Lampu minyak di ruangan itu tiba-tiba bertambah terang. Itu adalah pertanda baik, tapi Hong Sixiang malah mengerutkan dahinya.Ia tampaknya tidak senang. Tangan kanannya yang keriput mencengkeram sumpit yang ia pakai untuk mengambil kacang goreng. Dengan hanya bergerak sedikit, ia perlahan menelan kacang di mulutnya sambil menikmati rasanya. Dia minum seteguk lagi dari cangkir anggurnya, lalu berdiri.
"Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berkeliaran di dalam tembok istana." Mata Kasim Hong menjadi keruh, dia memandang ke luar jendela dengan suram sembari berbicara dengan suara rendah, dan jari-jari tangannya berkedut.
Pintu ruangan itu terbuka.
Kasim Hong melemparkan sumpit di tangannya, bagaikan dua anak panah yang melesat, penuh dengan zhenqi. Terdengar sepasang bunyi mendesing dan dalam sekejap jendela pecah. Dua sumpit itu melesat ke sebuah tempat terpencil yang gelap di halaman luar, tempat kepala Wu Zhu berada!