'Aula Pendaftaran Bakat'
Jemari dari tangan yang terulur itu tidak terlihat. Memakai jubah hitam, Tetua Li tampaknya tidak terpengaruh oleh kegelapan ketika dia mencari sebuah buku dari atas rak buku. Buku ini mencatat pengalaman dari seluruh kehidupan pendiri sekte.
Di dalam gelap, hanya sepasang api hijau tersembunyi di balik jubah hitam itu bergerak. Sekelilingnya benar-benar hening, kecuali suara Tetua Li yang membuka lembaran buku.
"Bagaimana bisa murid itu mengultivasi teknik <<Tubuh Iblis Kelas Titanium>> sampai ke tingkat yang setinggi ini? Ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Tetua Li kepada dirinya sendiri. <<Tubuh Iblis Kelas Titanium>> yang ditulis di buku hanyalah metode pelatihan tubuh yang ditulis secara iseng-iseng oleh pendiri sekte, dibuat secara khusus bagi para samsak untuk berlatih. Namun kemudian, seseorang nyatanya berhasil melatihnya sampai ke tingkat setinggi itu.
Keesokan harinya ….
Lin Fan terbangun dan hal pertama yang dia lakukan adalah menurunkan celananya dan memeriksa. Melihat 'adiknya' sepenuhnya hidup, aman, dan sehat, dia merasa lega. Mulai sekarang, Lin Fan berjanji dia tidak akan melakukan sesuatu seperti ini lagi. Omong kosong ini benar-benar mengancam nyawa.
Pada saat itu, sebuah ketukan terdengar dari pintu. Lin Fan merasa sedikit curiga, 'Siapa sih yang datang menemuiku? Apakah Han Lu datang kemari?'
Tetapi itu tidak mungkin. Dengan hal kejam yang dia lakukan kemarin, jika Kakak-Senior Han Lu tidak langsung menendang pintunya terbuka, itu akan sedikit menyedihkan. Lin Fan tidak berpikir banyak dan langsung bersiap-siap sebelum membuka pintu.
"Hm, kau adalah?" Lin Fan melihat orang asing di hadapannya dengan sedikit curiga.
"Aku tinggal di sebelah. Kau adalah Adik-Junior Lin, murid sekte luar yang baru diresmikan, 'kan?" Orang itu tersenyum, melihat Lin Fan seperti seorang kakak kepada adiknya.
"Oh, jadi kau adalah Kakak-Senior! Ayo, ayo …. Kakak-Senior, silakan masuk." Lin Fan mendengar ini dan hatinya tiba-tiba menjadi gembira …. Pengalaman mengantarkan dirinya ….
"Hehe, Adik-Junior Lin sungguh sopan. Kakak-Senior Ni mengatakan padaku kemarin untuk menjaga Adik-Junior Lin dengan baik. Sekarang adalah waktunya makan malam bagi sekte luar. Karena Adik-Junior Lin baru saja diresmikan, Adik mungkin tidak tahu di mana tempat itu berada. Jadi, aku akan membawa Adik ke sana." Yin Mochen melihat Lin Fan dan merasa adik-junior yang baru diresmikan ini adalah orang yang cukup baik. Dia sangat ramah kepada orang lain. Di kemudian hari, jika ada kesempatan, dia akan lebih sering mengunjunginya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan bergantung padamu, Kakak-Senior," kata Lin Fan dengan riang. Sepanjang perjalanan Lin Fan agak bersemangat dan Yin Mochen menjawab semua pertanyaannya.
"Kakak-Senior Yin, aula makan ini cukup besar." Lin Fan melihat ke sekeliling dan melihat lautan manusia. Setiap kepala memiliki tingkatan kultivasi yang melayang di atas mereka. Bagi Lin Fan, mereka semua hanyalah ladang pengalaman.
"Adik-Junior Lin, semua murid sekte luar makan di sini. Jadi, tentu saja, aula makan ini besar sekali," balas Yin Mochen.
"Oh …."
Di bawah pimpinan Yin Mochen, Lin Fan mendapatkan makanan dari area katering aula makan. 'Ada daging dan sayur-sayuran sehingga cukup banyak pilihan. Sayur jenis apa ini dan daging apa ini? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya dan aroma makanannya juga sangat enak …. Ini sangat membangkitkan nafsu makanku.'
Perut Lin Fan keroncongan dan setelah memasuki tahap prasurgawi, nafsu makan Lin Fan juga meningkat besar. Jadi, tanpa bicara, dia menyelesaikan makanannya dengan cepat. Seperti yang diduga, ini bukan makanan biasa. Setelah Lin Fan memakan makanan ini, pengalamannya bertambah sedikit.
Lin Fan menengadah dan melihat Yin Mochen menatapnya tercengang, "Kakak-Senior, kenapa Kakak melihatku seperti itu?" Setiap kali Lin Fan melihat tatapan mata penuh arti seperti itu, dia merasakan sekujur tubuhnya bergidik, seolah-olah ada seseorang yang memikirkan tubuhnya yang polos. Yin Mochen tersenyum, "Bukan apa-apa, hanya saja melihat cara Adik-Junior Lin menyantap makanan seperti pembuka mata bagiku."
"Kakak-Senior Yin, apakah setiap orang hanya mendapat satu porsi makanan ini?" tanya Lin Fan.
"Ya, semuanya sudah disiapkan sebelumnya," kata Yin Mochen sembari tersenyum. Mendengar ini, Lin Fan seketika merasa kegirangan.
Karena bagi Lin Fan, semua orang hanyalah ladang pengalaman. Itu tidak akan terjadi jika dia tidak memulai mode mengejek. Setelah menerima kepastian ini dari Kakak-Senior Yin, Lin Fan dengan yakin mulai mengejek.
Lin Fan menatap dengan ekspresi tenang. Lalu, dia mengambil makanan Kakak-Senior Yin dan menaruh makanan itu di depannya. Kemudian, dia melihat kepada Kakak-Senior Yin, menunggu amarahnya.
"Kakak-Senior Yin, aku masih belum kenyang. Jadi, Kakak cukup melihatku makan saja," kata Lin Fan. Saat ini, hati kecil Lin Fan berantisipasi penuh, 'Kakak-Senior Yin, cepatlah dan serang aku … cepatlah, balikkan mejanya, dan hajar aku. Meskipun kepribadianmu cukup baik, siapa yang bisa menyalahkanku karena adik-juniormu bergantung pada hal ini untuk naik tingkat?'
Yang tidak Lin Fan sangka-sangka adalah Kakak-Senior Yin tersenyum setelah tampak terkejut untuk sesaat. "Benar, ini adalah salah kakak-seniormu. Karena Adik-Junior masih belum kenyang, kakak-senior tidak keberatan untuk memberikan makanannya untuk Adik-Junior," kata Yin Mochen.
Lin Fan mendengar ini lalu meledak, 'Ini … ini ….'
Tiba-tiba Lin Fan menyadari, 'Mengejek benar-benar sulit belakangan ini …. Ada apa dengan orang-orang ini? Kenapa mereka sangat murah hati?'
"Kakak-Senior Yin …. Apakah Kakak tidak lapar?" tanya Lin Fan.
"Aku lapar." Yin Mochen Mengangguk.
"Lalu, tidakkah Kakak marah karena aku mengambil makanan Kakak?" Lin Fan tiba-tiba merasa ingin menangis, 'Tidak bisakah kau bekerja sama dan menghajarku?'
Yin Mochen tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Sebagai kakak-senior, sudah seharusnya menjaga Adik-Junior. Karena Adik-Junior kelaparan, kakak-seniormu tentu saja akan membiarkan Adik-Junior memakan makanannya."
'Aku menyerah ….'
Jika tidak ada orang di sekelilingnya saat ini, Lin Fan pasti akan menangis tersedu-sedu. 'Kenapa semua orang di sekte luar seperti ini, sangat baik hati ….? Ke mana aku harus pergi mengejek orang sekarang?'
"Kakak-Senior, aku tiba-tiba tidak lapar lagi. Ini kukembalikan makanan Kakak." Lin Fan mendorong kembali makanan yang ada di depannya.
"Adik-Junior, kalau kau benar-benar lapar, kakak-seniormu sungguh baik-baik saja," kata Yin Mochen.
"Tidak perlu," kata Lin Fan sambil menggelengkan kepalanya.
….
Saat ini, suara meja yang digebrak datang dari depannya.
"Berikan makananmu padaku."
Lin Fan melihat ke arah suara itu dan melihat pria sebesar gunung berdiri di sana, mencuri makanan orang lain. "Kakak-Senior, itu milikku." Dari keramaian, suara seperti lonceng berpindah. Dinilai dari suaranya sepertinya seorang perempuan.
"Sekarang ini milikku. Kau ada masalah dengan itu?"
….
Lin Fan berdiri pada saat itu, hatinya dipenuhi kebahagiaan. Akhirnya bertemu dengan orang yang seperti ini …. Lin Fan tidak percaya bahwa di antara lebih dari delapan ribu orang murid, tidak ada satu pun seorang yang sombong di dalamnya.
"Adik-Junior Lin, jangan membuat masalah …. Dia adalah pengikut Kakak-Senior Yi," kata Yin Mochen agak ketakutan. Mendengar hal ini, Lin Fan menjadi makin senang, 'Jadi, dia bahkan punya orang yang mendukungnya! Boleh juga, boleh juga.'
"Kakak-Senior Yin, siapakah Kakak-Senior Yi ini?" tanya Lin Fan.
"Dia adalah salah seorang dari sepuluh murid teratas sekte luar seperti Kakak-Senior Meng. Posisinya di dalam sekte luar sangatlah tinggi. Orang ini adalah salah satu pengikutnya Yi Zhongtian. Meski hal seperti ini umumnya tidak terjadi di sekte luar, bukan berarti tidak ada. Adik-Junior, dengarkanlah ucapan kakak-seniormu ini dan jangan campuri urusan orang lain," Yin Mochen memperingatkan.
"Oh." Lin Fan menganggukkan kepalanya. Yin Mochen merasa lega, dia takut Adik-Junior Lin akan bersikap berani dan tidak dapat mengabaikan ketidakadilan. Meskipun sekte melarang keras pertikaian, tetapi di mana ada orang, pasti akan ada benturan. Sebenarnya mustahil untuk melarang hal itu sepenuhnya.
Tetapi ketika Yin Mochen mengangkat kepalanya, dia menyadari bahwa Adik-Junior Lin sudah berjalan ke arah sana. Terkejut, dia buru-buru menyendokkan beberapa suap makanan dan segera mengikutinya.
'Apa sebenarnya yang hendak dilakukan Adik-Junior Lin? Jangan melibatkan diri dalam hal ini.'