"Mama selina , pesan mie tantangan seperti biasa"aku memesan mie tantangan di warung langgananku.
"Baik ren, kau ini memang selalu semangat ya"mama selina mengambil jam pengukur waktu, dan mie semangkok besar, "siap mulai"kata mama selina siaga.
Aku memakan mie tersebut dengan cepat, dan selesai, "rekor terbaru, hanya 1 menit"mama selina memberikanku uang, "oke ini 5000 munny"mama selina tersenyum.
"Terima kasih mama selina"aku tersenyum.
"Sama-sama dan juga ini"mama selina memberikan bekal makanan untukku, "selina yang buat loe"mama selina membisikkan kepadaku.
"Mama! "Selina mendadak ada di depan pintu dapur.
Aku terkejut, "ini bukan seperti yang kamu pikirkan ya ren"selina agak gerogi mengatakan.
"Iya"aku tersenyum bingung.
"Hehehe, lucunya"mama selina tersenyum mengejek.
"Mama sudah, dong cepat masak sana jangan gangu ren terus tahu"sellina mendorong mamanya.
"Baik-baik sudah dulu ren"mama selina tersenyum.
"Selina aku pergi dulu ya"aku mengambil wadah susu botol, dan koran pagi, "dan terima kasih bekalnya"aku tersenyum ke arah selina.
"(Ren,kenapa kau cepat pergi sebenarnya aku mau lebih lama berdua denganmu) "suara kepala selina yang agak berbeda.
"Mama sudah dong jangan main-main"selina meneriaki mamanya di belakang sedang sembunyi.
"Hahaha maaf-maaf"mama selina tertawa.
Aku mengatar, koran pagi, dan sekaligus mengirim susu pesanan sebelum pergi ke sekolah, "huh pagi hari segar juga cuacanya"aku menarik nafas.
"Oke waktunya pemanasan"Aku berlari sangat cepat untuk mengantar, koran dan susu pesanan, beberapa menit kemudian koran dan susu sudah terkirim.
Aku melihat jam tanganku,"rekor baru 30 menit ya, harus aku tingkatin lagi ini"aku berjalan biasa menuju tempat kerjaku untuk mengantar wadah susu dan wadah koran juga.
Tak beberapa lama aku sampai ditujuanku"boss udah terkirim"aku hormat.
"Hahaha Bagus cepat juga kau ya"boss tertawa melihatku.
"Ini bayarnya, 20.000 munny, karena tadi kau repot-repot mengirim susu aku tambahin lagi 15.000"boss memberikan tambahan uang.
"Boss bukanya ini, terlalu banyak"aku mencoba menolak.
"Ya enggak apa-apa kok, anggap saja bonus, dan juga panggil paman saja tahu, aku ini kenalan ayahmu tahu"paman menarik pipiku.
"Maaftkan aku"kataku dengan pipi melebar, "aku pergi dulu"aku melambaikan tangan kearah paman.
"Yama, anakmu sekarang sudah dewasa ya"paman tersenyum.
Aku berlari menuju sekolah, aku melihat jam tanganku yang menujuk angka 7:50,"sial aku terlambat"aku berlari sangat kencang dan ternyata, "ujung-ujungnya terlambat juga"aku melihat kearah gerbang sekolah yang sudah di jaga 10 orang berbadan kekar.
Aku berjalan dan melihat, kearah pagar batu yang mungkin setinggi 3 meter, "gue beruntung ni"aku tersenyum dan melompat pagar tinggi tersebut.
"Akhirnya masuk juga"aku menarik nafas lega.
Aku berjalan biasa, namun aku merasakan ada yang aneh, saat aku melihat ke belakang, banyak wanita yang melompat pagar, "(astaga sekolah apa ini! Kenapa wanita bisa melompat setinggi itu)aku berteriak dalam hati sambil melihat banyaknya murid perempuan melompat pagar.
"Huh,ya sudahlah"aku berlari menuju kelasku yang sudah di beri info kepala sekolah lewat telepon kemarin.
"Oke jadi ini kelasnya"aku melihat kelas 1 A.
Saat aku memasuki kelas, aku melihat guru dan murid wanit terkejut, "a..... Maaf bu atas keterlambatan saya"aku menundukan kepalaku.
"Hahaha, tidak masalah kau pasti ren Yamamoto kan"ibu guru tersenyum.
"Ya tentu"kataku.
"Baik waktunya perkenalan murid, dimulai"ibu guru melakukan suaga pertarungan.
"E....."aku bingung.
Mendadak aku dikelilingi murid wanita, dengan kuda-kuda bertarung semua murid tersebut menggunakan seni bela diri berbeda .
Aku melihat mereka namun aku sudah tahu titik kelemahan mereka.
Semua wanita menyerbuku dengan gaya pertarunagn mereka.
Aku berjalan biasa dan menangkis semua pukulan mereka, mereka semua terkejut melihatku dan tetap melancarkan pukulan, "sial siapa laki-laki ini sebanarnya"kata salah satu wanita yang memukulku terus-menerus.
"Woi sudahin ajalah, kalian tahu pepatah jangan membangunkan sesuatu yang seharusnya tidak dibangunkan"aku menatap mereka semua dengan tatapan seriusku.
Mereka semua terdiam, dan agak gemetar namun mereka tetap melancarkan pukulan kerahaku.
Aku menarik nafas dan memukul titik kelemahan semua wanita yang mungkin 30 orang soalnya tadi aku tidak menghitung jumlah wanita yang ada di kelas, mereka semua tertidur ditanah karena seranganku barusan.
"Hebat nya, memang betul yang di katakan ketua osis, dan kepala sekolah"ibu guru tersenyum senang, "oke tim alpha, tim belta masuk"ibu guru menggunakan hpnya.
Mendadak banyak orang berbadan kekar yang datang dari berbagi arah, dan mengangkat semua murid perempuan, keluar kelas.
"A..... Apa yang terjadi barusan"aku bengong.
"Baiklah, singkat saja aku menjelaskan yang tadi itu adalah salam perkenalan saja, ya ren"ibu guru bersandar di papan tulis.
"(Salam perkenalkan, mana ada yang memukul begitu) gitu ya"aku dengan wajah poker face.
Mendadak pintu ruangan terbuka, aku melihat erina tanpa kaca mata, dengan keringat bercucuran di tubuhnya, "ibu kenapa masih dilakukan sih!"erina meneriaki ibu guru.
"Erina kenapa ada disini, bukanya kau yang memerintah kami"ibu guru dengan keringat bercucuran ketakutan.
"Ya bukan begitu seharus.......ahhh terserahlah"erina menutup matanya.
"Erina ada apa, kenapa kau ada disini? "Aku bingung dengan kedatangan erina.
"Ren, apa kau baik-baik saja"mendadak erina mendekatiku dan menyentuh wajahku.
"(Dia dari tadi tidak lihat aku ya) kau kenapa enggak bisa melihatku ya? "Kataku.
"E... Ya enggaklah aku bisa lihat kamu kok"erina dengan pipi memerah.
Aku mencoba mengerakan jari telunjukku ke matanya, namun dia tidak berkedip, "(matanya min ya!?)"kataku dalam hati, "erina dimana kaca matamu"aku menyentuh bahunya.
"E..... Anu di perpustakaan"erina dengan suara pelan.
"Oh gitu, yoshhhh"aku memegang tubuh erina dan mengendong dia seperti tuan Putri, "aku mulai pegangan kencang ya"aku tersenyum dan berlari.
"Eh,"mendadak pipi erina makin memerah dan dia memegang leherku.
Aku berlari dengan mengendong erina.
"nampaknya aku tidak di peduliin, ya sudahlah lebih baik aku istirahat di kantor aja"kata ibu guru di kelasku.
Aku dan erina sampai di perpustakaan walaupun, banyak murid yang melihatku mengendong erina.
"Oke baik kita sampai"aku menurunkan erina namun, wajah erina makin memerah.
Aku melihat penjaga perpustakaan yang bengong melihatku dengan erina, aku mendekati dia, "apakah kau melihat kaca mata erina"kataku.
"E..... Iya di sana"murid tersebut, menujuk ke tempat penitipan barang.
"Ini ya, terima kasih"aku mengambil kaca mata erina sedangkan, erina lagi duduk dengan mata agak sulit melihat.
Aku mendekati dia dan langsung menempelkan kaca mata di matanya, "sekarang lebih baik kan"aku tersenyum.
Mendadak seluruh wajah erina memerah, nampak seperti sakit"terima kasih ren"erina menundukan kepalanya.
"Lain kali kalau jalan jangan lupa kaca matanya tahu, kan bahaya tadi"kataku.
