Edward terus menahan kepala Lorelei yang terkena efek dari kekuatannya sendiri.
"Jangan bercanda! Sadarlah kau dasar bodoh!"
Edward sudah tahu kalau ini semua tidak akan berjalan semulus apa yang dikatakan, dia sudah tahu itu karena selama ini juga seperti itu, selalu aja ada masalah yang terjadi.
Ini semua terasa aneh bagi Edward melihat sang ratu Mermaid bisa terkena efek dari kekuatannya sendiri dan juga melihat kekuatan sang Mermaid sama sekali tidak bekerja kepadanya.
"Apa yang kamu katakan? Aku sudah 100% sadar!"
Bohong! Itu adalah satu kata yang terpikirkan di benak Edward.
Merasakan seperti ada banyak zat Feromon yang keluar dari Lorelei, dia sudah tahu kalau Lorelei sama sekali masih belum waras, dia yakin kalau itu bukan dirinya maka dia pasti akan terkena game over di sini.
Tentu pesona dari Lorelei terlihat jauh lebih tinggi dari pada yang lainnya terutama pada saat ini, Edward yang hanya melihat Lorelei saja sudah merasa merinding jika dia bukanlah dia masih mempunyai sesuatu seperti yang manusia biasa punya.
Edward sendiri tahu kalau mungkin dia terlalu berlebihan menerapkan peraturannya, tetapi di luar itu Edward mempunyai banyak sekali alasan yang sama sekali tidak main-main, sebuah alasan kenapa dia selalu menolak Chamuel dan yang lainnya yang terkadang terlalu melampaui batas dan membuat hubungan di antara mereka berubah.
"Ayolah pangeranku, jangan malu-malu."
Lorelei tetap memaksa, dia terus berusaha menerobos tetapi apa daya, kekuatan fisik Edward sudah jauh lebih tinggi dari Lorelei dan juga kehati-hatiannya yang akan membuat itu hampir mustahil.
"Siapa juga yang malu-malu! Aku hanya gak mau-"
Tiba-tiba laki-laki yang memakai baju zirah lengkap itu mengarahkan kedua pedangnya kepada Edward.
"BACOD KALIAN SEMUA!"
Kedua pedangnya itu pun bercahaya, dari sana keluarkan sinar laser yang dengan cepatnya mengarah kepada Edward dan Lorelei.
Melihat itu Edward berpikir [Heh? Apakah itu keren banget!]
"Lorelei, pegangan yang erat!"
Edward sebenarnya mempunyai beberapa cara yang bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan membuat Lorelei pingsan, tetapi itu terlalu beresiko jika dia membuat Lorelei pingsan di situasi semacam ini.
Lorelei sebenarnya kurang puas dengan itu, tetapi dia menganggukkan kepalanya walaupun terlihat dengan jelas ketidakpuasan di wajahnya itu.
Edward pun menggendong Lorelei layaknya tuan putri dan Lorelei memeluk Edward dengan erat.
Tentunya menghindari serangan laser itu adalah hal yang mudah bagi Edward karena jika dibandingkan dengan latihannya selama ini itu sama sekali tidak ada artinya.
Dengan mudahnya Edward menghindari rentetan tembakan laser yang diarahkan kepadanya, tembakan-tembakan laser yang kecepatannya sudah sama dengan peluru.
Tetapi di balik itu, Lorelei yang terus memeluk Edward merasa mau mual karena dengan kecepatan gerak Edward yang sudah jauh di luar batas normal itu membuat seolah-olah dunia seperti berputar-putar dan membuatnya pusing.
Lorelei pun segera menutupi mulutnya, dengan wajahnya yang terlihat pucat dia terus berusaha menahan rasa mual yang semakin menjadi-jadi.
"Kurasa aku benar-benar mau muntah!"
"Hoi jangan bercanda!"
Tanpa basa-basi orang yang memakai zirah itu langsung menuju ke tempat Edward untuk menyerangnya, dia mengayunkan kedua pedangnya ke kiri berusaha untuk menebas Edward yang tengah menggendong Lorelei itu.
Tentunya Edward juga sudah menyadari itu, dia pun menunduk dan berjongkok menghindari tebasan pedang dari orang itu.
"Tch dia berhasil menghindar ya?"
Tentu belum puas sampai itu, orang berzirah itu mengayunkan pedangnya lagi berusaha untuk menyerang Edward yang tengah berjongkok itu, tetapi tanpa diduga-duga tiba-tiba Edward melompat dan menghantamkan kepalanya ke dagu orang berzirah itu sehingga membuatnya kehilangan keseimbangan.
Pada saat itu lah apa yang ditunggu-tunggu Edward telah tiba, dia berusaha menjejak orang itu dengan menggunakan kakinya tetapi setelah konsentrasinya buyar sebentar, orang itu pun menyadari serangan Edward itu, dia segera mengarahkan pedangnya itu ke arah Edward untuk menusuknya.
Saat-saat itu memang terlihat seperti hanya satu detik yang singkat, tetapi bagi orang itu waktu yang singkat itu terasa seperti jauh lebih lama, seolah-olah dia tengah berada di dalam slow motion dalam suatu rekaman.
"Aneh, apa dia sudah gila?"
Orang yang memakai zirah itu tidak tahu kenapa Edward tidak menghindar setelah melihat dia juga mau menyerangnya. Tentu daripada satu tendangan, satu tusukan memakai pedang besar sungguh jauh berdampak lebih besar. Dia yakin kalau Edward sudah tahu ini tetapi dia malah memilih untuk meneruskan serangannya.
Di saat itulah dia melihat hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pedang besar miliknya bukannya menusuk Edward, tetapi malah terlihat seperti menembus tubuh Edward.
"Eh?! A-apa? A-apa ini ilusi?"
Pada saat dia tengah bingung itu dari belakang terlihat Edward yang asli.
"Di belakang!"
"Terlambat!"
Edward pun menjejak orang berzirah itu di bagian punggungg sehingga itu membuat tubuhnya sedikit terpental.
Tubuh pria berzirah itu pun tiba-tiba menjadi agak lemas meskipun serangan Edward itu tidah bisa menembus armornya yang tebal tetapi orang berzirah itu masih bisa berusaha menyerang Edward dengan mengayunkan pedangnya sekali lagi berusaha untuk menebasnya.
Tentunya setelah serangan telak itu Edward mempunyai keuntungan yang sangat besar, walaupun orang itu menyerangnya dengan tebasan pedang besar itu, dia menghindarinya dengan mudah dan menuju ke samping orang berzirah itu.
"Tch sial!"
Edward pun menjejak paha kanan orang berzirah itu dan membuatnya jatuh berlutut.
Orang itu masih berusaha menyerang Edward walau sekarang dia sudah sama sekali tidak tenang seperti tadi, dia berusaha menyerang Edward dengan mengandalkan kecepatan yang ia punya tetapi itu masih tidak bisa mengenainya dan tanpa disadarinya sekarang Edward sudah berada tepat di samping kirinya.
"Kena kau!"
"Ap-"
Edward menendang kepala orang itu dengan sangat keras sehingga membuatnya terpental sampai menghantam salah satu batu karang yang ada di sana.
Akibat dari kecepatan gerak Edward yang sangat cepat dan juga gerakannya yang terasa seperti gasing itu Lorelei semakin merasa mual dan kali ini dia benar-benar sudah tidak bisa menahannya. Dia menepuk pundak Edward sebagai isyarat untuk melepaskannya.
"Ya baiklah kurasa aku sedikit berlebihan ya?"
Tetapi berkat itu Lorelei yang tadinya terkena pesona sihir pemikat itu sekarang sudah sembuh, dia dengan cepat menuju ke pojokan dan muntah.
"Baiklah aku akan kesana."
Edward sama sekali tidak tahu siapa orang yang memakai baju zirah itu, tetapi ada satu hal yang mau dia pastikan yaitu apakah dia benar-benar musuh atau tidak karena pada saat dia bertarung dengan orang itu dia merasakan hal yang aneh.
"Seperti yang sudah kuduga dari orang yang mempunyai julukan sebagai "The Death", tidak kusangka kalau kau bisa menggunakan hanya kakimu untuk mengalahkanku. Jadi apa yang mau lakukan sekarang? Membunuhku?"
