Lin melenggang masuk begitu saja. tetapi yang terjadi adalah dimana ia melihat dua orang sedang bercumbu mesra di balik sofa.
"Sial!" maki Lin.
ia buru-buru keluar dari sana.
"Wanita apa yang mama jodohkan dengan ku?" tanya Lin pada dirinya sendiri.
Lin berjalan kearah kamar mandi. masuk ke dalam. lalu menaruh tangannya di bawah keran. air membasahi tangan Lin otomatis. pria itu membasuh wajahnya. mengingat hal tadi membuat Lin sedikit jijik.
beranjak dari sana Lin mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya. membuang ke tong sampah lalu keluar dari toilet.
mengambil ponsel yang berada di salah satu saku celananya, Lin menghubungi ibunya.
"Iya Lin..." jawab perempuan paruh baya di Seberang sana.
"Apa mama tidak salah mau menjodohkan aku dengan wanita seperti itu?" tanya Lin.
"Kenapa Lin. apa kamu suka sama apa yang telah mama siapkan?" kekehan wanita itu terdengar di seberang sana.
"Cantik kan dia?" tanya sang mama lagi.
"Apanya yang cantik ma? wanita yang mama suruh buat ketemu sama aku wanita yang gak benar!" nada suara Lin sedikit naik. nafasnya juga memburu saat mengatakan itu pada ibunya. sungguh Lin sangat jijik kalau ingat kejadian yang di lihatnya tadi.
"Gak mungkin lah Lin dia kayak gitu. orang dia sama mamanya ke sana."
kening Lin berkerut manandakan ia sedang berpikir. bersama orang tua? ah, tapi ya sudah lah Lin mana mau pusing lebih baik dia pulang. moodnya sudah hancur karena melihat kejadian tadi.
***
Lin dan Awan bercerita tentang kencan yang mereka lakukan. Lin mengatakan pada Awan kalau ia salah tempat. terus kesal dan memilih untuk pulang ke rumah. sementara Awan menceritakan bagaimana ia telah menunggu pria yang akan di jodohkan dengan nya dua jam tapi batal begitu saja. Awan tentu saja kesal dan akan menonjok pria yang telah membuat mamanya dan dirinya menunggu selama itu, janji awan dalam hati.
keduanya terkekeh. kisah cinta rumit yang keduanya alami memang tak seindah yang di pikirkan. tak pula yang semulus orang lain miliki. Awan tentu saja masih mengingat ketika dua bulan lalu dia dikhianati. tentu saja ada trauma yang mendalam di hati Awan. saat sang mama mengatakan akan mengenalkan pada pria yang menjadi teman dari mamanya itu Awan coba berdamai. tapi malah berakhir gagal karena pria itu tidak datang. Awan sangat kesal.
"Kenapa gak kamu hubungi?" tanya Lin.
"Aku gak punya nomor nya. mama juga, yang ada mama hanya megang nomor orang tuanya." kesal Lin mengatakan itu.
"Ko bisa sama ya sama aku..." tutur Lin. "tadi malam mama lupa kasih nomor telepon calon yang mau di kenalkan sama aku. jadi pas mama bilang aku salah ruangan, aku tidak bisa hubungi deh..."
keduanya sama-sama terkekeh. semuanya rumit. baik Lin maupun Awan. mereka bahkan tidak mengerti sampai di mana semesta akan mempertemukan mereka dengan jodoh mereka masing-masing.
keduanya pun sampai di kantor Awan. pamit, Awan segara turun dan menutup pintu mobil. Awan mengintari mobil berdiri di sebelah Lin yang menyetir.
"Semoga setelah ini tidak ada perjodohan lagi ya Lin. aku malas kalau harus ketemu cowok yang gak jelas..." tutur Awan
"Sama." jawab Lin. "semoga saja ibu udah nyerah ya..." lalu keduanya tertawa bersama.
"Ya, udah. kalau begitu aku masuk ya Lin. kamu hati-hati di jalan."
