Unduh Aplikasi
63.8% The Tales of Lixe / Chapter 66: The Twin Princess of the Sea part 2-1

Bab 66: The Twin Princess of the Sea part 2-1

"Tapi sebelum itu, kalian berdua."

Edward menunjuk ke arah Nirvelli dan Shasha.

"Aku menolak permintaan kalian."

Nirvelli dan Shasha pun sangat terkejut dengan itu. Mereka tidak berpikir kalau Edward akan berkata seperti itu sekarang ini.

"Me-menolak? Kenapa?"

"Yang bersalah meninggalkan Lorelei dan Undine adalah kalian, pastilah kalian yang harus menyelesaikan itu sendiri. Lagian kalau kalian itu benar-benar temannya seharusnya kalian berusaha dan tidak berpangku tangan kepadaku."

"Eh...."

"Aku hanyalah orang asing. Walau Lorelei dan Undine pernah membuat janji atau apalah itu aku tetaplah hanya laki-laki asing yang baru bertemu dengannya sedangkan kalian sudah berteman dengannya sebelum aku jadi buat apa kalian mengandalkanku?"

Dengan kata-kata Edward itu mereka berdua tersadar akan kesalahan mereka. Mereka tidak pernah berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka itu melainkan malah menutupinya. Walau itu demi Lorelei sekalipun tetapi itu bukanlah sesuatu yang teman sejati akan lakukan.

Nirvelli dan Shasha melihat satu sama lain dan tersenyum.

"Sepertinya kita memang bodoh ya?"

"Iya, Shasha-chan."

Setelah itu mereka melihat ke arah Edward dengan ekspresi yang sudah berbeda dari yang tadi.

[Ini semua demi Lorelei dan Undine, demi teman baik kita] itulah yang Edward lihat dari ekspresi mereka sekarang.

Melihat itu Edward sekarang pun menjadi bersemangat untuk melakukan aksi yang lainnya. Baginya ini juga kesempatan emas untuk membuktikan kekuatannya.

"Baiklah kalau begitu aku akan memberitahukan rencananya. Cocok sekali disini ada orang yang sangat cocok untuk berhadapan dengannya."

"Hei jangan lupakan aku juga!"

Muncullah Arashel dengan wujud naganya tengah menuju Edward dan yang lainnya.

Setelah menyusun rencana singkat, mereka semua pun bersiap menyusul Lorelei.

Edward pun mendekati Kon yang sedari tadi diam saja mendengarkan semuanya.

"Kon setelah ini berakhir, giliranmu akan sampai. Aku...tidak, kami bergantung kepadamu untuk menghentikan kegilaan ini."

"A-aku?!"

Edward pun mengelus kepala Kon.

"Tentu saja, tidak ada orang lain yang bisa menghentikan para Manusia Hewan kecuali kau. Aku juga akan menjalankan tugasku sebagai calon kaisar dan bersama-sama kita teriakkan perdamaian."

Mendengar kata-kata itu entah kenapa hati Kon terasa hangat, juga sekarang di dalam hatinya terasa perasaan yang berapi-api.

[Aku ingin memenuhi harapannya]

Perasaan seperti itu lah yang sekarang berada di hati kecil Kon.

Tanpa ia sadari tiba-tiba dirinya berlutut di hadapan Edward sambil menundukkan kepalanya.

"O mi Domine, perintahmu adalah kewajiban bagiku..."

Edward tidak tahu kenapa Kon tiba-tiba berlutut di hadapannya tetapi melihat Chamuel dan yang lainnya tersenyum melihat Kon, dia memutuskan untuk membiarkan saja.

"(gigle) Kelihatannya walau Kon-chan gak ingat tapi tubuhnya sangat tahu apa yang harus dilakukan."

"Baiklah semuanya siap naik ke atas Arashel!"

Semuanya pun naik ke atas Arashel.

Memang sampai sekarang Kon juga masih sedikit takut dengan naga begitupun dengan Nirvelli dan Shasha yang tidak pernah melihat naga Loong sebelumnya.

"Bailah Arashel, kecepatan penuh! kita susul ratu menyusahkan itu!"

Dengan kecepatan yang luar biasa Arashel keluar dari dalam laut dan terbang di langit.

Sebagai pencegahan karena Mermaid tidak bisa hidup terlalu lama di darat Chamuel sudah merapal sihir kepada Nirvelli dan Shasha.

Bagi mereka berdua ini adalah pengalaman pertama mereka bisa terbang di angkasa seperti ini. Mereka tahu kalau ini bukan saatnya untuk bersenang-senang tetapi ini terasa sangat menyenangkan.

Sementara itu di sebuah kota kecil di dekat pantai terlihat awan mendung yang sangat hitam disertai petir yang menyambar kesana kemari.

Dari atas pos penjaga, para penjaga melihat ombak raksasa yang dengan kecepatan tinggi menuju kearahnya.

"Hoi a-apa itu?!"

Penjaga itu menunjuk ke arah yang dia lihat kepada temannya yang ada di sampingnya.

"O-ombak..."

Dengan segera penjaga itu pun langsung berlari dan membunyikan bel yang terdapat di tembok-tembok kota kecil itu.

Suara keras dan nyaring dari bel-bel itu terdengar ke semua penjuru kota. Orang-orang yang ada di sana pun kebingungan bertanya-tanya apa yang terjadi.

Sebagian dari mereka juga segera menuju ke arah gerbang kota untuk bertanya.

"SEMUANYAAAAA CEPAT PERGI KE TEMPAT TINGGI! ADA GELOMBANG TSUNAMI YANG AKAN DATANG KESINI!!!"

Sambil berteriak penjaga itu menunjuk ke arah ombak besar di kejauhan yang semakin lama semakin terlihat membesar.

Teriakan penjaga itu terdengar oleh semua orang yang ada di sana.

Segera mereka semua pun panik setelah melihat adanya ombak besar di kejauhan.

Para penduduk yang ada di sana segera berlari berhamburan menyelamatkan diri mereka sendiri.

Ada yang memanjat rumah, ada yang memanjat pohon, ada yang segera pergi meninggalkan kota, ada yang naik ke atas tembok, pokoknya mereka melakukan apapun yang mereka.pikir bisa menyelamatkan mereka dari ombak besar yang terlihat.

"Pada saat genting seperti ini dia kemana?!", gumam salah satu penjaga yang ada di atas tembok.

"Apa yang kau maksud itu kami?"

Tiba-tiba disana terlihatlah sekelompok party petualang yang dengan wajah optimisnya menunjukkan diri.

Para penjaga semuanya terkejut dengan kehadiran kelompok petualang itu.

"Oooooooo....kalian rupanya..."

Dengan itu salah satu orang di kelompok petualang itu pun maju. Dia memang terlihat seperti ketua dari kelompok itu.

Dengan baju zirah mahal yang dikenakannya, juga pedang yang terlihat sangat mahal yang ada di punggungnya itu cukup membuktikan bahwa dia adalah petualang tingkat atas.

Bukan hanya dia saja tetapi seluruh anggota kelompok petualang itu memiliki perlengkapan yang terlihat bagus dan mahal.

Disana terlihat seorang yang terlihat mencurigakan, dia menutup seluruh dirinya dengan jubah.

"Kelihatannya ini situasi yang bahaya ya?"

Seorang yang juga berjubah pun mendekati dirinya.

"Yo ada apa ini?", teriak wanita yang memakai jubah itu sambil berlari ke arah pria yang memakai jubah.

Pria berjubah itu menunjuk ke arah dataran luas yang terdapat di depan pintu masuk kota itu.

Wanita berjubah itu berhenti di depan pria berjubah dan melihat ke arah dimana dia menunjuk.

Terlihat orang-orang yang panik berusaha menggapai tempat yang tinggi.

Wanita itu terlihat bingung dengan situasi disana.

"Ada ombak besar yang menuju kemari."

"Maksudmu tsunami?!", teriak wanita itu dengan wajah terkejut.

"Ya."

"HOI KALIAN BERDUA, CEPAT MENUJU KE TEMPAT YANG TINGGI KALAU TIDAK KALIAN AKAN MATI!", teriak salah satu penjaga kepada dua orang yang berjubah itu.

"Kelihatannya saatnya kita beraksi ya?"

Dua orang berjubah itu langsung melompat dengan tinggi menuju ke atas tembok tinggi.

Penjaga yang meneriaki mereka tadi pun terkejut dengan dua orang berjubah itu yang tiba-tiba bisa melompat setinggi itu.

"Kalian semua tenanglah, kami berdua akan mengatasi ini.", teriak wanita berjubah itu dengan nada yang tinggi.

Kelompok party petualang itu merasa tersinggung karena ucapan wanita berjubah itu.

Bagaimanapun melindungi kota itu sudah merupakan pekerjaannya dan juga kota itu sudah seperti wilayahnya sendiri sehingga ucapan wanita berjubah itu membuat mereka tersinggung.

"Siapa kau berani-beraninya mengatakan itu?", ujar salah satu anggota kelompok petualang itu dengan nada marah.

"Kami? kami adalah orang-orang yang menjadi pedang sekaligus perisai negeri ini."

"Hah? pedang dan perisai?"

Karena merasa kalau mereka terus merahasiakan identitas mereka maka perselisihan ini akan menjadi lama maka kedua orang itu pun segera melepas jubah mereka.

Betapa terkejutnya semua orang yang ada di sana melihat siapa sebenarnya dua orang berjubah yang misterius itu. Bahkan kelompok petualang yang keras kepala itu terbelalak mata mereka semua ketika kedua orang misterius itu menampakan siapa dirinya.

"Se-sepuluh ksatria!", ucap salah satu kelompok petualang tingkat tinggi itu.

Bukanlah hal yang aneh melihat ekspresi semua orang yang sangat terkejut dengan kehadiran mereka berdua yang merupakan anggota sepuluh ksatria melihat orang yang bisa masuk Sepuluh Ksatria adalah orang-orang terpilih sekaligus orang-orang yang dianggap terkuat diantara yang lainnya.

"Ya, namaku adalah Albert van Ludenberg."

"Dan aku adalah Illmeria Alstro von Schlubert."

Alber van Ludenberg, seorang ksatria muda yang memakai baju zirah lengkap. Dia bisa dibilang salah satu ksatria terbaik meskipun kalau secara kekuatan dia masih di bawah kebanyakan anggota yang lainnya seperti Marielle, Verzz, ataupun Astral karena dia masih bisa dibilang baru karena baru menjadi anggota Sepuluh Ksatria selama satu tahun.

Berbeda dari Albert, Alstro merupakan salah satu yang terkuat dari anggota Sepuluh Ksatria dan juga merupakan senior dari Albert.

Sebenarnya walau mereka berdua tidak memperkenalkan diri sekalipun semua orang yang ada di sana sudah tahu tentang mereka.

Berbeda dengan Marielle ataupun Verzz yang suka mengurusi masalah rahasia kerajaan seperti pemberontak secara diam-diam sehingga tidak banyak yang tahu siapa dirinya, mereka berdua merupakan wajah dari Sepuluh Ksatria. Mereka berdua sering muncul di depan publik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di sana.

"Kak Alstro, apa anda bisa merapal sihir enhance kepadaku?", ucap Albert dengan nada serius.

"Apa kau berniat untuk membelah ombak itu?"

"Ya."

"Baiklah kalau begitu tetapi kalau cara itu tidak berhasil maka aku akan mencoba membekukan ombak itu."

Tentu ini bukanlah hal yang sangat mudah bagi Alstroreina karena bisa dilihat kalau membekukan ombak setinggi seratus meter itu bukanlah hal yang mudah.

Ombak raksasa itu pun semakin mendekat dan mendekat. Semakin terlihatlah ukuran ombak Tsunami itu yang raksasa.

Alstro pun merapal sihir penguatan kepada Albert dan Albert pun mengangkat pedangnya yang indah itu ke atas dengan kedua tangannya.

Pedang Albert mulai bercahaya seiring dia memfokuskan seluruh kekuatannya ke pedangnya itu.

Ombak itu semakin mendekat dan terlihatlah perbedaan tinggi antara tembok dan Tsunami itu. Tsunami itu berukuran berkali-kali lipat dari tembok kota kecil itu yang sebenarnya sudah menjadi ukuran standar.

Dengan ketetapan hati penuh, Albert bersiap untuk membelah ombak itu menjadi dua begitupun Alstromeria yang sudah bersiap mengeluarkan sihir super miliknya.

Ombak itu semakin mendekat dan mendekat menunjukkan keperkasaan dirinya kepada semua manusia yang ada di kota itu dan oada saat-saat yang singkat itu...

"ARCHI-"

Tiba-tiba...

"Sihir super...Glacia...Terra..."


PERTIMBANGAN PENCIPTA
OlphisLunalia OlphisLunalia

Furozen Warudooo!1!1!1

next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C66
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk