Bab 237: Manajer yang sangat buruk

Liliana masih memeluk tanah merah yang dipenuhi bunga dari para pelayat. Anggota keluarga satu-satunya telah pergi. Gadis itu sebatang kara sekarang.

"Nak Lili, ibu turut berduka cita. Kamu yang sabar, ya. Nenekmu sudah tidak sakit lagi sekarang. Kamu harus mengikhlaskan agar nenekmu tenang di sana," ucap Bu RT. Ia mengetahui keseharian nenek dan cucu itu sejak dua tahun yang lalu.

Sebelum tinggal di daerah Itu, ia sudah sering berpindah dari rumah kontrakan yang satu ke rumah kontrakan lainnya. Alasan mereka, tentu karena mereka terlambat membayar uang sewa. Saat ia mendapatkan banyak uang dan sudah memimpikan hidup nyaman bersama neneknya, takdir berkata lain. 

"Terima kasih, Bu."

Semua orang pergi setelah mengucapkan belasungkawa kepada gadis malang itu. Kini, hanya ia sendiri yang masih belum ingin beranjak pergi. Tangannya mengusap papan nisan dengan hati hancur.