Selama di pelukan Ryan, Ivanka hanya diam. Begitu pun dengan Ryan.
Tiba di poli kesehatan Ryan menurunkan Ivanka dan menempatkannya di ruang pengobatan.
Dokter jaga langsung menangani Ivanka.
Setelah selesai Ivanka keluar dari ruang pengobatan.
"Ayo ku antar pulang."
"Hmm.."
Ryan membonceng Ivanka ke sepedanya.
"Lainkali tidak usah ikut hal seperti itu. Membuat orang repot dan kuatir saja."
"Kamu sendiri juga sama. Bilang aja mau dekat-dekat dengan Nani."
"Kenapa kamu cemburu dengan Nani?".
" Tentu saja tidak. Kenapa aku harus cemburu dengan Nani?".
"Tapi aku cemburu dengan Riqky. Aku marah dan tidak suka melihat mu dekat dengan Riqky."
"Riqky hanya partner kerja ku."
"Lalu apa Riqky punya pikiran yang sama dengan mu ?".
"..."
"Ku lihat kalian sangat dekat dan makin dekat."
"Ia kami sangat dekat."
Ryan tiba-tiba menghentikan sepeda nya.
"Apa maksud mu ?."
"Menurut mu?."
"Hei...kamu adalah kekasih ku. Kita belum putus!".
"Kekasih?? Apa kamu ingin punya kekasih yang matre seperti ku?."
"Saat itu aku kesal. Kamu memilih makanan dari Riqky dan membuang pemberian ku. Aku tidak bermaksud membuat mu terdengar matre."
"Siapa yang mengatakan aku memakan makanan dari Riqky?. Waktu itu aku bahkan tidak menyentuh makanan itu. Aku memarahi Riqky karena masalah itu. Dan aku memakan nasi yang kamu titipkan untuk ku."
"Benarkah? Tapi waktu itu aku bertanya apakah kamu sudah memakan nasi dariku,kamu menjawab belum."
"Ia, saat itu aku belum sempat makan apapun. Aku baru kembali dari gudang stok."
"Lalu aku juga melihat mu berbagi roti dengan Riqky di gudang stok juga melihat mu memberi makanan untuk Riqky di mess."
"Riqky merasa bersalah, karena itu dia memberikan ku roti. Karena roti nya hanya satu dan aku juga tahu dia belum makan, maka aku membagi nya menjadi dua. Dan saat pulang kantor Riqky mengajakku makan di luar tapi aku menolak nya karena aku masih punya nasi bungkus dari kamu yang belum sempat ku makan. Dan dia meminta ku membuatkan mie untuknya. Aku merasa tidak enak untuk menolak nya, karena aku, dia tidak makan juga makanan yang terbuang itu harganya mahal."
"Benarkah itu?."
"Terserah pada mu mau percaya atau tidak. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
"Lalu apa hubungan mu dengan Riqky?."
"Kami partner kerja."
"Yank, maafkan aku. Aku sudah salah paham terhadapmu. Kita masih baik-baik saja?"
"Kita? Lalu bagaimana dengan Nani ?"
"Memang ada hubungan apa dengan Nani. Aku hanya kesal melihat mu dengan Riqky. Saat ku tahu kamu ikut lomba balap karung pasangan, aku langsung minta Tono mundur. Dan aku menggantikan dia. Nani memang dari awal dia yang bertugas di lomba balap karung itu. Tunggu dulu, kenapa aku merasa kamu sedang cemburu?"
"Tidak! Ayo antar aku pulang ke mess." Ucap Ivanka menghindar karena tidak mau Ryan mengetahui kalau memang ia dirinya cemburu.
Tiba di mess, Riqky sedang berdiri di depan gerbang mess.
Melihat Ivanka tiba, Riqky langsung berlari menghampiri Ivanka.
"Bagaimana keadaan mu ? Luka mu parah? Sudah mendapatkan pengobatan ?"
"Hei.. tenang lah, aku tidak apa2. Hanya luka kecil."
