Adi yang perlahan memperhatikan ukiran pemandangan tersebut, menjadi sangat tertarik pada ukiran itu entah apa yang menariknya untuk bisa menatap ke arah ukiran itu dengan penuh antusias keingintahuaan
Ukiran itu menggambarkan bentang alam, yang di sebelah pojok kiri adalah gambar pepohonan tinggi yang lebat dan membentang dari pojok kiri ke kanan dan di depannya adalah gambar safana rumput yang luas dengan di tengah ada jalanan yang memisahkan padang rumput
Di tengah gambar ukiran tersebut tampak seperti gapura yang cantik dengan dua dinding bata khas gapura candi yang jika dilihat tidak kalah tinggi dari ukiran pepohonan yang ada
Namun semua itu membuat adi familiar dengan ukiran gambar di dalam rumah itu dia selalu merasa sudah pernah melihat pemandangan yang ada dalam gambar ukiran tersebut
Perlahan dia merenung untuk mengingat dimana gambar pemandangan ini terlihat dan samar-samar ia mulai mengingat bahwa ukiran ini sama dengan gambar pintu masuk dari hutan ujung kulon yang ia masuki bersama denok
Lantas perbedaanya adalah tidak adanya gapura tinggi seperi candi di pintu masuk hutan ujung kulon, melainkan pintu sederhana yang terbuat dari semak yang membentuk daun pintu
Adi yang telah menemukan jawaban dari ingatan dimana gambar itu berasal perlahan mengalihkan pandanganya kepada barang lain yang ada di dalam ruangan tersebut
Saat dia mengalihkan pandangannya dari ukiran tersebut tidak jauh dari ukiran itu dan masih dalam dinding yang sama ia melihat sebuah sarung dari keris yang diukir penuh dengan warna emas dan ada permata tujuh buah yang menghiasinya dari bawah ke atas
Dengan rasa takjub adi memperhatikan dengan seksama sarung keris yang penuh ukiran tersebut, dia mengagumi orang yang membuat ukiran sarung tersebut karena begitu detail dan cantik hasil ukiran yang ia buat
Beralih ke tempat yang lain adi mulai melihat lagi dengan cermat apa yang bisa membuatnya tertarik, saat kakiknya berjalan ke arah kursi kayu yang ada di tengah matanya bersinar tertuju pada sebuah tombak yang berwarna merah, dengan mata tombak tiga yang memancarkan kekuatan dan ketajaman
Perlahan adi memperhatikan tinggi dari tombak itu setinggi 2 m dengan lingkar badanya sekepalan tangan yang bercat merah, bukan karena dicat tapi warna asli dari kayu sebagai tubuh tombak
Adi mengingat ingat dimana dia tahu kayu berwarna merah, karena dia merasa tombak ini pasti istimewa karena bahannya yang langka
Terlebih mata tombak yang memiliki 3 bilah baja yang diukir dengan kepala naga di ketiga mata tombak, adi yang melihatnya merasakan perasaan berbahaya tetapi juga rasa hormat yang tidak bisa di jelaskan
Seolah olah tombak ini mempunyai jiwa dan mampu membuat orang yang melihatnya menjadi segan dan tunduk, meski itu hanya samar rasa yang di dapat adi tetapi tidak merubah fakta bahwa tombak ini istimewa
Melirik ke arah lain dari ruangan ini adi melihat satu meja dengan tiga kursi di ruang tamu yang terdiri dari satu kursi kepala dan dua kursi panjang di kedua sisi
Merasa agak lelah dengan apa yang dilihatnya adi duduk di kursi kepala, dengan santai merebahkan badanya untuk duduk bersandar
Sambil melihat-lihat sekitar dengan tatapan sekilas adi melihat sebuah gambar yang cantik di atas meja, gambar mural cantik yang memperlihatkan berbagai jenis binatang yang sedang berkumpul di sebuah lapangan
Dengan api unggun besar sebagai pusatnya dan terdapat panggung kecil di depan para binatang dengan beberapa raja binatang yang duduk di barisan terdepan
Hanya saja adi tampak bingung karena dari barisan depan para raja binatang ada 5 kursi dan kursi paling tengah tampak sosok seorang manusia dan bukan sosok raja binatang
Terlebih dari posisi duduknya dan mahkota yang ia kenakan anda bisa menyimpulkan bahwa sesungguhnya sosok manusia dalam mural itu adalah raja dari para raja binatang
Tetapi dia tidak bisa melihat apakah itu sosok laki-laki atau perempuan karena wajahnya ditutupi dengan tabir kain yang menghalangi wajahnya