Permen susu satu bungkus tadi, seperempatnya sudah habis dimakan oleh Hamzah. Ternyata dia sangat menyukai permen ini bahkan kemudian dia memintaku untuk menyetok banyak permennya di rumah.
Baiklah. Nanti besok aku akan memesannya lagi.
"Eh, luka di perutmu itu bagaimana? Apa sudah membaik?" tanyaku.
"Alhamdulillah. Jahitannya sudah mengering. Mungkin nanti kita kontrol lagi besok."
"Alhamdulillah kalau seperti itu. Aku ikut senang."
"Rein?" tiba-tiba kami dikejutkan karena Ayssa menggedor pintu kamar.
"Sebentar. Biar aku yang bukakan." Ujarku kepada Hamzah yang kemudian dibalas anggukan.
Saat aku membuka pintu dan tak tahu ada angin dari mana, kudapati mata Ayssa sembab dan seperti ingin menangis kepadaku.
"Ya Allah. Ada apa, ay?"
"Sekarang ikut aku ke bawah." pintanya. "Apa kamu sedang sibuk?"
"Tidak juga. Tapi kita mau ke mana?"
"Ikut a-"
"Katakan saja di sini, Ayssa." timpal Hamzah. "Kakak pun ingin mendengar masalahmu."
Terima kasih atas cinta dan kesetiaan yang telah teman-teman beri untuk ikut menjalani romansa kehidupan Alif, Reine dan Hamzah ini. Terima kasih pula bagi teman yang telah memberi penghargaan lebih kepada saya melalui cerita ini. Semoga teman-teman semua selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.