Sial. Hujan mulai turun merintik. Nyala lampu patromak masih bisa menerangi kuburan tersebut. Kevin tetap melaksanakan niatnya, menggali makam Profesor Hudoyo, yang masa hidupnya di kenal sebagai guru kebatinan. Kevin tak mau terlambat, ia harus berpacu dengan waktu.
Jenazah Profesor Hudoyo di makamkan baru tadi sore. Jadi, Kevin hanya punya kesempatan sampai matahari terbit. Karena itu, ia cepat-cepat melepaskan raselnya, melepaskan tali pengikat skop tanah dengan cangkul, menyelipkan sebilah pisau di pinggang belakang, dan memulai menggali makan tersebut.
Hujan makin deras. Kevin tak peduli. Malam begitu gelap dan sepi. Kevin tetap nekat.
Traaak…! Tiba-tiba kaca lampu patromak pecah arena terkena percikan air hujan. Wah, kacau! Menjadi gelap alam sekeliling Kevin. Untung ia membawa lampu senter dalam ransel. Ia segera mengambil lampu senter itu. Lalu ia pun mulai menggali tanah itu.