Aku mengayuh sepedaku dengan cepat menuju sekolah Binar, bukan karena takut sedang diikuti atau bagaimana. Memang setelah kejadian tempo hari itu aku sempat menjadi sedikit parno. Tapi setelah kejadian Ben melamarku, aku menjadi tidak sempat menghawatirkan hal itu. Pikiranku penuh berisi bagaimana aku harus menjawab Ben. Apakah kau harus menerimanya, atau menolaknya. Belum sempat kutemukan jawaban yang tepat, hari ini, wali kelas Binar memanggilku, beliau bilang Binar membuat masalah di sekolah, dia bertengkar dengan temannya. Aku tahu kalau dia bukan anak yang baik, pendiam nan penurut, malahan dia adalah seorang pemberontak. Tapi baru sekali ini aku sampai mendapat panggilan ke sekolah. Biasanya wali kelasnya hanya bilang padaku agar mengajari Binar bagaimana bersikap sopan dan anggun, juga agar Binar mengurangi penggunaan kata-kata yang belum cocok untuk anak kecil. Tapi sekarang beliau sampai memanggilku, pasti masalah kali ini lebih serius.