Unduh Aplikasi
16.2% Twisted Twin : When Loving Requires More Effort / Chapter 41: Saat Pagelaran Hampir Usai

Bab 41: Saat Pagelaran Hampir Usai

Semua persiapan pelaksanaan pagelaran sudah mencapai seratus persen. Masyarakat sudah datang memenuhi sisi panggung sejak sore. Pihak keamanan juga sudah bersiap dan mulai mengamati para penonton yang mulai berjajar di semua sisi panggung. Polisi, petugas pemadam kebakaran dan beberapa mobil ambulance sudah disiapkan di depan pintu-pintu darurat yang sudah disediakan.

Semakin malam tamu undangan semakin memenuhi kursi yang sudah disediakan. Artis-artis papan atas, produser, segenap manajemen artis juga para pendatang baru sudah bemunculan di karpet merah yang disediakan di pintu masuk selamat datang. Masing-masing mereka berpose dan menanggapi beberapa wawancara dengan para wartawan dari beberapa media yang sudah terpilih untuk dapat merekam langsung kedatangan para artis ke pagelaran itu.

Sedangkan Flair berada di belakang layar bersama Tatiana di ruang pengendali, mengamati jalannya pagelaran dari sana pada semua sisi panggung.

Flair sangat tegang saat acara dimulai dengan Tarian pembuka. Data kedatangan dari semua artis pengisi acara sudah di tangan Tatiana. Sesekali Flair berkomunikasi ke sana ke mari dengan walky-talkinya untuk berkoordinasi dengan masing-masing bidang penunjang acara di luar sana.

Nolan sendiri sudah duduk di kursi utama ditemani oleh jajaran para direksi dan tamu besar di depan panggung. Sedangkan Altha sibuk bejalan-jalan di ruang pengendali sambil sesekali mengamati Flair berharap menemukan kesempatan untuk dapat membuat masalah bagi Flair.

Altha begitu tidak menyukai Flair yang begitu mudah mengambil perhatian kakaknya dengan sempurna. Rasanya sekarang ini tidak lagi banyak waktu Nolan yang bisa dihabiskan untuk memperhatikannya. Belum lagi Erinka, ibu Hadley juga lebih perhatian pada Flair daripada dengannya. Beberapa saat di pagi hari sebelum bekerja Altha sering melihat Flair yang sedang berkomunikasi denga Erinka lewat video call mengenai keadaan Hadley. Gadis ini mendapatkan semua perhatian yang seharusnya menjadi miliknya.Bagi Altha, Flair seperti menyihir semua orang yang ia cintai untuk hanya berpaling padanya.

Setelah lima jam lamanya pagelaran musik dan lagu berjalan dengan sangat sempurna. Flair sedang memantau di dalam ruang rias para artis namun tidak menemui kesulitan yang berarti di sana. Pengaturan para artis sudah berjalan dengan baik. Permintaan khusus mereka pun bisa dilayani dengan baik dan lancar. Idlina terlihat sangat sibuk hingga terlihat kelelahan. Namun wanita aggun itu menyempatkan diri mengelus pipi Flair saat wanita itu melewatinya.

"Owh, Dear!! Malam yang begitu sempurna!!" Idlina membangun semangatnya dan menepis kelelahannya.

Dengan perhatian Idlina itu membuat Altha semakin muak pada Flair. Ia seperti mendidih saat melihat adegan itu dari kejauhan. Marah, muak, gelisah bercampur aduk di hatinya.

"Bagaimana dengan penampilanku malam ini??" Tanya si pirang Rubi sambil berjalan ke arah Altha sambil melepas anting jepit besarnya.

"Seperti biasa, kamu menyanyi dengan cukup memukau!" Seru Altha menghibur Rubi.

"Apa kamu masih tertarik mendekati Nolan?" Tanya Altha tiba-tiba mengubah arah pembicaraan.

"Nolan?" Rubi kaget Altha masih membicarakan kakaknya itu.

"Hu uh." Altha mengangguk.

" Ia sudah benci padaku." Rubi menolak.

"Akan aku buat ia tertarik padamu, dan sangat mengingikanmu." Altha meyakinkan Rubi.

"Mengapa kamu tiba-tiba berpikir demikian?" Tanya Rubi.

" Aku lebih memilih kakak ku bersama sahabatku dari pada dengan wanita itu." Tukas Altha sambil menatap tajam ke arah Flair di kejauhan.

" Hhhmmm aku mengerti." Rubi mengelus punggung Altha.

"Tapi aku tidak mau jika sampai Nolan akhirnya menyalahkan aku. Aku sudah berkali-kali mendapat peringatan."

"Kali ini Nolan tidak akan mungkin menyalahkanmu. Aku akan aturkan malam ini untukmu dan Nolan, jadi bersiaplah !!!!!!" Altha mengeluarkan sebuah botol berwarna biru berisi cairan tetes bening dari tasnya dan menunjukkannya pada Rubi.

Rubi menyeringai mengerti dengan maksud Altha dengan botol biru berisi cairan perangsang itu.

