan paling lezat di dunia.

Setelah bertarung seharian, aku berlevel 10, dan Raphtalia juga. Dia akhirnya menyusul levelku.

Aku mengalihkan perhatianku pada pekerjaan meracik memanfaatkan penerangan dari api.

Dengan uang yang kuhasilkan dari obat, semoga saja aku bisa mengupayakan agar kami bisa mendapatkan equipment baru. Aku membuat obat yang paling mahal yang aku tau.

Aku menghaluskan herbal menggunakan cobek serta penumbukknya dan memeras cairannya kedalam tabung.

Kamu tekag membuat obat!

Kamu telah membuat minuman bergizi!

Aku membuat semua resep yang aku tau.

Jadi aku mencapai akhir dari kegunaan peracikan. Selain itu kedua resep ini adalah yang kukuasai melalui keberuntungan. Aku kehabisan bahan untuk meracik.

Dan kebanyakan hasilnya nggak terlalu bagus.

"....Uhuk."

Jadi pengaruh obatnya sudah habis. Aku memberi dia sebotol obat lagi, dan dia meminumnya dalam diam. Pokoknya, kami berdua harus menjadi lebih kuat.

"Kita akan bergantian menjaga apinya. Kamu bisa tidur duluan dan... aku akan membangunkan kamu kalau sudah giliranmu."

"Baik."

Dia sungguh jujur dan penurut. Dia bertindak seperti orang yang betul-betul berbeda dari saat pertama kami bertemu.

"Selamat malam."

"Ah... Ya, malam. Oh hei, kita akan menjualnya besok, jadi kau bisa tidur pakai selimut kulit domba mumpung kita masih punya."

Sambil memasak, aku menggunakan api untuk mengasapi kutu busuk dan kutu dari selimut itu, dan aku memberikannya pada Raphtalia. Selimut itu gak tebal, tapi dengan kombinasi dari yang lainnya, selimut itu harusnya cukup hangat.

"Baik."

Dia mencium bulu domba tersebut.

"Apa diasapi?"

"Ya, ini bau asap."

"Ya, kurasa."

"Tapi kayaknya hangat."

Dia duduk dan bersandar pada punggungku. Lalu dia memejamkan matanya.

Aku terus berlatih meracik, dan menjaga apinya. Menunggu teriakan rutin Raphtalia.

Astaga... berapa lama kami harus menjalani kehidupan kayak gini?

Setidaknya, kami harus menjalani kehidupan kayak gini selama satu minggu kedepan.

Aku nggak mau memikirkannya, tapi kalau kami nggak mendapatkan equipment yang lebih baik, mungkin kematianlah yang menanti kami.

....Itu akan segera terjadi. Dihari ketiga, aku semakin baik dalam waktu penangangan.

"....Mmm..."

Raphtalia perlahan-lahan bangun dan mengucek matanya.

"Hmm...?"

"Sudah bangun?"

Dia nggak menjerit.

Oh, jadi begitu. Punggungnya bersandar pada punggungku saat dia tidur, jadi kehangatan itu pasti telah membuat dia berada lebih baik. Kalau dia bisa tidur dan menyentuh orang lain, mungkinkah dia akan baik-baik aja?

"...Aku lapar."

Setelah makan tadi dia masih lapar juga?

"Ini buat kamu."

Aku memberi dia daging panggang yang tersisa, yang rencananya kusimpan buat sarapan. Dia memakannya dan kelihatan menikmatinya.

"Baiklah, giliranku tidur. Bangunkan aku kalau terjadi sesuatu."

"Baik."

Dia mengangguk saat dia menggigit daging tersebut.

Aku senang bahwa dia lebih bahagia daripada dia yang biasanya, tapi dia jadi agak gemuk.

***


Load failed, please RETRY

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C13
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank 200+ パワーランキング
Stone 0 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン

tip 段落コメント

段落コメント機能がWebに登場!任意の段落の上にマウスを移動し、アイコンをクリックしてコメントを追加します。

また、[設定]でいつでもオフ/オンにすることができます。

手に入れました