Malam begitu hening, tidak terdengar suara apapun kecuali suara binatang malam yang saling bersahutan di sekitar rumah Nizam yang memang banyak pepohonan dan binatang - binatang baik yang dipelihara ataupun di biarkan bebas. Nizam duduk sambil memandang istrinya dengan mata berkabut.
" Alena, bangunlah. Mengapa Kau balas menghukumku dengan begitu kejam. Aku hanya takut kehilanganmu. Aku tahu aku salah, cinta yang terlalu besar ini malah membuatku telah menganiayaya dirimu.
Alena, mengapa kau tidak bangun ? Ayolah sweethearth bangun. Balaslah hukuman yang telah kau berikan dengan balasan yang setimpal atau bahkan lebih keras. Aku bersedia kau cambuk kembali. Alena bangunlah.. ambil cambuknya dan cambuklah Aku.." Nizam mengusap pipi Alena lalu Ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Alena yang terkatup rapat.