Unduh Aplikasi
8.78% The Miracle of Death / Chapter 36: Rebel

Bab 36: Rebel

Suara teriakan terdengar jelas dari ruang kerja Duke Lawton, di dalam sana ruangan itu terlihat kacau. Semua kertas berhamburan memenuhi lantai kayu yang terasa begitu dingin. Ruangan yang terasa begitu dingin dan begitu gelap itu menjadi tempat untuk dirinya menumpahkan rasa marahnya.

Emosi yang tengah tidak stabil dan terlihat begitu kacau membuat ruangan itu menjadi tempat yang cocok untuknya. Maniknya terlihat begitu tajam menatap sebuah laporan yang baru saja dia dapatkan. Laporan yang mengatakan sebuah keberhasilan Putri Kekaisaran yang berhasil menghilangkan wabah di desa pinggiran.

Bahkan tidak hanya satu desa tapi semua desa yang mendapatkan wabah semua sudah di atasi oleh Rimonda dan kesatria Kuil Suci. Dia tertawa penuh ejekan, rasanya begitu tidak masuk akal tapi itulah fakta yang dia dapatkan. Tangannya meremat lembaran kertas itu dan langsung melemparnya asal.

"Ternyata mereka tidak bisa di remehkan begitu saja"

Suaranya begitu berat dengan perasaan marah yang masih tersisa, dia harus segera melakukan sesuatu sebelum si kembar semakin bergerak lebih jauh lagi. Tapi bagaimana caranya, kesatria Kuil Suci jelas sudah berada di pihak mereka dan yang dia dengar Yang Mulia Kaisar juga memberikan mata-mata pada mereka.

Dia tidak bisa mendekati mereka untuk sekarang, tapi jika dia tidak bergerak secepatnya maka kekuatan si kembar akan semakin besar. Apa?? Apa yang harus dia lakukan untuk membuat si kembar di benci oleh semua orang.

Dia tidak bisa diam saja di saat Kuil Suci juga membantu si kembar, padahal dia sudah susah-susah merusak hubungan Kuil Suci dengan Kekaisaran. Tapi sekarang hubungan keduanya menjadi baik karena kekuatan legenda itu muncul. Apakah dia harus menggunakan statusnya sekarang, tapi jika dia ketahuan maka dia akan kehilangan semuanya.

Tapi kalau dia diam saja, dia juga akan kehilangan semuanya. Lalu apa yang harus dia lakukan, kenapa dia harus berada di tengah-tengah jurang seperti ini. Kenapa usahanya harus berakhir sia-sia hanya karena anak kecil berumur sepuluh tahun. Sungguh lucu jika dia kalah dari anak kecil yang tidak tau apa-apa itu.

"Hugo.."

Dia berteriak menatap pintu ruangannya yang langsung terbuka menampilkan seorang penjaga pintu di ruangannya "panggil Giselle dan Dion sekarang juga"

Pengawal itu langsung membungkuk dan kembali menutup pintu ruangannya. Pria paruh baya itu mengehela nafas merasa lelah karena harus memikirkan soal si kembar. Rasanya dia ingin segera membunuh mereka tapi tidak semudah itu untuk melakukan hal seperti itu.

Dan dia harus segera melakukan cara licik lain yang mungkin akan menguntungkan baginya nanti. Dia langsung duduk menatap tajam ke arah pemanas yang mati sampai pintu ruangan terbuka. Di sana ada anak semata wayangnya dan anak adiknya yang sudah meninggal dua tahun lalu.

"Kalian kemarilah..!"

Keduanya menurut dan langsung duduk menghadap Duke. Ini adalah hari libur dan keduanya tengah pulang ke rumah karena bosan di Akademi. Tapi saat pulang dia malah melihat Duke yang marah-marah tidak jelas di ruang tamu tadi.

Tapi sekarang mereka berdua bisa melihat jelas bagaimana ruangan ini yang kacau dan tatapan dingin Duke. Rasanya sesak dan mereka jelas ingin segera pergi dari sini tapi Duke malah tertawa menatap keduanya yang menunduk.

"Kalian dekati si kembar, aku tidak mau tau kalian harus mengambil hati si kembar secepatnya"

Keduanya terkejut menatap Duke yang terlihat begitu marah, apakah ini ada hubungannya dengan si kembar. Jika benar jelas ini bukan hal yang biasa, tidak mungkin Duke menyuruh mereka mendekati si kembar hanya karena hal biasa.

Apakah karena rumor dan berita yang muncul memenuhi ibu kota, jika benar Giselle jelas tidak bisa melakukan hal itu karena dia memiliki hubungan yang buruk dengan si kembar. Lalu jika Dion sepupunya mungkin bisa mendekati si kembar sekarang.

Walau begitu Giselle sedikit tidak yakin jika Dion bisa dekat dengan si kembar nantinya. Memikirkan ini entah kenapa dia juga kesal akan si kembar yang bisa mendapatkan perhatian seluruh orang hanya karena bisa menggunakan sihir Kaisar pertama.

Jelas itu adalah hal yang tidak masuk akal, memangnya apa hebatnya sihir itu. Bukankah itu juga sihir yang sama seperti orang lain, kenapa dia jadi semakin kesal saja sekarang.

"Ayah.. aku menolaknya, bukankah ayah menyuruhku mengjauhi mereka apalagi hubungan kami juga sangat buruk" jawab Giselle menatap Duke yang melupakan fakta itu.

Tapi bukan berarti semuanya akan hancur begitu saja bukan, entah kenapa dia merasa ini akan berhasil dan maniknya langsung menatap Dion yang sudah paham akan maksud pamannya.

"Jika paman berniat menyuruh saya mendekati mereka maka akan saya lakukan"

Duke tersenyum menatap Dion yang terlihat biasa saja, tidak ada ekspresi di wajahnya dan Dion berniat pergi sebelum suara Duke menghentikannya "kau cukup mendekati mereka dan memberikan kasih sayang yang tidak mereka dapatkan dari Yang Mulia Kaisar dan Ratu. Kau tau mereka masihlah anak kecil yang perlu kasih sayang"

Dion mengangguk paham dan langsung pamit undur diri karena dia bukanlah bagian dari keluarga ini. Dan dia tidak punya urusan dengan pamannya kecuali ada hal mendesak saja, bahkan dia tidak begitu dekat dengan sepupunya Giselle.

"Ayah.. yakin ini akan berhasil. Apa ayah tidak tau jika Yang Mulia Kaisar saja di usir oleh mereka saat datang ke Akademi"

Manik Duke terlihat terkejut, apakah itu hal yang bisa di lakukan anak kecil berumur sepuluh tahun. Biasanya anak kecil akan luluh pada kasih sayang, jika marah bukankah tinggal beri mereka hadiah dan masalah selesai. Lalu kenapa Yang Mulia Kaisar sampai di usir segala.

Apakah ada yang dia tidak ketahui soal si kembar dan entah kenapa dia jadi penasaran akan si kembar sekarang "apa kau bisa menceritakan padaku apa saja yang si kembar lakuakan di Akademi?"

Giselle mengangguk dan langsung menceritakan semuanya, dari mulai si kembar yang menatapnya tajam karena mengganggu rakyat biasa. Lalu sampai dia yang di ejek oleh Rimonda hari itu, tidak hanya itu saja semuanya dia ceritakan tanpa ada yang tertinggal. Dan Duke terlihat memikirkan rencana yang cocok untuk si kembar sekarang.

"Jadi mereka selalu bersikap seenaknya dan kasar padamu" ucap Duke tidak percaya akan sikap si kembar.

Ingatannya jelas tidak salah jika si kembar dulunya hanya anak kecil yang selalu menangis saat di marahi oleh pelayan. Tapi kenapa si kembar berubah seperti itu apa karena dia tengah memberontak sekarang, ah.. pasti karena dia ingin memberontak. Benar sekali, mereka masih anak kecil yang tidak tau apa-apa.


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C36
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk