Beberapa kali helaan nafas kasar di sertai umpatan kecil terdengar dari belah bibir Jerome, yang mulai merasakan penyesalan yang berkemelut di dalam hati nya.
Tatapan sendu menatap ke arah tanda lampu yang berada di atas pintu ruang operasi membuat nya ingin sekali berteriak, dan membiarkan cairan bening yang menumpuk pada kedua kelopak matanya jatuh begitu saja.
Namun ...
Bukan Jerome dengan keegoan hatinya yang ia junjung tinggi itu namanya jika ia melakukan hal demikian.
Ia lebih memilih diam dengan seribu kata yang tak dapat ia utarakan dalam suara.
Disaat keheningannya Jerome di tempatnya, suara langkah kaki berisik mendekat ke arah nya.
"Apa yang kau lakukan pada putraku?"
Suara yang sudah lama tak ia dengar, kini semakin jelas terdengar di telinga nya itu.
Tak kunjung mendapatkan sebuah respon dari Jerome, pria paruh baya yang sudah berdiri di hadapan Jerome tanpa ragu meraih kerah Jerome.
"Apa maumu?"