"Untuk apa kamu cemas? Apa putrimu terlibat masalah?,"tanyaku.
"Apa aku harus mengatakan dengan jelas? Apa menurutmu sekalipun kamu tidak peduli dengan sekitar tidak akan ada yang peduli denganmu?,"tanya Dirga membuatku mengambil tangannya.
"Terima kasih sudah membantu. Aku berhutang budi padamu,"ucapku enggan berkilah.
"Jangan mengatakan hutang budi, jika kamu tidak mau membayar,"ucap Dirga.
"Kalau begitu katakan. Apa yang bisa ku lakukan untuk membayarnya?,"tanyaku.
"Menikahlah dengan ku,"ucap Dirga membuatku melepaskan tangannya.
"Apa kamu sudah gila? Kamu pria yang sudah menikah, Dirga. Kamu terlalu jauh,"ucapku memalingkan wajah.
"Tapi aku duda,"skak Dirga membuat wajahku pucat seketika.
-&-
Setiap knot kecepatan melaju menembus Cakrawala, sejauh itu cinta yang ku tinggalkan di setiap jejak awan.
Saat roda-roda pesawat tidak lagi menapak di ujung landasan, tersisa lah keikhlasan menerima semua takdir. Berpangku pada bait ayat Allah yang terus terlantun merdu. Tingginya langit yang bisa ku tembus tidak membuatku sedekat sujud di penghujung sajadah.
Jika serdadu hanya bisa mematahkan senapan di ujung pertempuran dan cendekiawan yang saling beradu argumen di atas meja mematahkan kebingungan. Lantas apakah tidak mungkin meminta Pencipta ku mematahkan takdir yang menjerat?
Ambisi Almira, mahasiswi semester 5 yang tengah menjalani kuliahnya untuk mendapat selempang cumlaude tertekan karena sebuah kebencian pada sebuah mata kuliah. Tak hanya mata kuliah yang tak dipedulikan, bahkan dosen yang perlu konsultasi terkait nilai nya yang menyentuh skala E pun luput di matanya.
Berkedok perbaikan nilai malah berujung salah lamar yang dilakukan keluarga dosen bersangkutan. Membuatnya harus menelan pahitnya menikah di usia 21 tahun. Belum lagi yang dinikahi jelas laki-laki dewasa terpaut 15 tahun dengannya. "Saya suami kamu di atas buku nikah. Tapi saya pastikan tidak akan ada hasil dari hubungan ini. Tidak perlu repot-repot mengurus ku. Felicia jauh lebih paham apa yang ku butuhkan,"ucap Aufa melempar buku nikah di depan mataku.
"Oh. Bagus jadi saya juga tidak perlu membuang nyawa yang berharga hanya untuk melahirkan anak. Cih, dasar buta,"ucap Almira berdecih tanpa peduli status masing-masing.