"Luka kecil? Gara2 kamu Ivanka terluka!" Ucap Ryan sinis.
"Maaf... aku tidak menjagamu dengan benar."
"Tidak, sebenarnya itu murni kesalahan ku. Aku tidak berpegang erat pada Riqky."
"Kamu masih membelanya ?" ucap Ryan dengan nada kesal.
"Aku hanya mengatakan kebenaran. Kita bertiga sama-sama kalah. Dari pada ribut seperti ini lebih baik siapkan jawaban untuk departemant kita masing-masing."
Sejak hari itu perang dingin Ryan dan Riqky semakin memuncak.
Riqky sudah tidak bisa menahan diri.
"Hallo .. Ryan ayo kita bertemu. Tanpa Ivanka!"
"Oke.. Tidak masalah."
Mereka bertemu tanpa memberi tahu Ivanka.
"Katakan apa yang mau kamu ucapkan. Aku tidak punya banyak waktu".
"Ia, sama halnya dengan ku."
"Aku akan kembali ke Cina dalam waktu dua bulan ke depan. Dan aku sudah mengajak Ivanka berangkat bersama ku."
"Apa maksudmu ?" Ivanka sudah menolaknya. Dia memilih bersama ku."
"Karena itu lah aku mengajak mu bertemu. Menurutmu apakah itu pilihan yang terbaik untuk Ivanka. Dia saat hebat, dan bos besar pun masih mendukung nya. Di Cina dia akan bisa belajar lebih banyak dan kariernya pun akan jauh lebih baik.
Dia sangat spesial. Kalau hanya untuk memenuhi janjinya padamu, dia mengorbankan masa depan nya apakah itu layak ?".
"Itu bukan urusan mu. Itu urusan kami!."
"Tampaknya percuma bicara dengan orang yang punya pikirkan sempit dan egois. Yang harus ku katakan sudah ku katakan, sisa nya terserah padamu.
Dan apakah kamu pernah mendengar, kalau jodoh tidak akan lari kemana tapi kalau kalian memang tidak jodoh..."
Riqky pergi meninggalkan Ryan
Melihat Riqky pergi, Ryan tetap duduk di tempatnya. Dalam hati kecilnya dia membenarkan apa yang Riqky ucapkan. Tapi dia takut bahkan sangat takut akan kehilangan kekasih nya itu. Dia sangat berjuang untuk mendapatkan Ivanka, apakah harus melepaskan nya.
Pikiran Ryan melangkah, tanpa sadar dia sudah cukup lama di kafe itu. Dan sudah menghabiskan sebungkus rokok, yang baru di beli nya sebelum bertemu Riqky.
Dia melangkah kan kaki nya meninggalkan cafe itu dan pulang menuju mess nya.
Rasa malas dan juga bingung berkecamuk di hatinya.
Andai Ivanka pergi bersama Riqky lalu mereka sering bertemu,bagaimana kalau Ivanka pada akhirnya meninggalkan nya. Atau Ivanka akan bertemu pria lain disana dan melupakan dirinya karena ada batas jarak dan waktu.
Tapi Ivanka memang masih muda, dia punya hak untuk mengejar mimpinya. Dan karena dia lah Ivanka mengorbankan masa depan nya.
"Apakah layak Ivanka mengorbankan masa depan nya hanya untuk bisa bersama ku?" Ryan mengulangi apa yang Riqky katakan padanya."
Tiba di gerbang mess, Ryan menatap ke atas, dengan harapan dia bisa melihat Ivanka lalu bisa menyuruh nya turun dan dia akan memeluknya erat. Tapi Ivanka tidak tampak.
Da mengambil ponselnya dan mengetik SMS: "Yank, besok malam ayo kita bertemu. Aku ingin mengajak mu makan steak sapi kesukaan mu dan ada yang ingin kubicarakan dengan mu."
Tidak menunggu lama Ivanka membalasnya
"Oke, tentu saja."
あなたも好きかも