Tergesa-gesa Nizam pulang ke hotel Gardenia. Ia pulang sekitar pukul 3 subuh. Ia takut Alena terbangun dan Ia tidak ada disampingnya. Nizam bernafas ketika dilihatnya Alena masih terlelap di bawah pengawasan Pelayan yang berjaga disampingnya secara bergantian. Begitu melihat Nizam datang. Para pelayan itu langsung pamit undur diri.
Nizam membuka pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badan. Ia mengenakan pakaian yang layak untuk sholat dan mulai sholat tahajud. Beruntungnya Ia tadi sudah tidur dulu. Bukankah Sholat Tahajud itu harus tidur dahulu. Usai Sholat Ia segera berbaring di samping Istrinya dan tertidur pulas.
Walaupun Ia hampir tidak tidur semalaman tapi Ia segera bangun ketika adzan subuh berkumandang. Ia membangunkan Alena untuk sholat subuh. Alena membuka matanya Ia melihat wajah tampan Suaminya. Nizam mengelus perut Alena penuh kasih lalu mendekatkan mulutnya ke perut Alena dan berbisik
"Assalamualaikum permata Ayahanda" Katanya memberi salam. Alena terkikik.."Kan masih kecil Nizam. Telinganya juga mungkin belum ada"
"Tidak apa-apa, Mudah-mudahan dia sudah bisa mendengar. Ayo Alena kita sholat subuh berjamaah dulu. Kita sholat di mesjid hotel saja."
Alena menganggukan kepalanya lalu Ia mengikuti Nizam keluar dari kamarnya menuju mesjid hotel. Para penjaga dan rombongan yang lain mengikuti untuk sholat subuh berjamaah. Tetapi ada dua orang yang tetap berjaga di depan kamar Nizam.
Mesjid yang cukup besar terletak dilantai satu adalah ciri khas semua hotel Gardenia di seluruh dunia termasuk di Eropa atau Amerika sekalipun. Hotel yang bernuansa Islami dengan hiasan kaligrafi dimana-mana. Nizam tidak terlalu memperdulikan keuntungan yang Ia peroleh. Baginya setiap bangunan yang Ia dirikan harus ada nuansa Islaminya.
Menyadari bahwa ada Pangeran Nizam pemilik hotel mereka ikut sholat berjamaah maka Iman mesjid menawarkan pada Nizam untuk menjadi imam. Dan Nizampun menyanggupinya. Tak lama meluncurlah ayat-ayat suci Al-Qur'an dari mulutnya. Hati Alena terasa sangat sejuk. Ia baru tahu suara suaminya begitu merdu. Mengapa Nizam memiliki suara yang begitu merdu tapi yang diperdengarkan kepada orang-orang malah suara kejam, tegas, dingin dan bengis.
Usai sholat Nizam menuntun Alena untuk duduk di samping hotel memandang sun rise sambil menikmati sarapan. Di depan Alena sudah terdapat roti berlapis keju, telur dan daging sapi. Segelas susu ibu hamil rasa coklat melengkapi sarapannya. Nizam sendiri memilih menu sarapan khas Azura dengan Kopi Arab campur kayu manis dan kapulaga.
Disampingnya mereka para penjaga dan Arani turut sarapan bersama walau beda meja.
Suasana begitu hening. Mungkin para penghuni hotel lainnya masih terlelap. Matahari yang muncul dari balik lautan yang serupa garis di ujung mata mereka seakan menyilaukan alam semesta. Semburat sinar kuning kemerahan membuat pandangan saujana semakin meluas, melebar tiada bertepi.
Sinarnya membiaskan embun yang terjerat di setiap tepi daun kelapa yang melambai-lambai tertiup angin bagaikan jemari para gadis Bali yang sedang menari dengan gemulai.
Suara kicau burung berpadu dengan kidung doa yang dipanjatkan oleh bibir-bibir yang mengucapkan syukur dan mengharapkan keberkahan, kedamaian dan kesejahteraan disepanjang hari yang akan mereka jalani. Harumnya bunga-bunga kenanga yang terdapat disetiap persembahan yang disajikan oleh para pemanjat doa itu menyeruak membuat kedamaian di setiap relung hati.
Nizam melihat wajah Alena semakin tampak cantik berseri di awal kehamilannya. Matanya begitu bulat dan cerah seakan ingin saling berebut pamor dengan sinar matahari yang perlahan semakin memancarkan pesonanya. Nizam mengelus pipi Alena yang kemerahan.
Alena memegang tangan Nizam yang sedang mengelus pipinya. Ia heran melihat Pangeran Thalal dan Cynthia tidak ikut sarapan bersama mereka.
"Kemanakah Cynthia dan Pangeran Thalal? " Tanya Alena sambil melirik ke kiri dan ke kanan? Ia mungkin tidak heran kalau Cynthia tidak ada tetapi kalau Pangeran Thalal tidak ada Ia menjadi bingung.
Nizam mengelus pipi Alena, "Semalam Pangeran Thalal mengalami kecelakaan kecil. Ia sedang dirawat di temani Chyntia"
"Kecelakaan?? Apa??" Alena berteriak kaget.
"Ssst..tenang honey. Nanti anak kita kaget, tidak apa-apa cuma kecelakaan kecil. Bahkan Pangeran Thalal malah menanggap kecelakaannya sebagai berkah. Si Rubah itu menjadikan kecelakaannya sebagai upaya menekan diriku untuk menyetujui ide gilanya. Dan Aku juga yakin sekali dengan kecelakaannya itu Ia berhasil menekan mental Cynthia juga hingga akhirnya Chyntia orang yang selalu penuh perhitungan dan strategi akhirnya menyetujui ide gila adikku" Nizam cemberut, rupanya Ia masih tidak ikhlas mereka akan menikah.
"Aku tidak mengerti, mana ada kecelakaan membawa berkah. Lalu Ide gila, Ide gila apa?" Alena malah kebingungan. Berkah apa? bagaimana bisa kecelakaan membawa berkah? Ide gila? Ide gila apa?
"Temanmu itu berjalan tidak tahu arah, karena pusing mendengar Pangeran Thalal yang terus menerus mengajaknya menikah. Akhirnya dia tidak melihat ada motor yang melaju dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya Pangeran Thalal menyelamatkan Chyntia yang hampir tertabrak. Untungnya lukanya tidak terlalu parah."
Alena menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Lalu bagaimana dengan penabraknya apakah Ia bertanggung jawab?"
Nizam terdiam Ia malah menghirup kopinya. Tadinya Nizam mau memperkarakan penabrak adiknya tetapi kemudian Ia menyadari ada kejanggalan dalam kejadian ini. Pengawal kerajaan khususnya pengawal para pangeran adalah orang-orang pilihan yang memiliki keterampilan ilmu bela diri, kewaspadaan tingkat tinggi dan selalu siap siaga dengan berani mati untuk orang yang dilindungi nya.
Gerakan motor yang cepat harusnya sudah bisa terdeteksi oleh mereka dari awal. Ibarat seorang ibu yang menjagai anaknya ketika berjalan di jalan raya. Sebelum motor itu menyambar harusnya pengawal itu sudah bisa mencegah Pangeran Thalal terkena hantamannya tapi nyatanya malah tidak.
Dan Nizam akhirnya memprediksi kalau kejadian ini disengaja oleh Pangeran Thalal untuk membuat Cynthia menyerah. Motor itu agaknya sudah dipersiapkan Pangeran Thalal menunggu kelemahan Cynthia. Hanya saja karena gerakan Pangeran Thalal kurang gesit maka Ia tersambar stang motornya.
Nizam tersenyum sinis, tidak mengira adiknya begitu licik jauh melampaui dirinya sendiri. Nizam meremas tangannya. Kalau saja Cynthia tahu kejadian sebenarnya maka habislah Pangeran Thalal di hajar Cynthia. Tapi tentu saja Nizam tidak akan berani berbicara pada Alena. Ia hanya memainkan matanya yang resah lalu kembali mengelus hidungnya oleh telunjuknya sendiri.
"Nizam...kenapa kamu hanya diam?"
"Penabrak itu tidak terkejar, tapi Kami sudah melaporkan ke polisi"
"Ooh.. syukurlah"
"Tapi yang kesalahan bukan sepenuhnya ditanggung oleh penabrak itu, Cynthia juga berjalan tidak konsentrasi.
"Tentu saja, Pangeran Thalal tidak kira-kira, melamar orang secara tiba-tiba tapi bagaimana bisa mereka akan menikah, Ya Tuhan akhirnya, Syukurlah.. akhirnya Cynthia akan menikah dengan Pangeran Thalal. Hebat...hebat...Terima kasih Nizam atas berita bahagia ini. Nah untuk merayakannya. Hari ini aku ingin makan rujak belimbing wuluh" Mulut Alena tiba-tiba jadi berdecap membayangkan Ia akan memakan belimbing wuluh yang rasanya sangat asam memakai sambal rujak yang bertabur kacang tanah.
Belimbing wuluh bukanlah buah-buahan yang biasanya dibuat rujak tapi entahlah mengapa Alena sangat menginginkan rujak belimbing wuluh.
Nizam tercengang 'Rujak belimbing wuluh?? Makanan apa itu?' Jangankan melihatnya, mendengarnya saja baru kali ini. Ia tidak tahu semua makanan yang disebutkan Alena.
"Aku tidak tahu makanan apa itu??"
"Aku tidak mau tahu kau harus mencarinya sendiri. Di pasar tradisional pasti ada. Aku ingin Kau sendiri yang mencari dan membelinya. Tidak boleh menyuruh orang lain." Alena mengultimatum suaminya. Nizam tercengang semakin kebingungan. Ia melirik ke arah Arani. Arani hanya menganggukkan kepalanya sementara itu tangannya langsung bermain di layar handphonenya browsing tentang belimbing wuluh.