"Hm..." Lin mengangguk. "happy nice day Wan, kalau galau ingat aku aja yah.." goda Lin.
"Ogah, ah, yang ada nanti aku gak mood kerjanya." awan menjulurkan lidahnya. sambil terkekeh Awan masuk ke dalam kantornya.
Lin tertawa atas tingkah Awan. karena gadis itu telah masuk ke dalam kantornya tidak ada lagi artinya Lin di sana maka ia putuskan untuk ke kantornya yang tidak jauh dari lokasi kantor Awan.
*
di kantor.
Lin benar-benar sibuk pagi ini. sesudah rapat maka ada rapat lagi ke client. hari ini ada tiga rapat yang harus Lin hadapi bahkan dia harus mempersiapkan semuanya dengan matang karena ini client penting.
"Sibuk amat Lo?" ujar Amel yang kebetulan lewat dari depan kubikelnya. menatap pria yang sedari tadi tidak berhenti melihat tulisan di atas kertas.
"Heum... project gue bulan ini harus kela Mel. kalau gak penilaian kinerja gue entar menurun!" jawab Lin.
"Ya, elah, Lin baru juga nurun sekali. Lo kan tiap tahun dapat penghargaan karyawan terbaik. gak mungkin lah karena satu ini Lo jadi gak dapat lagi!" kata kawan Lin.
"gue hanya mau mempertahankan apa yang udah gue punya itu aja!"
**
"Wan, pak Galaksi manggil Lo tuh." kata Lilis, sekertaris nya Galaksi. kepala cabang di bank Awan bekerja.
"Emang ada apaan Lis? ko gue di panggil sama bapak?"
"Gue juga gak tau. di suruh manggil ya gue panggil. kayaknya sih penting." jawab Lilis.
"Oh, ya udah Lis, gue kesana bentar lagi."
"Segara ya Wan, malas gue kalau di suruh manggil Lo lagi ke sini. apalagi ruang gue sama bapak itu di lantai empat. kaki gue pegal." keadaan Lilis memang sedang hamil besar. jadi wajar kalau mudah capek.
"Ya kan bisa sih di telpon Lis. gak harus datang kemari." Awan Merapikan mejanya, "Ya udah deh ayo sama gue keatas."
mereka tiba di ruangan bos Awan. perempuan dengan blazer biru muda itu masuk ke dalam. setelah mengetuk pintu tiga kali. atasan Awan telah menunggu dengan berkas di tangan
"pagi pak, ada apa memanggil saya?" tanya Awan sopan.
"Kamu hari ini ada kunjungan dengan bapak Rizki kan Wan? bapak ikut ya?" ujarnya.
Awan tidak langsung menjawab. diam lebih dahulu memikirkan kenapa bosnya harus ikut. sebenarnya hal itu biasa saja. tetapi Awan yang biasa menghandle sendiri nasabah nya merasa sedikit cukup heran. tetapi pada akhirnya Awan tetap mengangguk, mengiyakan ajakan bosnya itu.
usai keluar dari ruangan atasan. Awan kembali ke mejanya. mempersiapkan berkas-berkas penting yang akan Awan persentasekan. berharap kali ini nasabah nya yang bernama Rizky itu setuju dan mau menanamkan dananya di sana.
mempersiapkan segalanya dengan sempurna, kini Awan dan bosnya berangkat menuju lokasi. bertemu dengan pak Rizky dan mulai berbincang sebentar.
kesibukan pak Rizky membuat Awan segara menjelaskan produk mereka. Awan berhasil. pak Rizky mau bergabung dan menanamkan modalnya di sana dengan tidak sedikit.
Awan sangat semangat. tersenyum bahagia. bosnya memberikan pujian padanya. sehingga Awan semakin semangat untuk bekerja. mereka pulang ke kantor, karena keberhasilan Awan bos mentraktir bawahnya, memesan pizza lalu membagikan. bahkan security yang berjaga di depan dapat juga.
senyum Awan semakin mengembang. ternyata dampak dari kinerja nya yang baik sangat membuahkan kebahagiaan bagi sekitar nya