Tetapi ada pula yang membuatku kesal, aku yang berjalan sedikit lebih dulu dari Akira. Sebentar saja sudah banyak gadis- gadis yang mendekatinya. Lagi- lagi gadis- gadis itu mencoba menggoda suamiku. Yah, tapi aku harus menahan amarahku. Aku ingat ini adalah pernikahan rahasia. Jadi aku tidak boleh marah di tempat umum.
"Huh... sialan! Lihat saja saat pulang nanti, aku tidak akan memaafkanmu!" gumamku dalam hati mencoba bersabar.
Aku pun mendengar ucapan gadis- gadis yang mencoba menggoda Akira itu. Membuat langkahku terhenti, dan kesabaranku pun diuji.
"Kakak Akira, maukah kamu menemaniku jalan- jalan? Aku sangat takut malam ini!"
"Kakak Akira, mari kita jalan- jalan bersama. Kakak menuliskan harapan apa?"
Salah satu gadis melihat lampion harapan Akira, "Mencintai istriku selamanya, keberuntungan yang selalu datang, harapan baik, kehidupan yang sejahtera dan damai" yang membuatnya kaget dengan harapan itu.