Seorang pemuda dengan berpakaian serba hitam tampak tergeletak begitu saja di sebuah ruangan yang terkesan luas dengan seluruh sisi dinding berwarna putih, dan tak lupa bahwa kaki dan tangan pemuda itu tampak terikat dengan rapi, seolah di lakukan oleh orang profesional.
"Pak saya sudah mendapatkannya, dan membawanya ke tempat yang di tentukan"
"Baik ... saya akan sampai dalam 10 menit .... jaga dia jangan lengah"
"Baik pak"
Setelah itu telefon pun terputus.
Pemuda yang tadi sehabis melaporkan pada atasannya, kini berjongkok berusaha mengamati dari atas sampai bawah pakaian serta raut wajah yang kini tampak sangat jelas di depan wajahnya.
"Ck ...Anthony ... akhirnya aku mendapatkamnu ... bahkan membuat mu tak berdaya seperti ini" lirih pemuda itu pelan, hingga tak lama pikirannya pecah saat mendengar bunyi handphone yang berbunyi kencang dari kantong milik Anthony yang masih setia memejamkan maniknya.
Dengan cepat pemuda itu merogoh handphone Anthony dari kantong nya.
Pemuda itu melirik sejenak nama yang tertulis pada layar handphone tersebut.
Hanya 3 huruf yang tercetak disana.
'Bos'
"Ck ... ternyata ini bosmu .... kalau begitu coba kita perdengarkan suara orang yang menyuruhmu.... kurasa ini hal menarik" gumam pemuda itu sambil tersenyum sinis.
Tak lama pemuda itu menggeser tombol pada layar handphone tersebut dan mengangkatnya.
"Bagaimana ? apakah kau berhasil ?"
Terdengar pertanyaan yang bertubi tubi dari seberang telefon.
"Yak ! kau dengar perkataan ku ?!"
Mendengar bentakan tersebut pemuda itu terdiam, dan tak lama sebuah seringaian kecil terpatri di wajah nya.
"Sa..-saya dengar bos" ucap pemuda itu bepura pura menjadi Anthony.
Hening sejenak.
"Ada apa dengan suaramu ?"
"Tak apa ... saya habis berlari, makanya ada sedikit perubahan dengan suara saya" ucap asal pemuda itu sebagai alasan.
"Yasudah .. bagaimana, apa kau sudah berhasil ?"
"Sedikit meleset"
"Ck ... aku tak mau tahu ... kau selesai kan hari ini juga !"
Setelah perkataan tersebut, atasan Anthony memutuskan telefon sepihak.
Pemuda yang mendengar ucapan akhir tersebut, awalnya ingin memecahkan tawanya, namun ia urungkan niat nya saat mendengar derapan langkah dari belakang.
Dengan hati hati pemuda itu membalikkan badan kearah seseorang yang datang.
Baru saja pemuda itu hendak memasang kuda kuda, namun ia kembali mengurungkan niatnya, karena yang datang tak lain adalah atasannya sendiri.
"Ada apa ?" tanya sang atasan singkat
"Tidak apa ... saya kira bukan anda pak, oh iya pak ... ini nomer atasan yang menelfon 'Sialan' ini" ucap pemuda itu sambil menyerahkan handphone nya pada atasannya itu.
"Oke" ucap pria paruh baya itu.
Pria paruh baya itu melanjutkan langkahnya menuju pemuda yang masih belom sadarkan diri.
Pria paruh baya itu tampak mengusap sedikit dagunya yang tak gatal, dan memperhatikan lamat lamat pemuda itu.
'Aku tak akan membiarkan mu menyentuh ponakanku... siapa dalang yang menyuruhmu' gumam pria paruh baya itu, tak lain adalah David.
"Ambil fotonya, dan lacak nomer itu... saya akan membuat kejutan kecil" ucap David.
Pemuda itu hanya dapat mengikuti instruksi dari atasannya itu, tanpa membantah atau menolaknya sekalipun.
***
Clara kini sudah kembali bersama Mr. K diruang rawat inap Mr. K.
Karena rasa penasaran mengenai obrolan Mr. K dan Prof. Hans, Clara dengan sedikit keraguan akhirnya mencoba menanyakannya pada Mr. K.
"Mmm .. Kev ... bolehkah aku tahu obrolah yang kau bicarakan dengan papamu ?" tanya Clara.
Mr. K mengerutkan dahinya. Sungguh ia tak menyangka Clara akan penasaran mengenai obrolan dengan papa nya.
"Memang nya kenapa heum ?" tanya Mr. K lembut sambil mengusap punggung tangan Clara.
Ya kali ini Mr. K mulai nyaman dan terbiasa dengan perlakuan lembutnya kepada Clara, tanpa harus memikirkan kecanggungan ataupun hal lainnya.
Clara tak menjawab, melainkan menggigit ujung bibir nya.
Mr. K yang melihat tingkah Clara seperti itu, langsung mengusap bibir Clara agar tak digigitinya kembali.
"Jangan seperti itu ... nanti bibirmu luka" ucap Mr. K.
Clara menghela nafasnya pelan.
"Aku hanya ingin tahu apa yang kau tutupi dariku" cicit jujur Clara pada Mr. K yang masih terdengar di telinga Mr. K.
Mr. K berusaha menahan tawanya mendengar cicitan Clara yang terdengar menggemaskan di telinganya.
"Baik ... akan kuberitahu kau satu hal .... tapi kau harus berjanji padaku .... untuk tidak membantah omonganku, atau pun menyelak ucapanku" tegas Mr. K pada Clara.
Mendengar ucapan Mr. K yang terdengar tegas, sontak membuat atensi nya kini lekat manatap manik Mr. K, dan membaca raut wajah Mr. K dengan baik.
Tak lama Clara menganggukan kepala nya pelan.
"Oke ... aku akan menceritakan padamu ... jadi begini ... apakah kau masih ingat dengan seorang penguntit yang mengikuti mu bahkan dari sebelum peneror itu datang ?"
Clara terdiam sejenak sembari memikirkan seseorang yang dimaksud oleh Mr. K.
"Ya ... Aku ingat" ucap Clara pada akhirnya.
"Nah kau tau ... penguntit itu sebenarnya bukan berniat menyakitimu" ucap Mr.K sambil berusaha mendudukkan dirinya dan memegang tangan Clara.
"Hah ?!"
"Tenang lah ... aku akan menjelaskan nya ... okai ?" ucap Mr. K berusaha meyakinkan Clara.
Mr. K tahu bahwa Clara sebenarnya masih memiliki trauma sendiri baik itu di karenakan penguntit, maupun peneror, karena bagi Clara hal itu sama saja, dan karena hal itu juga ia sempat berakhir di rumah sakit dengan luka tusukan yang ia terima.
"Kau percaya padaku bukan ?" lanjut tanya Mr. K dengan pandangan Mr. K yang menatap lekat Clara.
Clara menatap wajah Mr. K lekat dan menganggukan kepalanya, sambil mengeratkan tangannya di dalam genggaman tangan Mr. K.
"Jadi penguntit itu selama ini mengikutimu, karena ia takut ada seseorang yang akan menyakitimu Clara .... dan terbukti setelah nya memang ada yang berniat mencelakakan mu .... dan untuk orang nya sendiri ... aku sudah mengkorfirmasi nya" ucap Mr. K.
Clara menautkan alis nya bingung.
"Bagaimana kau bisa mengetahui orang nya ?" tanya Clara karena rasa penasarannya.
"Itu tugasku ... dan orang yang menjagamu itu ... adalah orang yang menyayangimu ... mungkin aku tak dapat memberitahu nya sekarang ... karena orang itu masih di rahasiakan oleh keluargamu sendiri" ucap Mr. K.
"Menyayangiku ? Keluargaku ? Apa maksudmu ? mengapa kau membawa keluargaku ?" tanya Clara beruntun.
Ia tak pernah menyangka bahwa keluarga nya akan terlibat.
"Maaf aku tak dapat memberitahumu ... pada waktu nya nanti aku akam memberitahu mu lebih jelasnya... dan kau ingat orang yang menarikmu hingga tangan mu seperti ini ?" gumam Mr. K sambil mengusap bekas merah pada tangan Clara.
Clara lagi lagi menganggukan kepalanya.
"Aku menduga nya ia suruhan dari seseorang yang menjagamu ... dan lebih tepatnya aku memintanya untuk menjagamu jikalau ada yang terjadi padaku" ucap jujur Mr. K.
Tanpa sadar cairan bening kini menetes ke pipi Clara.
"Hei kenapa menangis ?" tanya Mr. K khawatir.
Clara menggelengkan kepalanya, lalu memeluk Mr. K tiba tiba.
"Aku tak butuh mereka menjagaku ... aku hanya ingin kau ada disisiku" cicit Clara pelan, yang terdengar samar di telinga Mr.K, namun Mr. K memahami maksud Clara.
"Aku tahu .... tapi kau bisa lihat sendiri kondisi ku yang sekarang seperti ini ... jadi aku butuh sesorang juga menjagamu ... aku tak ingin kehilanganmu ... dan aku berjanji mencari dalang dari peneror yang sebenarnya agar kau tak merasa di hantui setiap hari dalam hidupmu" ucap Mr. K lembut sambil mengeratkan pelukannya pada Clara dan mengusap punggung Clara pelan.
Clara tak menjawab perkataan Mr. K sama sekali yang ia lakukan hanya mendengung kecil dan menyamankan dirinya dalam pelukan Mr. K.
'Aku juga tak ingin kehilanganmu ...' lirih Clara dalam benak.
—————
Leave comment and vote 😊