Unduh Aplikasi
96.49% When You Belong Me / Chapter 55: Penyerbuan

Bab 55: Penyerbuan

Martin menatap layar laptopnya di hadapannya berdiri Jason sang asisten dengan tatapan mengarah pada sang bos. Sebenarnya Jason begitu penasaran dengan apa yang di lakukan bos besarnya itu sementara dokumen di atas meja telah menumpuk dan tak satupun yang tersentuh. Namun apa lah daya Jason tak berani untuk menanyakan pada sang bos.

"Bos, lima belas menit lagi kita ada meeting dengan Andara Corp." Jasson mengingatkan, namuna taka da respon dari sang bos.

Jason menarik nafas panjang, karena lagi – lagi sang bos mengacuhkannya.

Martin masih sibuk menatap layar laptopnya, sesekali Ia menekan tombol pada keyboard lalu membuatnya tiba – tiba tersenyum.

'Jangan bilang pak bos mulai gila karena cintanya ga kesampaian.' Bisik Jason dalam hati.

"Kita berangkat sekarang!" Ucap Martin tiba – tiba yang membuat Jason melongo tak percaya.

Martin yang sedang mengenakan jasnya menatap tajam pada Jason yang justru ternganga.

"Kenapa kamu diam saja!" Sentak Martin.

"Kemana?"

"Meeting! Kamu bilang kita ada meeting sekarang." Ucap Martin dengan kedua tangan bersedekap di dada setelah selesai mengenakan jasnya.

"Saya kira anda tidak mendengar!"

Martin mendesah nafas berat lalu melangkah meninggalkan Jason yang langsung gelagapan, Jason buru – buru mengambil dokumen yang Ia letakkan di atas meja kerja bosnya lalu segera mengekori Martin yang telah menghilang di balik pintu.

Martin duduk di dalam mobil mewah miliknya yang akan mengantarkan Ia dan Jason ke tempat meeting di sebuah hotel mewah di tengah kota. Tak berapa lama Jason telah menyusul lalu segera masuk ke dalam mobil.

"Jalan Pak." Ucap Jason pada sang sopir.

Jason melirik bosnya sekilas dan lagi – lagi membuat Ia bingung dengan kelakuan bosnya.

'Sebenarnya apa yang di lihat pak bos dari tadi ya? Ga di laptop ga di hp, kenapa pak bos senyum – senyum sendiri begitu?' Jason masih memikirkan bosnya itu saat terdengar suara sang bos yang terlihat khawatir.

"Apa penggerebekan di gudang narkoba? Dan Yola ikut? Jaga dia baik – baik aku akan datang ke sana sekarang juga." Ucap Martin melalui sambungan telpon entah dengan siapa tapi Jason yakin itu dari kantor Interpol.

"Jason! Kau saja yang datang menggantikan aku meeting, aku ada masalah yang lebih serius."

Lagi, Jason menarik nafas panjang seraya berucap. "Yang anda khawatirkan itu istri orang bos."

Kedua mata Martin menatap tajam pada Jason yang dengan berani mengatakan hal demikian.

"Yang aku tahu, aku hanya ingin melindunginya terlepas dia istri orang atau bukan." Jawab Martin lalu menyuruh sang sopir menepikan mobil di pingir jalan karena ia akan berpindah ke mobil lain yang sudah menjemputnya.

"Aku pergi!"

Jason hanya mengangguk tanpa bisa melakukan apa- apa. 'Bagai mana jika mommy tahu, putra kesayangannya justru mencintai istri orang bukannya mencari gadis lajang?'

Martin kini berpindah ke sebuah kendaraan khusus miliknya, Ia segera melepas jas dan menggantinya dengan baju anti peluru. Lalu kedua tangannya meraih senjata yang selalu tersedia di dalam mobilnya itu dan memastikan jika selongsong peluru telah terisi.

Ditempat lain, Yola yang baru saja memasuki sebuah gudang kosong dengan beberapa anggota Interpol lainnya berjalan mengendap – endap, mencari posisi terbaik untuk melakukan penyerangan.

"Pada hitungan ketiga!" Frans yang memimpin pasukan mulai memberi aba – aba pada anak buahnya termasuk Yola.

"Yola, tetap bersamaku."

"Siap!"

"Fatih, bagai mana situasinya?" Tanya Frans melalui earphone yang terpasang di telingga kanannya.

"Aman, siap melakukan penyerangan." Sahut Fatih yang berada di dalam mobil sambil memperhatikan laptop miliknya yang menampilkan situasi gudang tersebut.

Beberapa jam sebelumnya Fatih dan beberapa tim IT lainnya telah lebih dahulu ke lokasi dan menerbangkan mini Drone ke dalam gudang untuk melihat situasi di dalam gudang tersebut.

"OK."

"Pada hitungan ketiga, kita mulai penyerangan… satu… dua… tiga.."

DOR

DOR

DOR

Bunyi tembakan menggema di seluruh gudang berisi narkoba yang siap dikirim ke berbagai negara.

Frans mulai maju dengan Yola yang menjadi tim pelindung berada beberapa meter di belakang Frans.

DOR

Satu tembakan dari Yola tepat mengenai dada salah satu anak buah gembong narkoba yang hendak menembak Frans dan teman – temannya.

PYAR

Sebuah meja bundar tiba – tiba pecah saat salah satu anak buah dari gembong narkoba jatuh dari atas karena salah satu tembakan tim Interpol.

"Good!" Teriak Frans. Namun seketika kedua mata Frans membulat saat melihat mobil baja masuk dan tepat berada di belakang Yola.

"Yola Awas!!"

Yola yang terkejut seketika melompat sebisanya menghindari mobil baja tersebut yang berisi pasukan dari gembong narskoba. Ini diluar prediksi mereka jika ternyata para gembong narkoba itu memiliki pasukan cadangan.

Yola terus menghindar, namun detik berikutnya sebuah tembakan berhasil mengarah padanya.

"AucH!" tembakan itu mengarah tepat pada pungung Yola namun tembakan itu tidak tepat sasaran, Yola memiringkan tubuhnya alhasil hanya luka goresan.

PRANG!!

Abdul yang sedang keluar dari rumah tak sengaja menyenggol vas bunga disisi ruangan. Seketika jantungnya berdenyut bukan hanya karena kaget karena bunyi Vas yang terjatuh namun pikirannya yang langsung tertuju pada Yola.

"Apa kau baik – baik saja sayang? Baru beberapa hari aku tinggal semoga Allah selalu melindungimu." Ucap Abdul sambil menatap foto keluarga yang terdapat foto Yola disana.

DOR

DOR

DOR

Kini tembakan bertubi – tubi muncul dari seseorang yang tiba – tiba saja datang di samping Yola setelah berhasil menarik Yola untuk bersembunyi di belakangnya.

Dengan tatapan membunuh orang itu menembakkan senjata nya tanpa ampun kearah mobil baja, jangan ditanya model peluru seperti apa yang diguankan oleh orang itu hingga dapat menembus kaca depan mobil tersebut hingga sang sopir terkapar dengan berlumur darah.

Beberapa detik selanjutnya para anggota Interpol yang lain berhasil menghentikan mobil baja tersebut setelah Martin menembak mati sang sopir dan orang yang telah mengarahkan senjatanya untuk membunuh Yola.

Martin menoleh ke belakang saat situasinya terkendali. Di tatapnya Yola yang sedang mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit di pungung.

"Yola! ayo pergi kamu harus segera ke rumah sakit." Ucap Martin dengan tatapan lembut.

"Tapi…"

"Biarkan Frans dan yang lain mengurus gudang ini."

"Baiklah."

Martin mengulurkan tangannya hendak membantu Yola namun Yola menggelengkan kepalanya.

"Aku masih bisa jalan sendiri, yang sakit itu pungungku bukan kakiku."

Martin mengangguk, dihatinya bertengger kekhawatiran pada Yola namun apa yang terjadi Yola terlihat santai dengan luka di pungungnya.

"Pakailah." Martin menyerahkan jaket yang membungkus baju anti peluru yang ia gunakan.

"Terima kasih."

Di sudut lain, Frans yang melihat Martin dan Yola hanya tersenyum kecut, ada sudut hatinya yang emndadak nyeri melihat interaksi kedua insan tersebut.

Sedangkan Fatih sudah menunggu Yola di dalam mobil, walau Ia khawatir namun fatih tahu Yola perempuan yang kuat Ia tak selemah itu untuk tumbang.

DRRrrTttttt DRrttttt

"Abdul. Mampus aku!" Gumam Fatih saat melihat ponselnya menyala dan memperlihatkan nama suami sepupunya itu. Entah jawaban apa yang akan ia beri pada Abdul tentang kondisi Yola yang nyaris tertembak.


next chapter

Bab 56: Rasa yang terpendam

"Assallamualaikum, Fatih." Suara bernada begitu tenang terdengar di telinga Fatih, namun begitu menusuk ketika Ia menyadari apa yang akan di tanyakan oleh suami sepupunya itu.

"Waalaikumsalam, Abdul. Apa kabar?" Tanya balik Fatih, yang membuat Abdul di seberang telpon tersenyum.

"Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu, Fatih." Abdul kembali terkekeh, sedangkan Fatih menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Walau Abdul tak ada di hadapannya, namun hal itu tetap membuat Ia menjadi gugup mengingat janjinya yang akan menjaga Yola, namun kini YOla terluka tanpa Ia bisa berbuat sesuatu untuk menyelamatkannya.

Fatih dan Yola berbeda bidang, Fatih memang terkenal trampil dalam bidang IT, sedangkan Yola sangat handal dalam menembak.

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada istriku, Fatih?"

DEG

'JAwab apa ya?' Batin Fatih, disisi lain Ia tak mau membuat Abdul khawatir, namun disisi yang lain Fatih tidak mau berbohong, bagai manapun Abdul adalah suami Yola yang berhak tahu apapun yang terjadi pada Yola.

"Yola…"

"Aku tahu pasti ada sesuatu yang terjadi padanya." Potong Abdul yang tahu Fatih sedang ragu untuk mengatakan yang sejujurnya pada dirinya.

"Dia hampir saja tertembak, namun untungnya tidak terjadi dia hanya terkena luka gores di pungung, namun saat ini telah di bawa ke rumah sakit oleh Tuan Martin." Jawab Fatih pada akhirnya.

"Maafkan aku Abdul, aku tidak bisa menjaga Yola seperti apa yang kamu amanah kan." Lanjut Fatih.

"Fatih, aku tahu pasti situasinya sangat sulit hingga kau tak bisa di sisi Yola, jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri, aku tahu Yola akan baik – baik saja bersama Martin."

"Kamu tidak cemburu?"

"Mana mungkin aku tidak cemburu pada laki – laki dewasa yang jelas – jelas menyukai istriku, bahkan Ia mengatakan dengan begitu jujurnya padaku."

"APA?!"

Abdul terkekeh mendengar teriakan Fatih, sungguh Fatih tak percaya jika Abdul justrub mengetahui kebenaran yang Ia sendiri tak tahu apapun.

"Jadi? Martin menyukai Yola?" tanya Fatih dengan snada rendah karena takut ada yang mengerti bahasanya.

"Ya, makanya aku yakin jika Yola akan baik – baik saja, seorang laki – laki akan melakukan apa saja demi menyelamatkan seseorang yang Ia cintai kan?" Jawab Abdul, bohong jika Abdul tak merasakan cemburu tapi Ia percaya dengan Yola dan juga Martin.

Belakangan ini Abdul mengetahui sebuah rahasia yang Ia ketahui dari mertuanya, Danil. Berdasarkan itu pula Abdul bisa mempercayai Martin.

Fatih mendesah nafas berat, "Kamu benar Abdul."

"Ya sudah, nanti biar aku telpon Yola atau Martin, sedari tadi aku menelpon Yola tapi memang tidak diangkat."

"Itu karena Yola sedang berada di perjalanan menuju ke rumah sakit dengan kawalan ketat dari Martin dan anak buahnya."

"baiklah, kamu berhati – hatilah, aku mengetahui segalanya dari Yola, mereka sedang mengincarmu." Ucap Abdul membuat Fatih tertunduk lesu. Dirinyalah yang diincar tapi harus melibatkan Yola yang sebenarnya tak mengerti apapun tentang hal itu.

"Maafkan aku, Abdul karena diriku Yola selalu ikut dalam bahaya."

"Kamu bicara apa? Paling tidak kamu tidak sendiri ada aku, Yola dan Martin yang akan selalu ada untuk mu."

"Sebegitu dekatkah kau dengan Martin?" Tanya Fatih yang sungguh – sungguh tak menyangka, hubungan antara Abdul Yola dan Martin sedekat itu.

Abdul hanya tersenyum di seberang sana, "Baiklah, kau jaga diri baik – baik, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Fatih menarik nafas panjang, lalu segera Ia keluar dari mobil dan membantu timnya untuk menyisir lokasi dengan membawa alat pendeteksi. Sedangkan Yola kini sedang di perjalanan ke rumah sakit bersama dengan Martin dan anak buahnya.

"Yola, apa kau yakin kau baik – baik saja?" Tanya Martin dengan raut wajah khawatir.

Yola mengangguk sambil menatap Martin yang duduk di depan bersama sopir. Demi apapun Yola telah terbiasa merasakan hal demikian, Yola berbeda dengan Jhonatan walau mereka memang kembar namun mempunyai kemauan yang berbeda tentang memainkan senjata.

Jhonatan lebih lembut dan berkharismatik dan tak menyukai permainan senjata, berbeda dengan Yola yang memang sejak kecil telah sering ikut berlatih menembak bersama sang ayah, Danil.

Martin menatap sekilas wajah Yola melalui pantulan kaca spion, martin begitu mengkhawatirkan keadaan Yola, namun ia harus mengingat batasannya, Ia hanya dosen serta atasan Yola. dan satu hal yang harus selalu Martin ingat bahwa Yola adalah milik Abdul, bukan miliknya.

'Tuhan, mengapa kau memberiku ujian seperti ini?' Batin Martin. Ia begitu tersiksa ketika menyadari jika hatinya berlabuh pada Yola yang telah dimiliki oleh orang lain.

"Assalamualaikum, Sayang." Suara Yola menginterupsi Martin untuk kembali lagi menatap Yola dari kaca spion.

Martin tahu jika saat ini Yola sedang menerima panggilan dari Abdul. Sakit? cemburu? Iya, itu yang di rasakan Martin saat ini.

Martin menghela nafas mendengar pembicaraan Yola dengan Abdul yang menampakkan pancaran kebahagiaan di mata Yola. bahkan sepertinya Yola melupakan rasa sakitnya.

"Aku tidak apa – apa sayang, kamu jangan khawatir. Lagi pula luka seperti ini sudah biasa untukku, dulu aku sering mengalaminya saat berlatih dengan Ayah." Jawab Yola.

Lagi, Martin menatap wajah cantik Yola dari kaca spion.

'Tuhan, hilangkan rasa di hati ku ini, karena dia bukan milikku dan mungkin tak akan pernah menjadi milikku.' Batin Martin.

"Baiklah, kamu juga baik – baik disana, aku akan datang saat liburan tiba." Kembali suara Yola terdengar di telinga Martin, lagi – lagi kedua mata Martin tak mampu lepasmenatap wajah Yola walau hanya dari pantulan kaca.

Tak berapa lama, mobil yang membawa Yola telah sampai di sebuah rumah sakit, dan dengan sigap dokter dan perawat yang telah di beri kabar sebelumnya oleh anak buah Martin dengan sigap membuka pintu dan membawa Yola ke ruang IGD.

Yola menatap Martin yang melangkah dengan cepat di belakangnya. Martin merubah posisi di samping Yola, Martin merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh gadis itu.

"Tenanglah semua akan baik – baik saja." Ucap Martin.

"Bukan itu,"

"lalu."

"Tolong, jangan menceritakan keadaanku yangsebenarnya pada Abdul. Aku tak mau dia khawatir," Jawab Yola.

Martin terdiam sejenak lalu mengangguk. 'Begitu besar rasa cintamu pada Abdul Yola, seandainya saja aku yang mendapatkan cintamu itu…' Ucap Martin namun hanya dalam hatinya saja.

"Jangan khawatirm aku tak akan mengatakannya pada Abdul." Sahut Martin dengan seulas senyum kecil.

"Terima kasih."

"Hm.."

"Tuan!" Panggil seseorang di belakang Martin.

"Saya sudah mengerjakan apa yang anda perintahkan." Ucap Anak buah Martin.

"Bagus!" Sahut Martin lalu menatap ruang IGD yang telah tertutup.

'Aku tak akan membiarkan seseorang yang telah melukaimu hanya mendapat hukuman biasa saja.' Gumam Martin.

Martin memang menyuruh anak buahnya untuk membawa salah satu penjahat yang menembak Yola, dan jangan di tanya apa yang di lakukan Martin pada orang itu.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C55
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank 200+ Peringkat Power
Stone 0 Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk

tip Komentar Paragraf

Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.

Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.

MENGERTI