Unduh Aplikasi
36.2% YangTerpilih (YTP) / Chapter 21: Izinkanku Menghapus Air matamu

Bab 21: Izinkanku Menghapus Air matamu

"Tapi mas nggak tau kan perasaan Yumna kaya apa, mas dua minggu nggak ada kabar. Pas taunya ada kabar ternyata mas kritis nggak sadarkan diri" sambil menyeka air matanya.

Melihat kesedihan di wajah Yumna, Arsya meminta maaf dan kemudian mengusap air mata Yumna.

🔹🔹🔹

"Maafkan mas, na" Arsya tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Iya sudahlah mas, asalkan jangan begitu lagi ya? Yumna tidak mau di tinggalkan oleh orang yang Yumna sayang lagi" pinta Yumna sambil menatap Arsya.

"Iya sayang, mas janji" sambil mengusap punggung tangan Yumna. Arsya penasaran dengan maksud Yumna, namun mengurungkan niatannya untuk bertanya karena tidak ingin menambah kesedihan Yumna.

Mereka akhirnya berbaikan. Yumna menyuapi Arsya, memakan masakan Yumna dan buah-buahan yang sudah di siapkan namun enggan untuk makan sendiri.

Salsa, Raffli, mama, dan papa membuka pintu dan mendapati kedua sejoli sedang bermesraan.

"Tuh kan tiap kali masuk pasti lagi mesra-mesraan dua orang ini" protes Salsa saat membuja pintu

Yumna menunduk dengan wajah tersipu malu, pasalnya ada mama dan papa Arsya juga. Mama yang dari semalam pulang, memeluk Yumna dengan kasih sayang. Yumna menoleh dan mengambil tangan mama untuk menciumnya.

"Assalamu'alaikum ma"

"Waalaikumsalam. Terima kasih ya sayang, Aa bisa melewati masa kritis karena kamu di sini"

"Enggak ma, Yumna tidak melakukan apapun"

"Tapi Arsya sadar setelah kehadiran kamu, mungkin karena rindunya sama kamu makanya di bawah sadar aja panggil kamu terus" cerita mama Arsya panjang membuat Arsya tersipu malu.

"Bagaimana Arsya nggak kangen, udah berbulan-bulan nggak ketemu" Arsya menyela pembicaraan mereka.

"Hallah, memang mama tidak tahu kamu ke Surabaya kan nemuin Yumna kan bulan kemarin?"

"Hmm mama tau dari mana? Siapa yang bilang sama mama?" sambil melirik adiknya

"Aku gak bilang lo A" Salsa membela diri

"Ya mama tahu lah" mama berusaha membela diri.

"Jangan bilang mama mengikuti aku?"

Mama hanya tersenyum penuh arti. Mereka sibuk berdebat dan suasana di dalam ruangan mencair mereka semabtertawa

"Oh ya ma, salam dari bunda dan ayah mereka belum bisa jenguk mas Arsya ke sini"

"Tidak apa-apa sayang, mama malah sudah merepotkan kamu, kamu disini dari kemarin"

"Tidak kok ma, sudah seharusnya Yumna di sini nemenin mas Arsya"

"Makasih ya nduk" Yumna hanya tersenyum dan mengangguk.

Keadaan Arsya sudah mulai membaik dan beberapa hari berlalu dia sudah di perbolehkan pulang. Yumna masih izin dari kantor demi merawat Arsya, meski handphone nya tidak pernah mati meskipun izin masih sibuk dengan urusan kantor.

"Besok mas dan mama papa mau ke rumah na"ucap Arsya

"Besok? ya sudah mas biar Yumna bilang sama bunda dan ayah"

Keesokan harinya acara lamaran di langsungkan. Yumna mengenakan atasan warna abu, bawahan rok lilit hitam dengan kerudung polos yang di padukan make up sederhana.Yumna juga mengenakan sepatu dengan heels 7 cm menambah keanggunannya. Sedangkan ayah bunda Yumna mengenakan baju yang sama dengan mama papa Arsya.

Yumna masaih berdiam di kamar dengan memegangi tangan kiri yang masih mengenakan cincin pemberian Dicky. Sejak kepergiannya, Yumna masih enggan melepas cincin itu. Baginya itu kenangan terakhir bersama Dicky.

"Duh kesayangan bunda cantik sekali" ledek bunda kepada Yumna

"Makasih bunda, tapi Yumna takut bund" Yumna terdiam beberapa saat

"Kenapa sayang?" bunda mengerti kecemasan di wajah anaknya

"Yumna takut jika. . ." tidak melanjutkan kata-katanya.

"Tidak boleh suudzon sayang. Berdo'a yang baik-baik ya, bismillah. Dan cincin itu, sekarang sudah saatnya kamu melepaskan itu nduk"

"Tapi bund, ini . . . "

Belum selesai Yumna berbicara, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Yumna.

"Ada umi, bunda keluar dulu ya nduk. Kalian bicara saja dulu, mi bunda tinggal sebentar." Umi mengangguk dan melangkah masuk ke kamar Yumna. Mereka sengaja mengundang uminya Dicky untuk menghadiri lamaran Yumna. Meskipun Dicky tidak ada lagi, tapi mereka masih bersilaturahmi dengan baik.

"Assalamu'alaikum, duh anak umi cantik sekali"

"Wa'alaikumsalam mi, makasih mi" sambil mencium punggung tangan umi.

"Nduk"

"Nggeh mi"

"Umi turut bahagia, semoga dia benar berjodoh denganmu ya nduk. Bisa membahagiakan kamu dan yang terbaik menurut Allah"

Yumna hanya tertunduk diam, tidak tahu akan berkata apa. Melihat sikap Yumna yang tampak sedih umi menghibur dan menasehatinya.

"Sudah cantik, nggak boleh nangis" Yumna masih saja menangis sambil memeluk umi.

"Maafkan Tata mi"

"Tidak ada yang perlu di maafkan nduk, sekarang sudah saatnya. Ikhlaskan, lepaskan dia. Dicky pasti sedih juga melihat kamu masih saja sedih. Ini sudah tahun ke tiga nduk. Dia pasti bahagia lihat kamu cantik dan tersenyum, bukan malah sedih begini"

"Insha Allah mi, tapi mas Dicky nggak bakal marah sama Tata kan mi?" umi hanya mengangguk dan Yumna menyeka air matanya. Umi berusaha terlihat baik-baik saja, meskipun dia bersedih tunangan anaknya akan bertunangan dengan orang lain. Yumna akhirnya melepaskan cincin yang masih melingkar di jari manisnya dan memberikan pada umi.

Sedangkan di sana seseorang dengan wajah tampan dan mengenakan baju bernuansa hitam coklat sedang bersiap di mobil dengan perasaan gugup.

Salsa mengenakan dress pink dan kerudung bermotif, tas kecil dan heels tidak lebih dari 5 cm. Sedangkan Raffli yang ikut hadir mengenakan baju senada dengan Salsa.

Arsya sedang merapikan bajunya dari belakang terdengar suara "Aku titip Tata sya"

"Maksud kamu?"

"Dia dulu kekasih sahabatku, dan sekarang sudah ku anggap sebagai adikku sendiri. Jadi jangan pernah sakiti hatinya" Raffli dengan tegas berkata pada Arsya.

"Dulu? lalu kenapa dia meninggalkan Yumna?"

Arsya masih tidak mengerti maksud Raffli

"Iya 4 tahun lalu mereka bertunangan, satu tahun Dicky pergi tugas di PBB. Saat hari terakhir dia gugur dalam tugas"

"Jadi itu kenapa Yumna tampak trauma?"

Rafi hanya mengangguk mengiayakan

Tidak berapa lama setelah percakapan mereka sampai di rumah Yumna. Kemudian Arsya, mama papa dan Raffli dan sebagian keluarga Arsya masuk ke dalam rumah Yumna. Beberapa saat kemudian acara berlangsung dengan khidmat.

"Saya Bayu Arsya Wijaya, dengan niat karena Allah ingin meminang putri bapak Yumna Hanasta Briliannisa"

Ayah mengangguk dan menyerahkan keputusan pada Yumna. Yumna menarik nafas panjang dan berkata lirih.

"Keputusannha ayah serahkan sama Yumna"

"Saya Yumna Hanasta Briliannisa, menerima lamaran engkau Bayu Arsya Wijaya. Semoga Allah meridhoi dan Ayah ibu, Tata meminta do'a restu kalian" tidak terasa air mata menetes di pipi Yumna. Perasaan bahagia bercampur sedih bergejolak dihati Yumna.

"Maafkan aku mas Dicky"ucap Yumna dalam hati

"Maafkan aku menghianati kamu"

Yumna merasa bahagia tapi juga sedih. Dia tidak pernah mengira akan ditinggalkan dan bertunangan dengan orang lain. Tak lama kemudian mama mengambil tangan Yumna dan mengenakan cincin di jari manisnya. Suasana malam itu terasa sakral, bahagia dan sedih. Melihat moment tersebut umi tidak kuasa menahan tangisnya.

"Kamu lihat itu sayang? kamu pasti melihatnya, semoga dia berbahagia begitupun kamu di sana nang" batin umi bermonolog sendiri

Acara tersebut di lanjutkan dengan makan-makan dan foto bersama. Malam itu Yumna resmi menerima lamaran Arsya dan akan melaksanakan pernikahan beberapa bulan lagi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C21
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk