Unduh Aplikasi
28.57% Wind of Dreams / Chapter 1: Chapter 1 : Last Match, I'll Broken

Bab 1: Chapter 1 : Last Match, I'll Broken

Pertandingan hari ini adalah pertandingan terakhir. Pertandingan terakhir di jenjangnya saat ini, SMP kelas 9. Ini adalah pertandingan skala provinsi dimana lawan mereka adalah seorang petahana yang sudah lebih dari lima tahun melaju ke nasional. Bagan mereka di provinsi sudah seperti turun-temurun, tidak dapat dirubah, alias mereka selalu berhadapan dan kalah.

"Bismillah, tim SMP Kirya menang, kita tidak boleh kalah dari SMP Dua Bangsa, ini adalah sebuah saksi terakhir kita, kalau kita kalah, maka kita tidak akan bisa lagi ambil bagian."

Mereka saling menyemangati satu sama lain di ruang ganti, hawa gugup dan takut begitu menyelimuti diantara mereka dan itu adalah sebuah masalah yang terbawa selama mereka terus berpikir bagaimana 90 menit itu berlangsung.

Semua masuk ke lapangan dan para supporter mulai meneriakan SMP Kirya yang berada di sisi depan mereka.

"Kirya! Kirya! We must go on!! Fightt!! God with You in This Match," suara yel-yel tersebut menggaungi hampir sebagian stadion, sepertinya mereka tidak ingin kalah untuk meneriaki suara yang ada.

Arya, sepertinya merasa bahwa dirinya harus berguna menjadi pemain nomor 11, dia merasa bahwa latihannya selama ini adalah puncaknya pada hari ini, tidak ada siapapun yang bisa berpikir bahwa mereka akan lebih baik.

Pertandingan dimulai dan disiarkan secara langsung melalui Live Youtube, yang artinya semua lapisan masyarakat bisa menontonnya, ibu Arya, Nindi menyaksikan pertandingan anaknya melalui TV Youtube yang mereka setel sejak live disiarkan. Ibunya berharap cemas dengan pertandingan ini.

Pertandingan pun dimulai di detik 0, dan bola digiring dua kali oleh orang yang berbeda. Bunyi peluit dan suara supporter mulai bergemuruh. Formasi yang dimainkan adalah 4-3-3 dengan tujuan agar striker murni, Arya bisa mengambil gol secara satu lajur.

"Arya oper ke gue," kata salah satu dari mereka yang mendapatkan bola dari Arya atas kesalahan dari tim lawan.

Suara itu berasal dari Deran yang merupakan bek belakang yang posisinya berada di area dekat kotak penalti, namun sepertinya dia dikejar dan mulai dijaga oleh pemain lini serang lawan mereka, ini adalah suatu kesalahan jika ia langsung memberi bolanya.

Dia memberikannya kepada Sefa, karena dia tahu bahwa di tengah belum ada siapapun yang memberikan penyerangan kepada salah satu dari mereka. Sehingga, Arya merasa hanya perlu berlari untuk memberikan sebuah cetakan gol pertama.

Sefa mulai menggiring ke arah kiri lapangan dan dia mulai terkejar posisinya oleh bek belakang lawan, disini dia mulai merasakan tekanan untuk mengoper bola, umpan bolanya tidak akan berguna, jika bek dan gelandang mengerubunginya.

"Nih oper, Devan," kata Sefa yang sebenarnya ragu untuk memberikan serve kepada Devan.

Ketika bola hampir dioper, salah satu musuh malah mengambil bola itu dan memberikannya kepada striker, hal tersebut digiringnya dengan teknik khusus yang dimiliki oleh lawan, dia melewati hampir dua orang yang ada di depannya, dan selangkah lagi dengan tendangannya ia mampu mencetak gol.

"Rasakan," salah satu bek depan tim Kirya mengambil bola tersebut dengan gerakan belakang.

Tim dari Kirya itu langsung menarik bola ke arah lawan, pertahanan mereka sengaja diseimbangkan, sedangkan Arya masih berlarian kesana kemari dengan tujuan agar mereka terkecoh dengan tim ini.

"Hati-hati gawang," kata salah satu dari tim lawan yang sepertinya ingin mencetak angka.

Bola ditendangkan dari sudut miring dan tendangan itu terlalu tinggi, sehingga meleset mengenai tiang gawang dan bola keluar dari lapangan.

"Hahhh, untung aja gak kena, coba kalau kena!" kata Sefa yang sepertinya merasa bahwa timnya terselamatkan karena tendangan faktor angin.

Mereka kemudian kembali kepada formasi awal, karena sepertinya tidak ada tendangan bebas (free kick), karena tidak ada pelanggaran maka bola kembali kepada tim Kirya.

*****

"Waktu masih ada lima belas menit lagi, tadi juga agak kayak tersiksa banget tim Kirya, kalau seandainya babak satu ini tim lawan, tim Dua Bangsa ini menang, maka akan sama tertekannya sih."

Dari sisi bangku pelatih dan pemain cadangan, para pelatih yang mengamatinya mencoba melihat seberapa kuat mereka untuk memainkan permainan sampai selesai babak ini dan manager dari tim ini mencoba untuk memberikan data analisis tim musuh.

"Sepertinya, tim yang ditunggangi oleh striker andalan dua bangsa akan mulai melakukan tindakannya yang agresif pada detik-detik menuju transisi babak pertama dan kedua, tapi ini terjadi kalau dia mendapatkan bola secara utuh, kalau tidak pasti dia akan kesulitan, atau keadaan akan berbalik."

"Raka, segera masuk lapangan setelah babak kedua, lakukan pemanasan setelah ini!" ujar pelatih mereka yang sepertinya melihat koordinasi seluruh pertandingan dari mereka.

Pertandingan berlanjut dengan sisa waktu 12 menit lagi, pertandingan mulai memanas, karena kedua tim melakukan pertahanan yang saling menghalangi, bola saat ini berada tim Dua Bangsa, Tyo selaku gelandang mencoba mengambil untuk Kirya dan mengopernya kepada Arya dan sekali lagi tindakan itu hampir gagal.

Tiba-tiba intercept dari tim Kirya berhasil membuat pertandingan berbalik kepada tim Kirya dan sekarang bola dibawa oleh Kira, dan sekarang Arya sebagai striker mencoba untuk melakukan tendangan lurus menuju gawang. Namun, ketika ia berada di dekat lawan, tiba-tiba salah satu bek tim lawan menarik bajunya hingga Arya terjatuh, hal itu kemudian memicu tendangan free kick dari tim Kirya.

"Mantap Ar! Dapet free kick, mau kasih siapa yang nendang?" tanya salah satu temannya yang sepertinya merasa terselamatkan dengan tendangan gol Arya yang tidak jadi.

"Coba kasih Sefa, soalnya dia pemain yang menurut gue bisa diandelin, ngeliat waktunya tinggal dikit gini kayak gak ada pemain lain yang mampu nahan ini."

Kemudian, bola diberikan Sefa dengan penjagaan yang begitu dekat, para bek dan gelandang mulai menyusun formasinya agar bola tidak bisa dimasukkan dengan mudah. Namun, sepertinya dia sempat dibisiki oleh Arya agar tendangan dia jangan lurus, karena mereka sepertinya mengatakan bahwa tendangan yang diperkirakan akan lurus seperti yang Arya lakukan.

"Tendangannya ada dua orang, Sefa dan Devan, ini sepertinya akan membuat kebingungan," kata Deran yang sepertinya mulai merasakan hawa-hawa positif.

Kedua orang tersebut bergerak bersamaan dan Devan yang rupanya menendang dengan tendangan setengah sudut, dimana bola akan menukik ke arah kanan gawang dan bola itu lepas. Masuk ke gawang dan....

"GOOOOLLLLLL"

Suara itu kemudian disusul dengan keriuhan trompet dan supporter yang mendukung di stadion, lalu meneriakkan yel-yel kebangsaan SMP Kirya. Penonton di Youtube Live ikut memberikan suaranya dengan memberikan react "GOOOLLL" kepada SMP Kirya.

Tekanan antara SMP Kirya dan Dua Bangsa semakin terasa mencolok keduanya, mereka semua dituntut untuk memenangkan pertandingan, sedangkan SMP Kirya yang sudah mencetak gol harus bisa mempertahankan sampai babak berikutnya.

Permainan kembali dilanjutkan hingga lima menit terakhir, pada detik terakhir salah satu striker tim SMP Dua Bangsa melakukan sebuah hal yang mengejutkan, yaitu mengulur atau menghambat salah satu pemainnya dan sepertinya ini yang membuat Arya terlalu emosi dengan apa yang ia lihat dan tidak sengaja mendorongnya sampai jatuh dan dia masuk dalam kategori pelanggaran.

"Sepertinya dia sudah terkena pengaruh transisi orang itu," ujar manajer timnya yang menyadari apa yang ia katakan sebelumnya.

"Itu berarti ini free kick."

Alasan dia melakukan hal tersebut adalah karena dia merasa bahwa dia akan dicurangi, mau tidak mau dia harus melakukannya walaupun akan berujung pada tendangan bebas. Akhirnya, wasit memberikan tendangan bebas kepada tim Dua Bangsa.

"Arya, sepertinya dia mulai termakan nafsu gol, sebaiknya kita cepat hentikan dia!"

"Jangan, sepertinya dia akan lebih murka dan akan mengacaukan pertandingan ini, lu inget gak waktu latihan biasanya dia suka tempramen, tapi gue akuin sih dia jago buat mengambil umpan lawan."

Tendangan tim lawan mulai dilakukan dan sayangnya, striker lawan Jordy sepertinya meleset mengenai gawang. Sepertinya, Arya benar-benar diselamatkan dari nafsunya yang hampir membuat posisi mereka imbang.

Pertandingan tiga menit terakhir tidak terasa sudah berakhir, mereka hanya fokus bertahan tanpa menyerang sehingga tidak menghasilkan gol dan perubahan angka.

"Babak pertama selesai, sepertinya kami butuh mencadangkanmu Arya dengan Raka, kau masuk Raka ke dalam pertandingan," ujar pelatih yang kemudian disusul dengan ekspresi cemburu dari Arya.

Arya sepertinya tidak suka posisinya digantikan dan dia benar-benar tidak akan diganti sampai akhir.

Babak transisi yang ditandai dengan istirahat tim sudah hampir berakhir. Seluruh pemain kembali ke lapangan dan memulai babak kedua selama 45 menit permainan.

"Gue yakin sih, kayaknya ini Raka bakal langsung cetak gol di menit awal."

Raka yang mengambil posisi bola, melewati tiga pemain lawan dan sepertinya ini adalah untuk keempat kalinya lawan dilewatinya, dia memasukkan bola dan gol tercipta untuk Tim Kirya 2 poin.

"Wah mantap nih Raka, pantesan dia dicadangin, ternyata ini gunanya!" kata Sefa yang sepertinya merasa bangga dengan mesin pencetak skor mereka, Raka.

"Sial, mereka sudah mengeluarkan pemain unggulan mereka, jagai dia! Ini akan menjadi gawat!"

Mereka mulai menjaga ketat pertahanan untuk Raka dan sepertinya gol berikutnya harus dimiliki oleh Tim Dua Bangsa. Bola saat ini sudah berada di bagian Jordy, tim Dua Bangsa, ini akan menjadi sangat menarik dan sepertinya Raka mulai kebingungan untuk mengcover bolanya.

"Siall!! Penjagaan bolanya makin ketat aja, sepertinya susah untuk menembusnya."

Selama dua puluh menit berjalan, tidak ada gol tercipta karena tim mereka selalu mencoba untuk bertahan selama mungkin untuk tidak melakukan apapun. Sehingga, akhirnya wasit meniupkan peluitnya dan meminta ganti Raka dengan Arya, dengan harapan bahwa ini bukan keputusan yang buruk untuk penggantian sebuah tim yang pernah melanggar.

Pertandingan dilanjutkan, di menit ke lima belas Arya sepertinya merasakan sebuah sakit yang berasal dari kakinya dan disaat yang sama dia menerima bola, tetapi bodohnya dia langsung didorong dengan keras oleh tim bola dengan teknik "ngolong" dan dia terjatuh dengan sentuhan badan yang sepertinya membuat wasit memutuskan untuk memberikan tendangan bebas kepada Arya.

Arya yang kakinya mulai kesakitan, sepertinya tidak melanjutkan pertandingan ini, tapi dia akan melakukannya dengan terpaksa, agar dia dapat mencetak gol. Pertandingan ini sepertinya akan berakhir dengan skor 3-0, tapi pertandingan masih tersisa 13 menit lagi, kakinya yang merasakan kesakitan karena lari dan memforsil dirinya itu hanya bisa berpikir untuk mendapatkan gol.

"Sepertinya, Arya mengalami cedera, itu tidak akan menjadi sebuah masalah kalau dia masih menginginkan melanjutkan pertandingan ini."

"Tidak usah, biarkan aku yang melanjutkan."

Gol kemudian dilanjutkan dengan menendang ke sisi kiri, sang kiper yang ternyata yang bermain ke arah kanan, membuat pantulan bola itu melesat jauh dan melewati tiang gawang dan sekali lagi gol tercipta oleh Arya di detik terakhirnya.

Saat yang sama ketika selebrasi gol, kaki Arya tidak mampu menumpu apapun lagi dengan kokoh, sehingga dia ambruk di tengah lapangan dan seketika petugas medis olahraga membawanya ke ruang perawatan. Arya merasakan bahwa dia tidak dapat melihat masa depan timnya lagi jika ia kalah.

"Semoga ini bukan yang terakhir dan mematahkan kutukan, aku berharap semuanya baik-baik saja."

Arya mendapatkan perawatan, ketika baru sadar bahwa kakinya di bagian otot-otot kakinya telah robek, karena terkilir saat mendorong dan terus berlarian dengan kecepatan yang tak terkira.

Tiba-tiba suara yel-yel SMP Dua Bangsa mulai menggema, sepertinya dia mendengar bahwa mereka memasukkan gol yang pertama di 6 menit terakhir. Sepertinya, inilah penyesalan paling bodoh yang pernah ia pikirkan, seharusnya dia tidak harus senekat ini untuk terus melakukannya.

Setelah tiga menit berlalu, suara yang sama kembali diteriakkan, sepertinya gol yang berasal dari SMP Dua Bangsa telah berhasil dicetak untuk kedua kalinya, semoga ini bukanlah sebuah hal yang menyedihkan bagi dia yang tak mampu menyerang.

"Raka, lu pakai itu, yang itu buruan," kata Sefa yang sepertinya mendesak Raka menggunakan kecepatan itu saat ingin melakukan pemasukan gol pada saat-saat terakhir.

Raka kemudian yang mendapatkan ilham dari temannya tersebut, melakukan pengoperan balik bolanya dan beruntungnya ia langsung menemukan lajur lurus untuk mencetak gol, dia menggunakan teknik umpan yang sama kepada Sefa dan kemudian kembali kepada dia, setelah dekat ia melakukannya dan GOLLL!!!

Skor saat ini adalah 4-2, mereka sepertinya sudah dapat dipastikan menang dari pertandingan ini dengan sisa waktu yang hampir tersisa 2 menit. Mereka memanfaatkannya dari hal tersebut dan mereka mendapatkan sebuah hal yang luar biasa, yaitu mereka menang mengalahkan kutukan berantai kekalahan pendahulu mereka.

"WAKTU HABISS," permainan mereka dengan bola yang keluar dari tim SMP Dua Bangsa yang sengaja mengakhiri permaianan lebih awal dan sekarang SMP Kirya berhasil memenangkan pertandingan.

"Selamat untuk SMP Kirya, kutukan itu sepertinya berhasil dipatahkan!" ujar salah satu tim reporter yang mengamati mereka.

"Terima kasih, gak nyangka bakal menang kayak gini, tetap terus dukung kami ya!" kata Sefa yang memberikan sambutan kepada mereka semua terkait apa yang mereka mainkan hari ini.

Tim Kirya sangat menghormati para supporter mereka yang luar biasa antusiasnya. Mereka memberikan penghormatan setelah permainan berakhir dan sekarang adalah detik dimana mereka akan memberikan foto terbaik mereka untuk melaju ke Provinsi, pertandingan provinsi dilangsungkan pada Februari mendatang.

"Ehhh!! Iya Arya kondisinya gimana? Gak ke rumah sakit aja?"

"Kayaknya dia masih ada di ruang rawat deh...."

Mereka bergegas cepat melihat Arya yang sepertinya sudah kesakitan karena otot kakinya yang robek dan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Mereka langsung membawa dia ke rumah sakit dan menemukan sang ibu untuk menemuinya di rumah sakit.

"EH YA AMPUN PANTESAN, KOK DARI TADI GAK LIAT ADA ARYA MAIN!!" ujar sang ibu yang tiba-tiba mengakhiri telepon dan menangis karena tau anaknya mengalami cedera.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C1
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk