Unduh Aplikasi
1.26% Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 4: Di Mana Kekasih Reina

Bab 4: Di Mana Kekasih Reina

Yose langsung menuju kamarnya setelah dia sudah sampai di rumah.

Ia mencari Reina yang ada di dalam kamar mandi dan masih terduduk di sana.

"Cepatlah!" teriak Reina, dan Yose langsung menghampiri wanita itu.

Yose sama sekali tidak mengeluh jika setiap hari Reina memarahinya atau membentaknya. Itu semua bukan karena Yose lemah, bukan.

Itu lantaran Yose sadar jika dirinya di rumah itu hanyalah sebagai seseorang yang dipekerjakan oleh Reina. Bukan suami.

Jadi selama satu bulan ini, dia hanya mengangap Reina sebagai majikan bukan istri. Namun hanya saja Yose terkadang tanpa sengaja memberikan perhatian pada Reina ketika wanita itu melakukan hal yang membahayakan dirinya.

"Kenapa lama?" tanya Reina.

Ia mengalungkan tangannya di leher Yose, kemudian menatap wajah kecil Yose itu dari samping.

Wajahnya memang kecil, tapi Yose memiliki rahang yang tegas. Matanya sangat cantik karena memiliki warna cokelat tidak seperti yang dimiliki orang lain kebanyakan.

Dan wangi mind yang ada di tubuhnya masuk ke dalam hidung Reina dan membuat wanita itu melemah untuk sesaat.

"Aku harus menunggu bus untuk sampai di sini," jawab Yose. Kemudian dia menurunkan tubuh Reina hati-hati.

"Bus? Kenapa tidak naik taksi?!"

"Aku harus berhemat."

"Tck." Reina berdecap, kalau sampai orang lain tahu jika suami bayarannya itu naik bus pasti dia akan dihina oleh teman-temannya.

"Sepertinya kita harus ke rumah sakit," ucap Yose setelah melihat Reina diam saja.

"Tidak perlu, aku harus ke restoranku sekarang."

"Tapi—"

Dan alhasil Reina mengaduh kesakitan ketika dia hendak memindahkan kedua kakinya.

"Sudah kubilang, kita pergi ke rumah sakit sekarang," ucap Yose.

"Oke, tapi aku tidak mau naik bus. Kita naik mobilku."

"Mobilmu?" tanya Yose.

"Iya memangnya kenapa?"

"Mobilmu dibawa oleh temanmu. Apa kamu tidak ingat?"

Reina terbengong untuk sesaat kemudian dia mencoba untuk mengingat kejadian tadi pagi ketika dia sampai di rumah.

Ah benar! Dia pulang diantar oleh temannya, Vira. Dan mobil tersebut dibawa olehnya.

"Pantas saja aku tidak melihat mobilku," gumam Reina.

"Aku akan memesan taksi. Kamu tidak mungkin naik bus dengan keadaan seperti itu." Yose berdiri menjauh, kemudian memesan sebuah taksi dengan aplikasi yang ada di ponselnya.

Tak lama setelah berkutat dengan ponselnya. Ia kembali pada Reina dan duduk di samping kasur.

"Kandunganmu—tidak apa-apa kan?"

Seharusnya Yose tak perlu terlalu peduli, karena itu hanya akan membuat Reina salah paham.

"Tentu saja, kamu tidak perlu khawatir dengan kandunganku. Anak ini kan—anak di luar nikah, jadi tak mungkin mudah—"

"Jangan bicara begitu," gumam Yose pelan.

Reina melihat ekspresi wajah Yose yang mendadak berubah. Sepertinya dia tak suka ketika Reina mengatakan hal itu barusan.

Reina tidak tahu kalau Yose dulunya juga anak di luar nikah. Dan mengatakan hal seperti barusan tentu saja membuatnya sedikit tersinggung.

"Kamu kenapa?" tanya Reina penasaran.

"Tidak apa-apa. Mobil sebentar lagi akan sampai, apa kamu mau mengganti bajumu? Jika iya aku akan keluar sebentar."

"Tak usah."

Yose kemudian membopong tubuh Reina lagi meski wanita itu sempat mencicit kesakitan. Namun hanya beberapa detik saja. Karena dia sempat terpesona dengan leher Yose yang tampak sangat menggoda.

Leher putih yang jenjang dan menampakkan sedikit urat di sana. Lalu wangi mind itu membuat Reina terdiam karena wanginya sangat khas sekali dengan Yose.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Yose ketika dia mendapati Reina diam saja sejak diangkat oleh Yose.

"Iya aku baik-baik saja," jawabnya dengan wajah yang memerah hanya karena wangi dan leher Yose tadi.

Mobil pun akhirnya meluncur menuju rumah sakit. Yose diam dan mengamati jalanan yang ada di sampingnya.

Dia padahal belum ada satu hari di sekolah tapi sudah pulang cepat seperti ini, membuatnya merasa tak enak pada kepala sekolah.

Pikirannya kemudian melayang lagi pada sosok Lara seorang wanita yang sangat menyenangkan baginya.

Kalau saja dia sedikit lebih cepat bertemu dengan Lara. Mungkin Yose tidak duduk di dalam mobil seperti ini.

"Bawa mobilku ke rumah sakit Keluarga, aku akan di sana." Reina tampak sedang menghubungi temannya yang tadi sempat membawa mobilnya.

Yose sempat menoleh ke arah Reina tapi langsung mengalihkan pandangannya lagi.

"Iya, aku terjatuh gara-gara mencaei kunci sialan itu. Dan hari ini aku ada inspeksi di restoran," keluhnya dengan frustrasi.

Yose hanya bisa mendengarkan apa yang sedang dikatakan oleh istri kontraknya itu.

Lalu setelah beberapa puluh menit berlalu akhirnya mereka berdua sampai di sebuah rumah sakit.

Yose mengambil kursi roda dari dalam rumah sakit untuk membawa Reina. Wanita itu diam saja ketika Yose mengangkat tubuhnya lagi.

"Apa kamu bisa mengendarai mobil?" tanya Reina tiba-tiba.

"Bisa, kenapa?"

"Temanku akan ke sini, dan dia akan mengantarkan mobilnya padaku."

"Kamu menyuruhku untuk menyetir?"

"Iya, kenapa? Apa kamu ada acara lain?"

"Tidak."

"Bagus, kalau begitu aku minta kamu untuk antarkan aku ke restoran setelah ini."

Yose hanya mengiyakan. Tak ada gunanya juga dia menolak permintaan Reina.

**

Dua jam berlalu kemudian Yose kini sudah berada di mobil bersama dengan Reina.

Lelaki itu menyetir sangat berhati-hati karena tak ingin mobil Reina tergores atau bahkan rusak karenanya.

"Kamu bisa mempercepat jalannya, kalau seperti ini aku bisa terlambat."

"Baiklah."

Reina menghela napasnya kemudian menatap kosong yang ada di depannya. Sesekali dia mengusap perutnya yang belum terlihat menyembul tersebut.

"Kira-kira kapan aku bisa mengatakan pada ibuku bahwa aku hamil?" tanya Reina tiba-tiba.

Ia membuka suara setelah hening beberapa saat.

"Terserah padamu, jika terlalu lama mungkin orang tuamu akan curiga."

Reina mengangguk mengerti.

"Baiklah kalau begitu aku akan mengatakan akhir bulan ini, dan bilang pada orang tuaku kalau aku hamil dua minggu."

Yose diam.

Reina menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Apa kamu ingin bertanya sesuatu padaku?"

"Hmm—iya," jawabnya ragu.

"Apa?"

"Itu—siapa ayah dari anak itu. Tapi jika kamu tak ingin membicarakannya kupikir kamu bisa untuk tidak menjawabnya."

Reina tersenyum samar kemudian menatap perutnya lagi.

"Kekasihku, memangnya siapa lagi aku bisa hamil kalau bukan dengan pacarku?"

Yose terkejut. Karena jika Reina hamil dengan kekasihnya, maka mengapa ia menikah dengannya? Bukan dengan kekasihnya?

"Aku tahu ini tidak masuk akal. Seharusnya aku menikah dengan pacarku, pasti kamu berpikir seperti itu bukan?"

"Hmm—iya."

"Dia masuk penjara," jawab Reina pelan. "Dan aku tak bisa menggugurkan kandungan ini, karena ini buah cintaku dengannya."

Yose masih diam. Ingin bertanya mengapa kekasihnya dipenjara tapi takut jika dia dibilang kurang ajar.

"Dia membunuh orang—makanya dia masuk penjara."

Membunuh orang? Yose sama sekali tidak menduga jika jawaban ini yang akan dia dapat.

Padahal Yose pikir mungkin kekasih Reina adalah lelaki yang sudah beristri atau mungkin tidak mau bertanggung jawab. Namun ini—sepertinya lebih parah dari dugaannya.

"Makanya aku minta padamu waktu lima tahun, karena setelah itu. Dia sudah keluar dari penjara."

"Dan selama itu pula, kamu jangan bersikap mencurigakan. Atau membuat orang tuaku murka dan mengambil semua yang sudah aku dapatkan."

"Iya," jawab Yose pelan.

Mobil sudah tiba di sebuah restoran milik Reina. Yose memandang takjub restoran yang memiliki lima lantai tersebut.

"Aku akan menunggu di sini," ucap Yose.

"Oke, aku akan segera kembali."


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C4
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk