Mr Song yang melihat Ivanka hampir terjatuh langsung mendekati nya.
"Ada apa ini ? Kamu kenapa Ivanka? "
"Mr Song, barusan Ivanka menerima kabar dari rumah sakit XXX yang di jakarta. Mereka mengabarkan saat ini Riqky dalam keadaan koma. Mobil yang mengantar dia ke bandara seperti nya mengalami kecelakaan." Ryan menjelaskan ke atasan Ivanka.
"Ivanka, kamu tenang dulu. Mungkin tidak separah yang kamu bayangkan. Kamu pulang saja dulu ke mess. Biar aku yang mengatur orang untuk ke jakarta." ucap Mr Song menenangkan Ivanka.
"Tidak, Mr Song tolong ijinkan saya yang pergi langsung. Bantu saya siapkan mobil sekarang." Pinta Ivanka dengan suara yang terisak.
"Tapi Yank, aku sedang tidak bisa ijin untuk menemanimu."
"Tidak masalah. Aku akan pergi sendiri."
"Mr Song, tolong ijinkan saya yang pergi."
"Baiklah, kapan kamu akan siap berangkat?"
"Secepatnya. Sekarang pun tidak masalah. Saya hanya perlu pulang ke mess untuk mengambil dompet saya."
"Tunggu. Saya telepon bos besar dulu."
Tidak lama Mr Song kembali ke mendekati Ivanka.
"Laopan sudah memberi ijin. Dalam waktu sepuluh menit Laopan akan mengirimkan mobil dan sopir pribadi yang akan mengantar mu."
"Baik, terima kasih Mr Song."
"Kamu hati-hati di jalan. Dan kasih kabar padaku begitu kamu sampai."
"Baik Mr Song."
"Ivanka, kamu yakin tidak masalah pergi sendiri?. Kenapa tidak menyuruh anak buahmu saja?"
"Ryan, tolong ijinkan aku pergi. Aku tidak ingin menyesal. Aku ingin menemui nya."
"Tapi..."
Belum selesai Ryan berkata, mobil dan sopir datang.
Ivanka langsung berdiri dan dengan terburu-buru masuk ke dalam mobil.
Ryan hanya bisa memandangi tunangannya itu pergi.
Setelah mengambil dompet dan beberapa potong baju, Ivanka langsung pergi ke Jakarta.
Dalam waktu empat jam Ivanka tiba di RS XXX.
Dia langsung menuju meja informasi bertanya tentang Riqky.
Sang perawat : nama anda , Iguana?
Ivanka : nama saya Ivanka, tapi Riqky memanggilku Iguana. Dimana dia sekarang dan bagaimana keadaan nya?"
Sang perawat : "saat dia tidak sadar kan diri, dia memanggil iguana...iguana.. dan dia menggengam sebuah pena di tangan nya. Sekarang dia ada di ICU dan dalam keadaan kritis. Maaf harus berkata ini, mungkin waktu nya tidak banyak lagi. Kami sudah berusaha semaksimal kami, tapi benturan keras di bagian kepala sangat parah. Orang tua nya sedang menuju kemari juga. Mari saya antar."
Ivanka lalu bergegas mengikuti perawat itu.
Di ruang ICU, Ivanka bisa melihat keadaan Riqky yang penuh perban. Dari kepala, tangan hingga kaki ada terbalut perban.
Mendapatkan pemandangan seperti itu hatinya hancur, wajah Ivanka bertambah pucat dan badannya gemetar. Tanpa di sadari air matanya bercucuran. "Qq ..Qq..."
Setelah tubuh nya di seterilkan dan menggunakan pakaian khusus, Ivanka memasuki ruang ICU itu.
Dia mencoba untuk tetap tenang. Dia tidak ingin Riqky melihatnya menangis.
Ivanka langsung mendekati Riqky. Lalu dia memegang tangan nya.
"Iguana ku datang. Ku kira sedang bermimpi tapi ini sangat indah karena bukan sekedar mimpi. Aku bisa merasakan sentuhanmu." ucap Riqky dengan rintihan yang terlihat jelas mencoba menahan sakit.
"Kamu bilang akan ke Cina kenapa malah mampir ke sini?" Ucap Ivanka mencoba bercanda dengan berusaha kuat agar air matanya tidak jatuh."
"Cepat sembuh, lalu tidak usah ke Cina lagi. Bekerja lah di Bandung bersama ku."
"..."
"Qq, kenapa tangan mu menggengam pena terus. Ku simpan dulu pena nya, jika sudah pulih baru ku kembali kan lagi pada mu."
"Aku hanya takut, tidak punya waktu lagi untuk melihat mu. Jadi aku menggengam pena dari mu."
"Dasar bodoh..."
Ivanka tidak kuasa menahan tangisnya lagi.
"Jangan menangis...
Aku tidak suka melihat mu bersedih.
Iguana..
Aku punya permintaan, tolong kuburkan pena pemberian mu ini bersama jasadku nanti. Jadi aku tidak akan merasa kesepian saat disana nantinya."
"Tidak...
Aku tidak perlu melakukan itu. Kamu harus berjuang dan sembuh."
"Iguana... maaf kali ini aku tidak bisa mengabulkan permintaan mu. Aku bersyukur kamu menolak ku dan tidak ikut berangkat ke Cina bersama ku. Aku harus pergi. Jaga lah dirimu, dan hidup lah dengan kebahagiaan. Jika di kehidupan yang sekarang kita tidak berjodoh, aku berharap dikehidupan berikut aku bisa mempunyai jodoh dengan waktu yang lebih banyak dan panjang untuk dilewati bersama dengan mu..."
Lalu Ivanka mendengar suara dari mesin di samping Riqky.
"Tidak !!! Qq kamu tidak boleh pergi !!! Suster... !!!"
Ivanka hatinya hancur, tangisnya pecah. Di luar ruangan itu dia menyaksikan dokter berusaha membuat jantung Riqky berdetak lagi.
"Ivanka, dimana Riqky ?"
Mamah nya Riqky tiba dengan muka yang pucat dan kacau.
"Tante..."
Ivanka menunjuk ke kaca.
Pecah lah tangis kedua wanita itu. Mereka saling berpelukan untuk menguatkan satu dengan yang lain nya.
Lalu mereka juga menyaksikan dokter menggelengkan kepalanya dan suster menutup Riqky dengan selimutnya.
"Qq... jangan !!!" Ivanka berteriak kuat.
Mamah Riqky tiba-tiba jatuh pingsan. Beruntung papah Riqky sigap.
"Biar om yang mengurus tante."
"Suster, tolong istri saya pingsan"
Suster yang melihat nya langsung menyiapkan roda dan membawa ke ruang UGD.
Sementara Ivanka terduduk lemas di lantai. Melihat dokter keluar, Ivanka langsung berdiri.
"Dok, bagaimana keadaan Qq?" ucapnya dengan penuh harap akan mendengar keajaiban.
"Maaf kami sudah berusaha."
"Tidak dok, dia masih sangat muda. Dia sangat berprestasi dan dia sangat baik. Ayo dok, coba lagi. Berusaha lebih lagi. Saya mohon dok."
"Tenang de..iklaskan lah. Ini sudah kehendak yang maha kuasa."
"Tidak dok, ayo masuk Lagi. Coba lah lebih keras." ucap Ivanka dengan tangisan dan dia menarik tangan dokter masuk ke dalam ruangan itu.
"Dok, cepat lakukan sesuatu."
Ivanka mendekati tubuh Riqky dan membuka kainnya.
"Bagaimana dia akan bernafas jika kalian menutup nya semua!!!"
"De...cobalah untuk tenang."
Dokter dan suster mencoba membuat Ivanka tenang.
Mereka meninggalkan Ivanka yang menangis semakin keras.
"Qq bangun!! Ada aku di sini. Lihatlah !!!
Buka mata mu jangan membuat ku marah. Lihatlah aku sudah menangis. Kamu bilang kamu tidak suka melihat ku menangis. Bangun lah dan hiburlah aku."
"Qq.. bangun lah. Ku mohon jangan tinggalkan aku."
Ivaka menggoyangkan badan Riqky dengan menagis keras. Dia lalu memeluk nya dan menagis keras di atas dada Riqky.
Dari luar papah nya Riqky menyaksikan semua itu. Dia pun merasa yang sama. Sangat kehilangan anak semata wayang nya itu. Dia pun tak kuasa menahan tangis lagi.
Ivanka tetap berada di sana. Dia masih menangis di dada Riqky. Berharap Riqky akan membuka matanya. Dia mengoceh sambil menangis. Dia berharap seperti di film-film, dimana tiba-tiba akan ada keajaiban dan Riqky akan menyapanya.
"Ivanka... seperti nya kita harus merelakan nya." ucap papah nya Riqky.
"Kami akan membawa nya pulang ke cirebon dengan ambulan. Om sudah menyiapkan semuanya. Kalau mau mari ikut mobil kita, kita akan mengawalnya bersama."
Ivanka tidak menjawab nya. Saat ini pikiran nya kacau. Dia hanya fokus dengan jenasah Riqky.
Lalu petugas berbaju putih mendekati nya
"Maaf de, kami akan mengangkat jenasah ini."
"Tidak!!! Dia akan kembali. Tunggu lah!!"
Lalu datang mamah nya Riqky memeluknya.
"Sayang... kita harus membawa nya."
"Kemana Tan, aku akan berada di samping nya. Saat dia bangun, dia akan melihat ku. Dia pasti senang. Dia..sangat... mencintai ku Tan. Apapun yang ku pinta, dia akan memberikan nya untuk ku. Selama ini aku tidak pernah meminta apapun dari nya, dia pasti senang aku akhirnya meminta sesuatu darinya Tan."
Kedua wanita itu menangis bersama.
"Ivanka, ayo ikut mobil kita. Kita akan mengawal mobil ambulance ini dari belakang."
"Tidak, aku akan tetap disampingnya."
Mereka akhirnya menyetujui Ivanka.
Jenasah Riqky langsung di bawa ke rumah duka di cirebon.
Saat tiba di rumah duka, Ivanka tiba-tiba jatuh pingsan.
Tony dan Budi yang melihat hal itu langsung mengangkat. Mereka membawanya keruang istirahat.
Satu jam kemudian Ivanka tersadar lagi.
"Bud, dimana Riqky?"
Ivanka langsung berdiri dan keluar ruang istirahat itu. Dia melihat Riqky sudah didalam sebuah peti. Dia berjalan mendekati nya, dia hanya duduk di samping peti itu dan menatap Riqky. Air mata nya tidak berhenti mengalir. Beberapa sahabat baiknya mencoba untuk menenangkan nya tapi Ivanka mengacuhkan mereka, seakan hanya ada dia dan Riqky disana.
Ivanka seperti mayat hidup. Dia hanya terdiam dan bersandar di peti itu. Dan saat peti itu hendak di tutup Ivanka bahkan meronta.
"Jangan di tutup, Qq akan bangun. Qq bangunlah." Ivanka berteriak seperti orang gila .
Karena tidak makan atau minum apapun Ivanka pun jatuh pingsan lagi.