"Maaf, yang terpenting apakah kau baik-baik saja"erina mengecek seluruh tubuhku.
"Ya enggak apa-apa kok, yang aku pedulikan itu kamu tahu! "Aku memarahi erina.
"Maaftkan aku"erina menundukkan kepalanya, "tes-tes "tetesan air mata keluar dari, matanya.
"Woi erina ada apa denganmu?, kenapa kau menangis apakah aku berbuat salah"aku khawatir karena erina menangis.
"Maaf-maaf, karenaku kau hampir di pukulin teman sekelasmu"erina membersihkan air matanya.
"Ya kalau dipukulin sih, ya memang aku di pukulin tapi tenang aja, aku sudah mengalahkan mereka semua kok"aku mengelus kepalaku.
"Apa mustahil"erina terkejut.
"Hem memang kenapa? "Aku bingung dengan reaksi erina barusan.
"Ya bukan apa-apa(hebat ren bisa mengalahkan 30 ahli beladiri sendirian, apalagi diantaranya 30 orang ada 10 ranking A) "erina terdiam.
"Erina, maaf tapi nampaknya aku harus kembali ke kelas"aku memegang bahunya erina.
"Ehmmmmmm, ayo kesini kamu"erina menarikku keluar dari perpustakan, menuju arena turnamen yang aku lihat kemarin.
"Kenapa kita ada disini?"aku melihat arena yang di pakai perempuan sedang latihan.
"Yo, erina tumben kau disini, ada urusan apa? "Wanita tersebut berhenti berlatih.
"Apa kabar ran, bisa tidak kau bertarung dengan laki-laki ini?"erina menujuk ke arahku.
"Huh, woi apa yang kau katakan erina!"aku meneriakki erina.
"Berisik"erina dengan wajah agak kesal.
Mendadak wanita tersebut mendektiku, dia berambut hijau panjang, "ehmmmm, kalau aku lihat laki-laki ini tampak lemahya, dia tidak terlalu berisi dan juga otot lengan ya juga biasa aja"wanita tersebut mengecek seluruh tubuhku, "baik kalau itu kemauanmu tapi, aku tidak akan serius"wanita tersebut tersenyum.
"Jangan tidak,kau harus serius mengahlakan dia! "Erina dengan wajah marahnya.
"Oke baik-baik, tapi aneh kau ini kejam juga ya membiarkan laki-laki seperti ini hancur di tanganku"wanita tersebut tersenyum mengerikan.
"(Ini wanita punya sopan santun gak sih, orangnya ada depan mata loe bro) "aku menatap dia agak kesal.
"Kenapa kau melihatku seperti itu, apakah kau agak kesal? "Wanita tersebut mengejekku.
"Enggak kok,(tenanglah ren ingat dia perempuan tapi mulutnya lebih parah dari erina) "aku menahan emosiku.
"Baik ayo kita mulai"wanita tersebut berjalan menuju tempat bertarung.
Mendadak lampu menyala mengarah ke wanita tersebut dan aku juga mendengar, suara sorakan dari bangku penonton dan terdengar suara komentator.
"Baik pertandingan akan segera dimulai, di sudut kiri kita adalah monster hijau dari sekolah the elit, dan dan di sudut kanan kita laki-laki biasa dari sekolah the elit" kata komentator .
Mendadak aku mendengar suara yang menyemangati wanita tersebut aku hanya diam, dan bingung, "(apa yang terjadi disini woi! )"Aku berteriak dalam hati.
Erina hanya melihatku dari kejahuan, dan berdiri terus dengan tatapan fokus kearahku.
"Oke baiklah sudah, lama aku tidak berlatih, kalau begitu sekarang kau akan menjadi bahan latihanku ya"wanita tersebut tersenyum kerahku, "oh ya aku sampai lupa siapa namamu? "Wanita tersebut dengan ekspresi bingung.
"(Baru tanya ini anak sekarang) namaku ren Yamamoto, kalau kau sendiri siapa? "Aku menatap dia dengan wajah poker faceku.
"Aku ran kenji, salam kenal ren"ran tersenyum kearahku.
Aku menatap dia dan"tapi biar aku pertegas,aku tidak akan serius"aku tersenyum.
Mendadak ekspresi ran berubah, "oh begitu kau tidak akan serius, kau meremehkanku ya! "Ran dengan tatapan mengerikan.
Aku tersenyum dan,aku mendengar suara wasit yang ada di pinggir lapangan"baik bagian kiri siap, kanan siap mulai"mendadak lonceng berbunyi,dan aku melihat ran sudah di depan wajahku.
Dia tersenyum mengerikan layaknya monster, pukulan mengarah ke wajahku namun, "grep"aku menagkap tangannya.
"Mustahil"ran bingung melihatku.
Terdengar suara sorakan penonton yang menggila, "kan sudah aku bilang aku tidak akn serius"aku tersenyum.
"Sialan"ran menendangku namun aku menunduk.
"Apa tendangannya si monster di hindari semudah itu"teriakan komentator.
"Huh, kau memang monster ya"aku bingung dengan teriakan komentator barusan.
"Berisik"ran mencoba memukulku namun"grep"aku menagkap tangan ran dan tidak akan kulepaskan.
"Sial"ran menggunakan tangan kanannya dan mengarahkan pukulanya ke wajahku.
Aku menghindari semua pukulanya, dan aku menarik tangan kirinya dan membisikan"maaf"aku tersenyum.
"Bukk"aku memukul titik kelemahan yang ada di bagian perutnya.
Ran terdiam dan dia terjatuh, aku mendengar suara sorakan penonton yang makin menggila.
"Mustahil siapa sebenarnya kau ini? "Ran yang ada di bawahku.
"Kau baik-baik saja maafkan aku kelepasan tadi"aku mendadak panik.
Mendadak petugas kesehatan membawa ran keluar ring namun, aku melihat ran menunjukan jempolnya, aku tersenyum dan terdiam sebentar karena masih bingung.
"Ren, siapa kau sebenarnya?! "Erina dengan gemetar.
Waktu pun berlalu aku mendekati erina, dan dia hanya terdiam seperti patung.
"Erina, tadi kenapa kau menyuruhku bertarung huh!"aku memarahi erina.
Erina masih terdiam dengan tatapan kosong, "baik aku mengerti ren dengan ini kau akan menjadi wakil ketua osis"erina menunjuk ke arahku.
"Huh apa yang kau katakan?"aku bingung dengan perkataan erina.
"Baik sampai jumpa besok"erina tersenyum dengan pipi memerah.
"Woi tunggu dulu, aku masih tidak paham?"aku bingung.
"Baik kalau begitu, kau mau makan bersamaku"erina dengan wajah makin memerah.
"Sungguh"aku memegang tangan erina.
"Ya tentu"erina berjalan mendahuluiku.
Kami keluar ring dan mencari restoran di luar.
"Sudah aku bilang pilihanku tidak pernah salah"kepala sekolah yang ada di ruangnya dan di dampingi oleh wakilnya.
"Ternyata memang betul pilihanmu ya! "Wakil kepala sekolah dengan keringat sedikit di pipinya.
"Mungkin masih banyak kejutan dengan anak ini"kepala sekolah melihat dokumenku.
Behind the scane
"Ah kenyangnya"aku menyentuh perutku.
"E..... (Ren makannya sebanyak ini) "erina melihat 10 piring yang aku pesan.
"Baik, aku akan bayar dulu"erina berjalan menuju toilet.
"(Bagaiaman ini duitku kurang, disini juga tidak bisa mengunakan kartu kredit, tempat atm pun juga enggak ada, apa aku harus cuci ping sial"erina melihat wajahnya sendiri di cermin dengan wajah gelisah, "oke baik aku akan cuci piring"erina berjalan dengan beraninya.
Erina menuju tempat makan kami barusan, dia tidak melihatku, "sial dia pulang segala"erina dengan kesal.
Erina menuju kasir dengan kaki agak gemetar, "anu mbak berapa bayarnya(sial tamat riwayat gue) "erina dengan mengigit bibir bagaian bawahnya.
"Oh pembayar,semuanya sudah di bayarkan oleh anak berambut putih tadi"penjaga kasir tersenyum.
"Apa, oh begitu ya"erina tersenyum lega namun merasa agak bersalah.
"Oh ya dan juga dia memberikan ini"penjaga kasir memberikan kertas.
Erina mengambil kertas tersebut dan membacanya, "(makanannya enak sekali lain kali kita makan lagi ya,hihihi) "kataku di dalam pesan kertas.
Wajah erina merona, "hum dasar"erina tersenyum kecil.
bersambung