Sekolah sepi. Yuga berlari cepat diikuti Ralin melintasi halaman utama yang lengang. Angin menyapu daun-daun kecokelatan yang berguguran di sepanjang jalur yang mereka lewati. Bangunan dimana ruang-ruang klub ekskul berada terlihat sepi, dengan semua pintu tertutup rapat. Yuga berlari ke arah ruang ekskul Jurnalistik yang letaknya di tengah, melewati koridor panjang yang setengah gelap. Suara isakan lirih terdengar saat mereka makin mendekat.
“Pipin!”
Ralin berseru saat mereka mencapai pintu ruang ekskul. Gadis itu pucat pasi dengan rambut terurai berantakan. Jejak air mata masih terlihat jelas di pipinya. Yuga memutar pegangan pintu, sedikit mendorongnya, namun tertahan oleh sesuatu yang mengganjal di balik pintu.
“Pin, ini gue! Sama Ralin!”
Yuga berusaha membuka kembali pintu di hadapannya. Suara isakan berhenti, berganti langkah cepat yang makin mendekat. Lalu dari celah pintu, sepasang mata yang merah mengintip.