Altha kemudian menghentikan seorang pelayan untuk meminta tiga gelas air putih. Ia membawa air-air itu ke tempat tersembunyi yang tidak diketahui banyak orang, yaitu di perpustakaan tempat penyimpanan record rekaman berita. Pada setiap gelas ia masukkan lima tetes dari botol berwarna biru itu lalu mengaduknya dengan sedotan. Karena dirasa masih kurang yakin dengan efek yang diberikan, Altha menambahkan lagi lima hingga sepuluh tetes di masing-masing gelas dan kembali mengaduknya. Lalu membuang botol biru berisi itu kedalam sampah tempat yang ada di depan ruang perpustakaan

Altha kembali ke lorong ruang persiapan. Memanggil seorang pelayan wanita. Kemudian ia memberikan dua dari gelas-gelas itu kepada sang pelayan dan memintanya untuk mengantarkan pada Tatiana dan Rubi. Tak lupa ia memberikan beberapa instruksi kepada si pelayan sebelum kemudian menyuruhnya pergi. Ia sendiri akan menuju ke kursi utama di depan panggung dan hendak meyerahkan satu lagi gelas air itu kepada Nolan.

Pelayan itu pun paham, dan segera menjalankan perintah Altha. Satu gelas diberikan kepada Rubi. Rubi hanya meminumnya separuh sambil tidak fokus karena ia sedang menerima telepon dari pihak majalah yang akan melakukan wawancara dengannya. Satu lagi gelas berisi air campuran itu diantarkan kepada Tatiana, tak lupa pelayan itu mengatakan pada Tatiana bahwa air di gelas itu permintaan dari Flair. Tatiana mengangguk dan segera memberikanya kepada Flair yang sedang berbincang dengan salah satu kru.

Dalam keadaan yang sangat haus, Flair seperti menemukan oase diberi segelas air dingin oleh Tatiana. Flair meneguknya sampai habis.

*******

Sekitar sepuluh menit kemudian Nolan tampak melonggarkan dasi di lehernya. Ia merasa pendingin di tempat itu tidak berfungsi dengan baik. Para tamu yang hadir di sana pun terdengar tidak jelas berbicara apa kepadanya. Ia menduga dirinya kembali sakit seperti tempo hari sewaktu menginap di apartemen Flair. Ia merasa kegerahan yang sangat. Nolan hanya berpikir ia sedang megalami demam. Altha tersenyum akan reaksi gelisah Nolan di hadapanya ini.

Merasa tidak dapat duduk dengan tenang, Nolan memanggil Darren sang Paman untuk menggantikan posisinya guna mewakilinya hingga acara usai. Nolan meraih ponsel dan menghubungi Perry. Ia menyuruh Perry untuk tetap menunggu hingga Flair pulang.

" Tenanglah Paman, aku akan membawa Nolan pulang," sahut Altha kepada Darren sambil meraih tangan Nolan dan menuntun kakaknya itu untuk pulang.

Altha menyuruh pengawalnya untuk membantuya mengantarkan Nolan pulang ke rumah. Nolan dibantu masuk ke mobil untuk duduk di kursi belakang, di dalamnya sudah ada Rubi yang siap lebih dulu duduk di belakang kursi kemudi dalam keadaan setengah sadar. Rubi segera memeluk Nolan begitu pria itu duduk nyaman di sebelahnya.

Mobil Altha melaju kencang ke rumahnya. Sopir pribadi Altha dan beberapa pengawal yang datang dengan mobil lain segera membantu Altha menurunkan Nolan dan Rubi. Altha dan pengawal itu membaringkan mereka di kamar Nolan. Rubi terlihat sudah sangat gelisah. Ia sudah mengeluarkan lenguhan-lenguhan aneh dari mulutnya. Sementara itu Nolan masih sanggup bangkit walau sendi-sendinya mulai terasa relax. Nolan melepas dasi dan kemejanya. Altha membantunya berbaring di sebelah Rubi.

"Rubi akan menemanimu malam ini, kalian sudah pernah melewati malam bersama bukan?" Tanya Altha sambil memegang rahang kakaknya yang sudah kehilangan setengah dari konsentrasinya itu.

Nolan hanya menjawab dengan tersenyum. Altha meninggalkan mereka berdua memberikan kesempatan untuk saling beradu.

Di dalam kamar, berdua dengan Nolan, Rubi mulai membelai tubuh pria impiannya itu. Ia memposisikan diri berada di atas tubuh Nolan dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi ke leher pria itu. Nolan yang merasaka hal yang sama mulai membelai punggung Rubi dan belaian itu terus berjalan hingga ke bongkahan besar paha atas milik Rubi yang sudah tersingkap.

Merasa sangat kegerahan, Nolan mendorong tubuh Rubi menjauh darinya dan bangkit berdiri untuk menuju ke kamar mandi.

"Tuggulah, aku menyegarkan diri dulu!!" Ucap Nolan sebelum menutup pintu kamar mandi.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain


PERTIMBANGAN PENCIPTA
AzraTyas AzraTyas

Semoga semakin tersambung kembali ya ke episode satu dulu... Mohon dukungannya...

Terima kasih untuk semua ss, ulasan ,dan bintang yang diberikan.

Masih ditunggu ulasan2 terbaik kalian..... Lev yea readerku yang super baik. ???????

next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C41
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk