“Aku belum pernah ke Jenggala, sebelum liburan kita yang dulu itu.”
Yuga menoleh saat mendengar kata-kata Ralin. Gadis itu mengamati pemandangan di luar jendela mobil yang mereka tumpangi dengan penuh minat.
“Maksudmu kota Jenggala? Satu kali pun belum pernah?” tanya Yuga heran. “Papa dan tante Intan berasal dari Jenggala kan?”
“Hmm….” Ralin mengangguk pelan. “Aku belum pernah cerita ya?” Dia mengalihkan tatapannya dan memandang Yuga. “Mereka pindah ke Mangata setelah aku lahir. Keluarga Papa dan Mama Intan menginginkan cucu pertama laki-laki. Kelahiranku membuat mama dihujat keluarga karena dianggap nggak bisa memberi keturunan yang diharapkan. Salah satu penyebab depresi berat mama adalah itu. Setidaknya papa pernah bercerita seperti itu.”
“Jadi hubungan kalian?”
“Putus total. Papa muak sekali pada keluarganya sendiri dan melarangku bergaul dengan mereka. Begitulah.” Ralin mengembuskan napas panjang.