Di rumah utama, Bo Jingchuan telah kembali ke kamarnya. Seusai mandi, dengan rambutnya yang masih basah dan masih mengenakan jubah mandinya, ia berdiri di depan jendela sambil memegang segelas anggur merah. Ia tidak bisa melupakan setiap detik ciumannya di tepi danau tadi.Ia membual jika dirinya tidak pernah menjadi orang yang bernafsu, namun sebenarnya ia menolaknya jika berurusan dengan wanita. Menurutnya, berdekatan dengan seorang wanita, hingga saling bersentuhan kulit dan menatap satu sama lain secara terus terang adalah satu hal yang sangat membuatnya tidak nyaman ketika memikirkannya. Menjijikkan.
Namun, Bo Jingchuan sudah lama yakin bahwa dirinya tidak bisa meremehkan pengaruh Shen Fanxing baginya. Di sisi lain, ia juga merasa gelisah jika dirinya mampu mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari wanita itu. Shen Fanxing tampak seperti wanita yang berada diluar kendalinya. Wanita itu sudah cukup dianggap sebagai bencana yang amat besar baginya.