Unduh Aplikasi
28.57% The Gods : Who Is Me? [Greek Gods] / Chapter 2: Pertemuan

Bab 2: Pertemuan

Hari-hari dilewati Zefan dengan biasa saja, tetap dingin, datar, dan jarang bicara. Sudah hampir 3 minggu setelah kejadian Jason yang mengagetkannya di kamar mandi. Dan seminggu setelahnya, pemuda itu benar-benar menjengkelkan.

"Zefan-hyung!!"

Sebuah suara yang sedikit cempreng sukses membuat langkah Zefan terhenti dan berbalik menatap oarang yang memanggilnya dengan muka datar. Ia hafal suara siapa itu. Si Jason-Sialan-Farrow.

"Apa malam ini hyung ada waktu luang?" Tanya pemuda itu.

Zefan menghela nafas frustasi. "Tidakkah kau bosan menanyakan itu?!" Kesalnya. "Pergi dari hadapanku! Aku muak dengan wajahmu!"

Tapi, Jason tetaplah Jason. Ia mencegah Zefan lewat. "Ayolah, hyung. Hanya sebentar saja." pintanya.

"Kau sudah berani rupanya," Zefan melirik tangannya yang di genggam Jason.

"Ayolah, hyung. Sebentar saja, ada hal yang harus kubicarakan padamu."

"Tidak, dan pergi dari hadapanku."

"Kumohon, hyung!! Hanya sebentar!! Setelah kau mendengarnya, kau bebas mau melakukan apa dan aku akan jauh-jauh darimu, hyung." Jelas Jason.

Zefan menemukan kesungguhan di mata Jason. Pemuda ini memang tidak main-main. Tapi, apasih yang membuat pemuda ini sangat bersikeras?

"Sepenting apa?" tanya Zefan yang agak luluh hatinya.

"Sepenting hidup dan mati, hyung. Maka dari itu aki tidak bisa mengatakannya di sini di tempat umum."

Jawaban Jason membuat wajah Zefan kembali datar dan hatinya yang tadi agak retak kembali mengeras. "Pembual," gumamnya.

"Kalau aku bohong kau bisa mencingcangku, hyung. Tapi ini sangat-sangat serius sebelum titik balik musim dingin." jelas Jason.

"Titik balik apa?"

"Sial, Keceplosan!" ringis Jason.

"Pokoknya aku tunggu malam ini jam 8 malam di taman kota, hyung. Aku menunggumu."

Jason melepaskan genggamannya dan berjalan menjauh meninggalkan Zefan yang terheran-heran. 'Tadi dia bilang apa? Titik balik musim dingin? Apa maksudnya itu? Lalu apa hubungannya dengan hidup dan mati? Apa aku tanya Rey saja? Dia kan sekelas denganku' batin Zefan.

-

Saat ini pelajaran Biologi dan kelas Zefan sedang mengadakan praktek untuk nilai akhir. Zefan duduk dengan malas. Matanya menatap sang guru dengan bosan yang sedang membagi-bagi kelompok.

"Nahh baiklah, setelah kumpanggil nama kalian dan dama kelompoknya, harap berkumpul dengan ketua kelompok kalian masing-masing!" Ucap Kim-ssaem.

Setelah sekian lama Kim-ssaem membacakan nama-nama, akhirnya kelompok terbentuk. Setelah namanya di panggil, jantung Zefan hampir copot ketika tahu bahwa ketua kelompoknya adalah Reimond (Ray), pemuda ber-IQ tinggi itu.

"Harap berkumpul dan ke meja laboratorium secara berurutan sesuai kelompok! Tugas sudah saya berikan pada ketua kelompok! Jadi harap ketua kelompok membimbing anggotanya!"

"Baik, ssaem."

"Psst," bisik Luna.

"Apa?" beo Zefan.

"Aku meminta Kim-ssaem untuk sekelompok denganmu lohh," ujarnya.

"Sudah tidak aneh, ini bukan yang pertama kalinya kau begitu, Luna."

"Hehehehehehe, aku khawatir padamu."

"Terserah kau saja."

Zefan menatap Rey di seberangnya dan teringat ajakan Jason tadi. Haruskah ia tanya?

"Ada apa?" tanya Reimond ketika di tatap Zefan tanpa berkedip.

"Ohh, tidak." Zefan tersadar.

"Jadi apa tugasnya?" tanya anggota lain.

"Hanya mengamati organ tikus yang sudah dibelah Kim ssaem." jawab Rey.

"Itu saja?"

Ray menjelaskan kalau tugasnya adalahnya mengamati bentuk sebenarnya dari organ-organ yang bekerja pada tikus. Aliran ketika makan dan menggambarnya di sketsa sesuai tempat pada tubuh tikus tersebut.

Zefan sebenarnya membenci melihat organ dalam. Biasanya itu membuat perutnya melilit dan mual. Tapi ia memberanikan diri untuk melihatnya. Tikus putih itu terlentang dengan keempat kakinya di ikat di setiap sisi, kulit bagian bawahnya sudah tersayat panjang dan terbuka lebar. Rusuk si tikus sudah di hilangkan bagian tengahnya. Hingga terlihat jelas si tikus yang sedang sekarat itu. Jantungnya masih berdetak pelan.

Tangan Zefan mengepal dan tubuhnya mulai berkeringat. Perlahan ia bisa mendengar jelas detakan jantung yang melemah itu. Selanjutnya nafas si tikus yang tersekat-sekat. Tangannya mulai gemetar hebat, air matanya menumpuk di pelupuk hanya hitungan detik saja akan menetes. Kemudian, Zefan dapat merasakan lelahnya menjadi si tikus hanya karena berusaha bernafas, rasa sakit di sekujur tubuhnya yang terpaksa dijadikan uji coba. Entah pemikiran dari mana, Zefan membayangkan ia memiliki jarum kecil dan mengarahkannya ke jantung kecil itu menusuknya dan menyudahi penderitaan si tikus. Seketika itu pula jantung si tikus perlahan berhenti berdetak membuat nafas Yoongi tercekat. Ia terkejut tentu saja.

"Zef?? Zefan??"

Zefan mendengar panggilan teman sekelasnya tapi matanya tetap terpaku pada si tikus. Dan air mata yang sudah menumpuk itu jatuh tiada henti. Zefan bukan tipe orang yang menangis tersendu-sendu, tapi lebih pada memendamnya dalam diam.

"Zef, kau menangis?" panik Luna.

Mendengar kepanikan sahabatnya, Zefan sadar dan buru-buru menghapus air matanya.

"Ada apa Zef?" tanya Luna.

"Tidak apa-apa," jawab Zefan ketika menatap wajah teman-teman sekelompoknya yang terheran-heran terutama Ray yang melotot kearahnya. Wajahnya seolah ia benar-benar terkejut bukan main.

"Kenapa?" tanya Zefan.

"Kau pakai kontak lens?" tanya Rey.

"Kontak lens? Tidak," jawabnya.

"Lalu kenapa matamu biru?"

"Wahh, Rey benar! Kau cantik pakai kontak lens itu, hahahaaa,"

Zefan tidak menanggapi lelucon teman sekolmpoknya itu, namun ia terlalu kaget, 'biru?' pada saat itu juga Zefan pergi ke toilet tanpa izin terlebih dahulu. Ia panik tentunya. Ketika menatap wajahnya di depan cermin dan kepanikan itu semakin meningkat. Tangannya benar-benar gemetar hebat.

'benar, biru, seperti malam itu, yang dikatakan si brengsek itu ternyata benar,,'

"Bagaimana bisa?" ujarnya.

Menit berganti menit, walaupun ia shock tapi ia tidak mungkin meninggalkan prakteknya. Jadi, ia berusaha menenangkan diri dan mata biru itu berangsur-angsur kembali ke warna coklatnya.

"Dari mana Zefan Khan?" tanya Kim-ssaem.

"Aku mual ssaem," ujar Zefan dengan wajah datarnya.

"Apa kau masih kuat?" tanyanya lagi.

"Akan kuusahakan,"

Zefan kembali ke kelompoknya yang masih terheran-heran padanya terutama Rey yang menatapnya seolah ia sedang mengamati wajah Zefan setiap incinya.

"Kau benar-benar pakai kontak lens?" tanya Luna curiga.

"Emmm, yahh, iya, kukira tak akan kelihatan,"

"Kau ini bodoh atau gimana sih??" ujar teman sekelompoknya. "Kontak lens dengan warna biru cerah itu benar-benar telihat meonjol tahu tidak?!"

Zefan mengangkat bahunya tidak peduli.

"Kau benar-benar pakai kontak lens?" Luna menatap Zefan menyelidik, sahabatnya itu tentu tahu jika Zefan tidak pernah memakai kontak lens.

"Sudah, kita kerjakan tugas kita sekarang." perintah Rey dengan tatapan yang sudah kembali normal namun memberikan kesan ganjil pada Zefan.

-

Praktek selesai, Zefan menatap Ray dengan penuh penasaran. Mendorong keingingan untuk menanyakan kenapa ia menatapnya seperti itu tadi sekaligus tujuan Jason yang ingin bicara dengannya.

"Ray, bisa kita bicara?" tanya Zefan.

Ray mengikuti Zefan ke lorong sepi tempat kelas yang dijadikan gudang.

"Ada apa? Kau tidak seperti biasanya." tanya Ray.

"Entahlah, aku punya firasat kalau kau tahu sesuatu tentangku, tentang mataku." Zefan heran juga kenapa ia berani membicarakan ini pada orang yang baru ia ajak bicara sekali ini.

"Jadi kau benar-benar tidak pakai kontak lens?"

Terlihat sekali kalau Ray hanya pura-pura terkejut.

"Jangan buat aku kesal, Raimond."

Wajah Ray kembali normal dengan rona merah akibat malu lalu berubah menjadi memelas. "Jangan tanya padaku, aku memang tahu tapi aku tidak memiliki hak untuk memberitahumu,"

"Apa maksudmu?"

"Kau harus mencari tahu sendiri. Jaga dirimu baik-baik. Lebih baik kau setujui ajakan Jason itu akan membantumu. Ciri-ciri telah muncul dan bisa saja sesuatu yang besar akan datang." jelas Ray lalu pergi meninggalkan Zefan yang masih memproses perkataanya.

"Ciri-ciri? Sesuatu yang besar? Lalu titik balik musim dingin? Apa maksud semua ini???"

Zefan meremas rambut coklatnya frustasi.

-

-

TBC.

(Penggantian Nama Pemeran)


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C2
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk