-Terjebak Menjadi Simpanan-
'Jangan menyerah, ini demi dendammu sendiri. Selangkah lagi.' Kirana bergumam dalam hati untuk menguatkan dirinya sendiri.
Kirana Daniara tidak pernah berpikir jika dirinya akan sampai pada tahap dimana ia menceburkan dirinya sendiri ke dalam lubang yang mungkin akan disesalinya seumur hidup.
'Tidur dengan laki-laki asing.'
Wanita muda itu menghela nafas pelan. Ia mencekam erat selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Membiarkan detakan jantung berdebar dua kali lebih kencang dibandingkan biasanya.
Matahari sudah naik ke cakrawala. Menyisakan cahaya lurus yang menerobos dari sela-sela gorden yang sedikit terbuka.
Kirana bahkan tidak berani bergerak semenjak ia bangun dan menyadari kesalahan yang diperbuatnya.
Wajahnya menunduk, sesekali melirik dari ujung mata dengan sedikit ragu-ragu.
Tak jauh dari tempatnya, seorang laki-laki tampak gusar. Rahangnya mengeras dengan kedua tangan yang mengepal erat.
Kemeja putih yang tadi tergeletak di lantai sudah terpasang kembali di tubuhnya dengan sedikit kusut. Kancingnya masih dibiarkan, membuat otot-otot perutnya terlihat dengan jelas.
Laki-laki tampan dengan tubuh kekar itu tiba-tiba berbalik menatap marah pada Kirana. Manik hitamnya menajam, seolah mengirimkan ribuan pisau pada orang yang ditatapnya.
Kemarahan jelas menguasai laki-laki itu ketika mendapati dirinya terbaring di atas ranjang dengan keadaan tidak pantas bersama seorang wanita yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali.
Umpatan kasar sudah beberapa kali ia layangkan. Bahkan ia nyaris mengamuk dan mencekik wanita yang berada di atas ranjang yang sama dengannya kala itu. Hanya saja kewarasannya masih berfungsi lebih baik.
"Apa kau menjebakku, jalang!" bentaknya dalam.
Kirana mendongak setengah takut. Iris hitamnya tidak berkedip beberapa saat. Ia termenung.
Walau ini bukan pertama kali ia bertemu dengan laki-laki itu, tapi tetap saja ia kembali terpesona.
Mahesa Danaswara ....
Laki-laki luar biasa yang pernah ia temui. Putra tunggal pemilik Grup Danaswara, sekaligus pewaris satu-satunya kekayaan orang nomor satu di negaranya.
Mahesa seperti prince charming yang datang ke dunia nyata. Selain wajahnya yang luar biasa tampan, ia juga memiliki kekuasaan setara dengan petinggi besar negara ini.
Sikap dinginnya sama sekali tidak membuat kaum hawa mundur. Justru semakin menantang. Bahkan banyak selebriti dan anak konglomerat yang menawarkan diri dengan sukarela.
Hanya saja Mahesa sama sekali tidak pernah terlibat skandal ataupun urusan dengan wanita itu.
Satu-satu kelebihannya adalah laki-laki itu sudah menikah tiga tahun yang lalu dengan putri sulung Atmaja Grup.
Monica Atmaja ....
Kirana kembali mencekam erat ujung selimutnya. Mengingat nama Monica Atmaja, mau tidak mau langsung membuatnya mengingat Rafael Atmaja, kekasihnya..
Atau lebih tepatnya mantan kekasihnya.
Kirana memejamkan matanya. Membiarkan kesedihan dan dendam itu memasuki perasaannya sekali lagi.
"Kau tuli hah!!"
Degh ...
Kirana langsung mendongak. Suara kasar Mahesa membuat lamunannya buyar seketika.
"A-aku..."
"Bagaimana bisa kau menjebakku!" Mahesa memotong ucapan Kirana.
Laki-laki itu mengerutkan dahinya berpikir. Ia jelas ingat malam tadi ia mengadakan pertemuan dengan beberapa klien di hotel berbintang. Tidak ada yang aneh di sana sebelum ia merasa sakit kepala setelah meminum terlalu banyak wine dan membiarkan sekretarisnya untuk melanjutkan pertemuan. Sementara dirinya sendiri kembali ke kamar hotel.
Pagi harinya ia dikejutkan dengan sosok wanita yang hanya mengenakan selimut berbaring di sampingnya, dan lebih mengejutkan lagi ketika melihat kondisinya yang nyaris sama.
Tidak perlu bertanya lagi. Otak pintarnya sudah dapat melihat situasi. Jelas terjadi sesuatu dengan mereka tadi malam. Atau dia sengaja di jebak oleh saingan bisnis.
Mahesa terkekeh pelan. Laki-laki itu mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian melangkah cepat ke arah Kirana.
Jari pucatnya mencekam dagu Kirana dengan kasar, menariknya, menyisakan sedikit jarak di antara keduanya. Kirana bahkan bisa merasakan hembusan nafas sejuk di wajahnya.
Wanita itu nyaris balas menatap. Hanya saja Manik hitam Mahesa kembali menatap nanar, mengintimidasi. Membuat Kirana berusaha agar tidak menatap sepasang mata sekelam malam itu.
"Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu untuk menjebakku!"
Kirana mengeling. "Ti-tidak ada yang menyuruhku."
Wanita itu berseru dengan sedikit nada getir. Seolah menegaskan jika ketakutan juga menyertainya. Aura yang dipancarkan laki-laki di depannya sangat menakutkan.
"Kau pikir aku percaya!"
"A-aku mencintaimu, karna itu aku menjebakmu."
Degh ....
Kirana langsung menggigit bibirnya sendiri ketika mengatakannya, sampai rasa karat dan besi terasa ketika bersamaan dengan rasa perih di bibirnya.
Mahesa mendecih kasar. Laki-laki itu melepaskan cengkramannya. Menatap Kirana dengan tatapan jijik.
"Bagaimana bisa kau menjebakku. Aku bukan orang yang bisa ditemui oleh sembarang orang."
Melihat gaun murahan yang tergeletak di lantai membuat Mahesa sadar jika wanita yang bersamanya saat ini bukan wanita dari golongan kelas atas. Seolah menguatkan fillingnya tentang orang dalam yang ikut campur.
"A-aku ... men-mencintaimu."
"Ck!"
Bukan itu yang ingin diketahui. Tapi melihat kondisi saat ini ia merasa jika wanita jalang itu tidak akan mengatakan yang sebenarnya.
Mahesa mundur. Laki-laki itu tidak akan percaya begitu saja.
"Aku memberimu kesempatan untuk mengatakan siapa yang menyuruhmu."
"Tidak ada yang menyuruhku. Aku mencintaimu, hanya itu."
"Kau pikir aku percaya."
Kirana tidak lagi berteriak untuk menyakinkan. Wanita itu hanya menatap nanar dengan perasaan campur aduk.
Tidak mungkin ia mengatakan jika ia melakukan ini karena ingin membalas dendam. Laki-laki itu pasti akan langsung membunuhnya.
Kirana mengeling pelan. Ia tidak akan mati sebelum membalaskan dendam pada keluarga Atmaja yang sukses menginjak harga dirinya.
Kirana memejamkan matanya. Rasa sakit dan kantuk masih ia rasakan, tubuhnya bahkan nyaris remuk namun ia paksakan untuk tetap tegar menghadapi sosok Mahesa.
"A-aku.. "
"Cukup. Sepertinya kau sama sekali tidak berniat untuk bekerjasama." Mahesa berseru.
Ia mengancingkan kemejanya dengan cepat. Sebelum kembali menatap Kirana.
"Kasus ini akan kita selesaikan secara hukum. Kau menjebakku dan aku merasa dirugikan di sini."
Degh...
Kirana langsung membulatkan matanya. Wanita itu terkejut. Sejak menyusun rencana untuk menjebak Mahesa Danaswara, tidak pernah sedikitpun ia berpikir akan berurusan dengan hukum.
Kepanikan membuatnya tidak berpikir dengan jernih. Jika melawan hukum jelas ia akan kalah. Mahesa adalah orang kelas atas yang pasti bisa membeli hukum, sedangkan dirinya hanya semut dan debu di bumi.
"T-tunggu!!"
Kirana bangkit. Wanita itu menarik selimutnya agar tidak jatuh ke lantai. Rasa sakit berusaha ia tahan agar bisa berdiri tegak. Helaan nafasnya berdetak sangat kencang ketika Mahesa kembali menatapnya.
"K-kau tidak bisa melakukan ini. Jika kau membawa-bawa hukum aku akan menyebarkan video panas kita tadi malam."
Degh ...
"KAU!!"
Mahesa mengeram. Laki-laki itu melototkan matanya dengan kemarahan yang muncul setelah Kirana mengatakan hal yang sama sekali tidak di duganya.
"Kau merekamnya!" bentaknya lagi.
To be continued....