"Mungkin jika itu memang diperlukan."
"Ah begitu kah?"
Edward mengeluarkan wajah seriusnya.
"Oi kau, Apa kau benar-benar orang yang mempunyai hubungan dengan orang bertopeng Oni sialan itu?"
Orang itu yang sekarang tengah berbaring di tanah karena dia tidak bisa bergerak itu pun melihat e arah Edward.
"Kalau misalnya aku bilang iya?"
Edward mengeluarkan tatapan tajamnya yang mengerikan, tatapan mata yang terlihat kosong dan sangat mengerikan yang bahkan bisa membuat musuhnya mengeluarkan keringat dingin.
"Aku akan membunuhmu di sini."
"Kalau begitu bagaimana jika bilang tidak?"
"Kalau begitu buktikan kepadaku kalau itu benar."
Orang itu pun bangkit dan berdiri.
"Sudah kuduga kalau kau sama sekali belum serius."
Ini memang hanya perasaan Edward tetapi dia merasa kalau orang yang memakai zirah itu jauh lebih kuat dari Draconis yang pernah ia hadapi dulu.
"Baiklah aku tidak mau basa-basi lagi, aku akan langsung mengatakan intinya."
Orang berzirah itu mengulurkan tangannya.
"Edward- tidak. Xavier Eucodia Artorias, bergabunglah dengan aliansi kami."
Tentu Edward tidak bisa langsung mengatakan 'ya' begitu saja tanpa mendengar apapun terlebih dulu.
"Aliansi? Apa maksudmu? Dan untuk apa?"
"Aliansi untuk mengalahkan aliansi raja Iblis Satan, dan aliansinya...terutama sang raja Naga."
"A-apa?"
"Mereka sudah mengumpulkan pasukan yang sangat banyak dan aku yakin sebentar lagi mereka pasti akan memulai perang besar lagi."
"Tetapi daripada denganku, bukankah lebih baik kalau kau beraliansi dengan para Malaikat?"
Malaikat adalah salah satu ras terkuat yang ada di dunia ini, mereka mempunyai tujuh Archangel yang kekuatannya sudah setara raja iblis dan juga kekuatan militer mereka juga sama sekali tidak bisa diragukan, tetapi ada satu hal yang membuat orang berzirah itu enggan untuk beraliansi dengan mereka.
"Dengan beraliansi dengan Malaikat? Aku yakin kau sudah tahu kalau itu hanya akan memperburuk situasi. Walaupun ada Malaikat yang berpihak kepada perdamaian yang beraliansi dengan kami, itu sama sekali tidak akan membantu karena mereka sendiri sudah terikat dengan pemerintahan Saint Heaven. Jika mereka memenangkan perang maka aku yakin ras Iblis dan seluruh aliansinya akan menjadi ras budak selamanya."
Itu adalah sebuah kebenaran yang menjadi alasan kenapa para Archangel yang ada di kubu perdamaian tidak mau membantu siapapun terutama aliansi ini karena mereka sendiri sudah tahu jika itu hanya akan menambah korban.
"Tetapi itu tidak akan terjadi jika kami dan juga kau yang mengalahkan aliansi raja Iblis itu dan aku akan mengatakan ini kepadamu, target mereka adalah kau Xavier jadi mau tidak mau kau akan menghadapi mereka. Aku tidak akan memaksamu untuk memutuskan ini tetapi aku yakin kau masih ingat dengan kejadian itu kan? 12 tahun lalu saat penyerangan itu."
Edward terdiam dan terkejut mendengarnya.
"Apa yang kau maksud?"
Kejadian 12 tahun lalu, itu adalah kejadian yang tidak akan pernah Edward lupakan seumur hidupnya. Sebuah kejadian yang telah mengubah hidupnya 180 derajat dari seorang anak yang polos dan bahagia menjadi seorang anak yang dipenuhi kebencian dan keputusasaan.
"Apa kau tahu siapa dalang dibalik penyerangan itu?"
Edward mengepalkan tangannya dan menatap orang berzirah itu dengan tatapan serius, di dalam tatapan matanya seolah-olah terasa kobaran api kebencian yang bangkit lagi.
Itu adalah sesuatu yang tidak pernah terlihat dari seorang Edward dewasa selama ini. kebencian yang ia miliki pada saat dia masih kecil dulu seolah-olah datang lagi menemuinya.
"Ya benar, aku tahu siapa dalang dibalik kejadian itu."
Edward menghirup napas dalam-dalam untuk sedikit menenangkan dirinya. Dia tidak ingin dikendalikan oleh amarah yang sedang tengah berkobar di dalam hatinya itu.
"Aku sudah tahu, dia adalah Naga hitam."
"Salah. Orang yang menjadi dalangnya bukanlah Raja Naga. Aku tahu kalau dia adalah orang yang buruk, tetapi dia tidak akan melakukan hal seperti membunuh anak kecil yang lemah."
Edward tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar itu.
Sebagai orang yang mengalami sendiri kejadian mengerikan itu, dia juga tahu persis siapa yang menjadi pemimpin di penyerangan desanya itu. pada saat itu dia melihat dengan jelas sosok naga hitam raksasa yang sangat mengerikan yang bahkan saking mengerikannya sang Edward kecil tidak mampu hanya untuk berdiri.
"Orang yang menjadi dalangnya adalah seorang Doppelgänger, dia meniru wujud sang raja naga dan menyerang desamu."
"A-apa?!"
"Kau tidak perlu bertanya kenapa aku bisa tahu itu semua. Suatu saat kau juga akan mengetahuinya jadi aku memberitahumu sekarang."
"Sebenarnya siapa kau?"
"Suatu saat kau juga akan tahu siapa aku. Tujuanku kemari hanyalah untuk memberitahumu dan juga untuk mengajakmu beraliansi dengan kami."
Edward tentu tidak bisa asal bilang 'ya' saja tanpa berpikir matang-matang dulu karena pengambilan keputusan tanpa berpikir adalah sebuah tindakan yang bodoh.
"Jawabannya tidak harus sekarang, tetapi kalau kau berminat kau bisa menemui kami di sebuah tempat rahasia."
Orang itu pun mengeluarkan secarik kertas di bawah laut.
"Cari tempat ini dan kau akan menemukan kami."
Edward pun menerima kertas itu dan membaca isinya.
Setelah membaca itu, Edward nampak tidak pernah mendengar tempat dengan nama seperti itu sebelumnya, dia terlihat kebingungan berpikir di mana tempat itu berada.
"Kalau begitu karena urusanku sudah selesai aku akan pergi dari sini."
"Tunggu dulu, kau bilang tadi kalau kau tahu keberadaanku dari si topeng Oni."
"Ya, memang."
"Apakah dia benar-benar musuh?"
"Kau bisa menganggapnya musuh jika itu yang kau mau, tetapi kau juga bisa menganggapnya sebagai rekan jika kau mau juga."
Setelah mendengar itu Edward pun menjadi paham dengan posisi orang yang memakai topeng Oni itu.
"Baiklah kalau begitu aku akan pergi."
Orang itu pun langsung melompat sampai ke permukaan dan pergi menghilang dari pandangan Edward.
Edward tidak tahu siapa sebenarnya orang itu tetapi dia merasakannya, dia merasakan kalau orang itu mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam dirinya.
Sekarang akhirnya masalah ini pun selesai, kali ini Edward bisa bernapas lega karena orang yang memakai zirah itu sama sekali tidak berniat untuk saling membunuh atau apapun, tetapi dia masih belum menyadari akan adanya bahaya lain yang mendekat di sana.
Edward pun berjalan mendekati Lorelei yang tengah berwajah pucat itu.
"Ho~i Apa kau tidak apa-apa? Kalau kau sakit, kembali saja ke rumah."
"Ti-tidak, aku masih kuat kok."
Yah w pny banyak ide tapi males buat nulis wkwkwkwk inikah efek libur lama? Btw w kasih Spoiler aja, ini adalah baru pembukaan dari Dark Arc, makanya dari awal udah ada scene bunuh2an antara Yulia dan Carmilla