"Mael dan Gowther, ya?"
Flora mengamati langit, dimana kedua orang yang baru saja disebutkan sedang melesat ke arah ini. Kemudian dia menggeser pandangannya ke arah Hawk Mama, di mana dia juga merasakan suatu kehadiran lain di sana. "Manusia abadi yang pernah disebutkan oleh Merlin, kalau tidak salah namanya ... Ban?"
...
"Otokotokotok!" Hawk berlari dengan penuh semangat ke arah Elizabeth yang sedang istirahat dengan bersandar di bebatuan.
"Hawk-chan." Elizabeth yang memperhatikannya lalu tersenyum.
"Dengar, Elizabeth-chan! Aku mempunyai kabar baik!" Hawk segera berseru setelah dia mendekat ke Elizabeth. "Ban telah kembali!"
"Ban-sama?" Elizabeth tertegun, sebelum merasa senang di hatinya.
"Ya, dia benar-benar kembali dengan selamat!" Hawk menangis saat memberitahu hal itu.
"Lalu, dimana Ban-sama saat ini?" Elizabeth menengok sekeliling, tapi tidak menemukannya di manapun.
"Dia berada di pub bersama Elaine-chan!" Hawk memberitahu.
"Pasti Ban-sama sangat ingin menemuinya, ya."
Elizabeth sangat ingin menemui Ban untuk mengonfirmasi keadaan jiwa Meliodas yang berada di Purgatory, tapi bahkan dengan semua kecemasan yang dia rasakan, dia tidak sanggup untuk mengganggu momen romantisme mereka berdua.
...
"«Hijack»!"
Sebuah peluru merah muda menembak ke arah Original Demon, membuat pergerakannya berhenti.
"Gowther!" King berseru setelah melihatnya kembali, sebelum menyadari jika Gowther datang bersama orang lain. "Siapa yang datang bersamamu?"
"Dia adalah Mael, salah satu dari Empat Malaikat Agung."
King dan Diane yang sudah tahu jika Estarossa sebenarnya adalah Mael, lalu melihat ke arahnya.
Mael sedang mendekati Escanor, dan sepertinya mencoba berbicara dengannya. Tidak jauh di sana adalah Flora yang tongkatnya terus bersinar.
Flora saat ini sedang membantu Escanor menangani tekanan akibat kekuatan «Sunshine» yang bersemayan di tubuhnya. Yang mana kekuatan itu seharusnya milik Mael.
Tapi tidak lama, Original Demon tiba-tiba menyerang lagi, mengerahkan «Hellblaze» dalam skala yang lebih besar.
"Kekuatan hidupnya sudah sangat tipis dengan kematiannya. Apakah hanya butuh sebuah tekad agar bisa mempertahankan keadaannya saat ini?" Flora mengamati dengan tenang.
Tapi tiba-tiba...
Crack!
Terjadi sebuah robekan di atsmosfer, membuat Flora menoleh ke arah itu.
"Kepompongnya kempes...?"
Dia membelakakan matanya, memperingatkan semua orang tentang situasi yang lebih genting.
"Apa yang terjadi pada Danchou?" Diane panik.
"Aku tidak tahu, tapi apakah Merlin gagal?" tanya King.
"Waktu yang dibutuhkan untuk mantra «Chrono Coffin» bekerja adalah 12 menit. Sedangkan proses metamorfosis menjadi Raja Iblis hanya butuh 5 menit. Dengan perbedaan waktu yang sangat besar, menurut kalian itu akan sukses?" Flora menjelaskan.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal?" King menyentak.
"Merlin sudah berusaha, setidaknya begitu, kan?" Flora menampilkan senyumannya sekali lagi.
Meski yang lain tidak tahu kenapa Flora masih terus tersenyum terlepas dari situasinya saat ini, mereka mencoba untuk terbiasa. Flora sejak awal dengan murah hati terus menunjukkan senyumannya, jadi mereka hanya menganggap itu sudah sifat bawaannya.
...
"Hahaha, untuk menyaksikan kelahiran Raja Iblis. Memang sebuah berkah sebelum keberadaan kami musnah!" Original Demon tertawa lepas seolah merasa semua bebannya telah menghilang. "Dengan ini, aku bisa tenang!"
Segera setelah mengatakan itu, api kehidupan Original Demon mulai memudar.
"Sayang sekali aku tidak bisa menghabisi salah satu dari kalian...."
Gedebuk!
Seperti telah kehilangan nyawanya, tubuh Original Demon ambruk ke tanah tak bertenaga.
"Sudah mati?" King bertanya dengan hati-hati.
"Hm, aku tak merasakan energi kehidupan darinya." Gowther mengonfirmasi.
Saat perhatian mereka teralihkan oleh Original Demon yang tumbang, Flora diam-diam mendekati Ludociel.
Ludociel masih terharu setelah melihat Mael, dan dia sepertinya senang berbicara dengannya setelah sekian lama. Flora merasa sedikit aneh untuk mengganggu reuni saudara itu, tapi mau bagaimana lagi, dia tetap harus melakukannya.
"«Purge»."
Poof!
Tubuh spiritual Ludociel tiba-tiba keluar dari tubuh Margarett, membuat yang pertama mengerutkan kening meskipun sudah terlambat untuk menghentikannya. Tubuh Margarett sudah ditangkap oleh Flora sebelum bisa jatuh ke tanah.
"Apa yang kau lakukan?!" teriak Ludociel yang sudah kembali ke bentuk awalnya.
"Waktumu untuk menggunakan gadis ini sebagai wadah sudah habis, bukan begitu?" Flora tersenyum, tapi nadanya mengandung ketidakpedulian yang jelas.
Tapi Ludociel menganggapnya sebagai ancaman.
"Maaf, siapa kamu?" Mael mendekatinya dan bertanya.
"Nama wanita ini adalah Flora." Tersenyum anggun memperkenalkan diri, kemudian dia menunjuk ke orang yang sedang menahan Zeldris sendirian. "Dia adalah adikku, Zora."
"Dia sepertinya sedang bermain-main dengan Zeldris." Mael mengangkat alisnya.
"Sungguh mengejutkan melihat Zeldris begitu kesusahan saat menghadapinya." Ludociel berkata dengan nada anehnya yang biasa.
Flora tidak mendengarnya saat dia memeriksa keadaan tubuh Margarett.
"Sebagai orang yang meminjam, kau tidak bisa menjaga tubuh wanita ini dengan benar, ya?" Flora menatap mati pada Ludociel.
"Salahkan Putri Belialuin yang tidak mau membantuku." Ludociel mendengus.
"Aku tebak kau terlalu sombong untuk meminta bantuannya secara langsung." Flora berkata dengan tenang.
Tapi kata-katanya itu sangat memukul Ludociel.
"Lupakan, aku akan memulihkan tubuh spiritualmu." Flora menawarkan.
Ludociel terdiam saat dia menatapnya dengan waspada, dan tidak lama dia membuka mulutnya: "Apa yang kau inginkan?"
Dia tidak berpikir Flora akan membantunya secara sukarela.
"Jangan mengatakannya seolah-olah aku akan memerasmu. Lagipula, permintaanku untuk kebaikan kita semua."
"Apa itu?" tanya Ludociel sambil mengerutkan kening.
"Kemungkinan, beberapa hari lagi, akan ada serbuan monster yang akan menyerang Britannia. Seharusnya kau sudah tahu, kan?" Flora menyipitkan matanya saat mulutnya masih terus tersenyum, hingga tampak menakutkan.
"!!!" Ludociel dan Mael terkejut.
"Apa kau bilang?!" Ludociel langsung bertanya dengan nada keras.
"Itu adalah apa yang kalian sebut Outsider."
...
"Cih, dasar wanita merepotkan. Apa kau sengaja meremehkanku?!" Zeldris mendecakkan lidah saat dia menatap Zora dengan tatapan intens.
Dari yang dia tahu, Zora selalu menahan diri saat dia hanya memblokir semua serangannya dan masih tidak berniat untuk menyerangnya.
Zeldris adalah pengganti untuk Meliodas jika terjadi apa-apa. Itulah yang dikatakan Merlin, jadi Zora hanya bisa menahannya sebanyak mungkin.
"Sepertinya telah selesai..." Zora menengok ke arah kepompong berada, sebelum menoleh lagi ke Zeldris. "Bagaimana jika kita gencatan senjata. Sepertinya Raja Iblis telah bangkit."
"Ha, mana mungkin aku menyianyiakan kesempatan untuk menghabisimu!" Zeldris jelas menolak dari perkataannya.
"Sudah tidak ada untungnya lagi terus melawanku, kan? Lagipula, bukankah yang kau inginkan hanyalah wanita vampir itu?" Zora mengeluarkan senyum meremehkan saat mengatakannya.
"B-Bagaimana kau tahu...?!"
"Kami Celestial mengawasi Britannia selama ini. Selama bukan konflik antar manusia, tentu saja kami akan menyelidiki semuanya. Kebangkitan kalian, Sepuluh Perintah Tugan sudah dalam prediksi kami."
Zeldris mengerutkan kening ketika mendengarnya. Dia tidak suka dengan perlakuan Zora yang seolah-olah mengetahui semua tentangnya.
"Untuk seorang Dewi palsu sepertimu, kau cukup sombong, ya?"
"Aku tidak akan pernah menganggap rasku sebagai Dewi, meski aku masih keturunannya, sih. Yah, walaupun Klan Dewi seperti membuang kami, tapi aku berterima kasih karena tetap membiarkan kami hidup dan menyerahkan takdir Celestial pada tangan kami sendiri."
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan," kata Zeldris muram.
"Kalau begitu, anggap saja perkataanku barusan sebagai angin yang melewati telingamu." Zora terkekeh, sebelum mengingatkan lagi: "Bagaimana dengan tawaranku sebelumnya?"
"Jangan mengatakan sesuatu yang sudah pasti tidak akan kulakukan!" Zeldris bersikeras.
"Kamu cukup lucu, bukankah kamu ingin mengetahui kebenaran tentang wanita vampir itu dari Raja Iblis?" Zora bertanya lagi, yang kali ini sangat mengguncang Zeldris. Sebelum yang terakhir mampu menanyakan hal lain, Zora sudah memotongnya: "Itulah kenapa aku memberimu belas kasih. Jika aku mau, kau sudah kubuat babak belur."
"Kau...!"
Zeldris akan mengumpat dengan marah, tapi terhenti karena merasakan kehadiran yang familiar didekatnya.
Dk! Dk! Dk!
"Yah, yah. Kemunculanku sepertinya tidak terlalu epik. Dengan wanita sepertimu muncul di dunia ini, benar-benar tidak terduga!"