Unduh Aplikasi
87.71% When You Belong Me / Chapter 50: Memandangmu

Bab 50: Memandangmu

Setelah kesepakatan yang mereka lakukan jika Yola dan Fatih akan masuk ke interpol kini mereka kembali aktif kuliah seperti biasa. namun sepulang kuliah mereka harus ke pusat latihan untuk mulai berlatih keterampilan perlindungan diri dan sebagainya.

Dilain tempat, Martin juga disibukkan dengan rutinitas kantornya yang padat. Beberapa sekertaris berdiri tepat di hadapannya. memperhatikan sang bos meneliti setiap detail laporan yang mereka berikan sebelumnya.

"Lena, Berikan ini ke bagian keuangan suruh mereka untuk mengecek ulang lalu laporkan padaku." Perintah Martin pada salah satu sekertarisnya tanpa menoleh sedikitpun, kedua netranya menatap lembaran di hadapannya dengan seksama.

"Baik,Tuan." Sahut Lena lalu segera mengambil berkas yang disodorkan padanya.

"Tania, kamu cek proposal yang masuk dari perusahaan GOPI, dalam berkas ini mereka menyertakan proposal, tapi aku lihat kamu belum membawanya." Ucap Martin sambil memberi tatapan tajam pada Tania sekertaris nya yang lain.

"Baik, Tuan." Ucap Tania lalu segera berlalu dari hadapan Martin.

"Selly, kirimkan berkas ini pada clien kita secepatnya. Lalu minta mereka segera untuk mengkonfirmasi pada kita."

Selly mengangguk lalu mengambil kertas yang disodorkan padanya, dan segera berlalu dari ruangan Martin.

"Jason, apa semua sudah siap? Apa Yola dan Fatih sudah berangkat ke pusat pelatihan?" Tanya Martin pada asistennya sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya.

"Sudah, Tuan. Ehm, Tuan Abdul tadi mengirimkan pesan pada saya untuk mengimkan jadwal kegiatan nona Yola."

"Ya, sebenarnya kemarin dia sudah mengatakan padaku, tapi rupanya aku lupa untuk mengatakan nya padamu. Segera kamu kirimkan jadwal Yola pada Abdul dan juga pada Om Danil."

"Baik, Tuan." Jason lalu kembali ke meja kerjanya tepat di sebelah ruangan Martin.

Martin memejamkan matanya untuk meredakan kepenatan yang ia rasakan karena sedari pagi Ia sibuk bekerja. Namun lagi - lagi wajah Yola yang muncul di benaknya.

"Tidak mungkin aku jatuh cinta pada seorang bocah, kan? apa aku ini sudah gila? apa lagi dia sudah bersuami." Gumam Martin lalu membuka matanya.

Lagi - lagi, Martin mencoba menutup matanya. Namun hal yang sama yang ia lihat. Wajah cantik Yola yang muncul disana.

"Lama - Lama aku bisa gila." Martin mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Entah mengapa Ia sulit untuk menghilangkan wajah Yola dari ingatannya.

Ponselnya diatas meja kerjanya bergetar, terlihat sebuah nama muncul disana.Abdul.

"Hallo Tuan Martin."

"Martin saja."

"Ok,"

"Apa kamu ingin menanyakan tentang Yola?"

"Bukan."

Dahi Martin mengerut, "Lalu?"

"Aku ingin kita mengadakan kesepakatan."

"Tentang?"

.....

"Yola, ayo masuk." Ajak Fatih pada saudaranya.

"Ya, sebentar aku balas pesan dari Abdul dulu."

"Halah bucin.."

"Kamu juga akan melakukan hal yang sama kelak."

"Tidak akan."

"Kita lihat saja nanti." Ujar Yola lalu merangkul leher Fatih masuk ke dalam gedung pelatihan Interpol.

"Wah... Aku tidak percaya kita bisa masuk dengan mudah ke gedung ini. Benar - Benar kharisma Tuan Martin luar biasa."

"Tentu saja Beliau itu ketua Interpol."Sahut Yola lalu berjalan menuju ke resepsionis. Diikuti oleh Fatih di belakangnya.

"Permisi.."

"Ya..."

"Saya Yola dan ini Fatih, kami.."

"Oh ya... saya tahu, mari saya antar ke ruangan ." Ujar sang resepsionis.

Yola dan Fatih sibuk mengikuti berbagai pelatihan di dalam ruangan yang cukup lebar. Sedangkan dilain tempat netra Martin tak lepas dari sosok perempuan yang ada di dalam luar laptopnya. Sosok itu sedang memperlihatkan kebolehannya dalam ilmu bela diri. Sudut bibir Martin terangkat saat melihat gadis itu dengan sempurna menyelesaikan sesi latihannya.

"Untuk hari ini latihan mereka cukup, biarkan mereka pulang." Ujar David pada seseorang yang sedang melatih Yola dan Fatih.

"Ternyata tak seperti yang aku kira, kau memang luar biasa, bahkan kalian ahli parkour."

Martin menarik nafas panjang lalu segera beranjak dari kursi kebesarannya.

"Jason!"

"Siap Tuan!"

Keduanya melangkahkan kaki menuju ke lift khusus bagi presiden direktur.

Martin lalu masuk ke dalam mobilnya saat telah sampai parkiran Kusus.

"Kita kemana Tuan?" Tanya Martin sang asisten.

"Ke Bandara."

Jason agak terkejut karena memang tidak ada agenda apapun. namun Jason tetap menuruti

apapun perintah bos nya tersebut.

Selama diperjalanan Jason hanya diam begitu juga dengan Martin sang bos yang nampak dingin di wajahnya.

"Kita sampai Tuan." Ucap Jason saat mereka telah sampai di bandara.

Martin lalu keluar dari mobil dan menyuruh Jason untuk tidak mengikutinya.

"Kamu tunggu disini saja." Titah Martin.

"Baik Tuan."

Martin terus melangkah menuju kedalam bandara. Mata birunya menatap ke sekeliling lalu Ia tersenyum kecil saat melihat sosok yang ia tunggu.

"Saya merepotkan diri anda Tuan Martin."Ucap Abdul sambil menyalami Martin.

Martin tersenyum,"Sebuah kehormatan bagi saya Tuan Abdul."

"Abdul saja."

"Kalau begitu cukup Martin saja."

Keduanya lalu tertawa bersama.

"Mari.." Martin mengajak Abdul ke mobilnya dengan Jason yang masih setia menunggu disana.

Jason sedikit terkejut saat tahu yang dijemput Martin adalah Abdul suami Yolanda gadis yang baru saja masuk di Interpol.

"Silahkan Tuan." Jason mempersilahkan kedua pengusaha hebat itu untuk masuk kedalam mobil yang pintunya telah ia buka.

"Kita langsung ke kantor atau anda akan langsung ke rumah istri anda?"

"Kita langsung ke kantor saja, saya ingin memberi kejutan pada istri saya, jadi saya akan pulang agak malam."

"Anda sangat mencintai istri anda rupanya." Ucap Martin sambil tersenyum kecil, walau disudut hatinya seperti tercubit.

"Anda benar."

Kedua kaki - laki beda usia itu melanjutkan perjalanannya ke kantor Martin untuk membicarakan kerja sama mereka.

Di rumahnya, Yola merebahkan tubuhnya yang penat ke atas kasur besar miliknya. Jemari lentiknya mengetikkan pesan pada sang suami yang sangat ia rindukan.

Berkali - kali pesan ia kirimkan tapi tak jua mendapat balasan.

Yola mendesah nafas berat pasalnya tak perah sekalipun Abdul mengacuhkannya seperti ini. Hingga lelah Ia menunggu matanya dengan lelapnya tertutup dan membawanya ke alam mimpi.

Abdul masuk kedalam rumah dengan langkah perlahan setelah sebelumnya menghubungi Fahri jika Ia akan datang, dan meminta pada Fahri untuk tidak mengatakannya pada Yola sang istri tercinta.

Perlahan Abdul membuka pintu kamar yang memang mereka tempati bersama ketika Abdul berada di negara A. Ia menatap wajah sang istri yang tidur dengan lelap. kemudian berlalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah perjalanan jauh.

Yola masih tetap lelap dalam tidurnya dan tak terusik dengan kehadiran suami yang sangat ia rindukan.

Perlahan Abdul naik ke atas ranjang setelah menggunakan piyama tidur miliknya.

Abdul memeluk tubuh mungil yang sangat ia rindukan dari belakang, karena memang Yola tidur dengan posisi menyamping.

Abdul mencium wangi tubuh istrinya, melingkarkan kedua tangannya di perut rata sang istri yang semakin lama semakin terusik dengan kehadiran suami yang terus menciumi leher dan pundaknya.

Yola mengumpulkan nyawanya yang masih diawang - Awang, lalu tersentak kaget merasakan adanya seseorang yang memeluknya dari belakang.

Dengan sekali hentak Yola mengubah posisi menangkap seseorang yang sedang memeluknya dari belakang. Namun Ia kembali terkejut saat menatap siapa laki - laki yang kini ada di bawahnya.

"Abdul!!!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C50
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk