Arkan tanpa sengaja melihat Aisyah tengah memilih pakaian untuk calon bayinya di sebuah pusat perbelanjaan. Buru-buru laki-laki itu mendekatinya dengan wajah penuh harap.
"Aisyah!" seru Arkan dengan nada gembira.
Aisyah kaget dan langsung menoleh ke belakang. Seorang pria tengah menatap lembut wajahnya.
Aisyah hanya tersenyum tipis kemudian berjalan menjauh. Arkan segera menggenggam tangannya erat.
"Arkan! lepaskan tanganku! " Kata Aisyah kesal. Hatinya terasa perih. Bayangan tentang hari itu kembali hadir dimemorinya.
"Bisakah kita kembali? demi anak kita! " Kata Arkan lirih sambil berusaha membelai perut Aisyah yang sudah membesar. Usia kandungannya sudah memasuki 7 bulan. Aisyah langsung menghindar agar Arkan tak sempat menyentuhnya. Melihat hal itu Arkan sedikit kecewa.
"Kita tak akan pernah bisa kembali! " jawab Aisyah.
"Aku benar-benar minta maaf. Aku akan berubah. Aku akan mengerti semua tentangmu. Aku tak akan egois lagi. Aku tak akan melirik wanita lain lagi. Aku janji! " Katanya dengan nada memohon.
"Terlambat!" jawab Aisyah sambil menggelengkan kepalanya.
"Terlambat? kita bisa rujuk seperti kemarin bukan? Aku akan menikahimu lagi," tanya Arkan heran.
Sepertinya pria ini tak mengetahui konsekuensi dari talak tiga yang di ucapkannya. Aisyah hanya tersenyum kecut mendengar perkataan mantan suaminya itu.
"Begini. Ceritakan semuanya pada orang tuamu. Apa kata mereka. Jika mereka mengizinkan kita rujuk, Aku akan kembali padamu. Jika tidak ... aku tak akan kembali.!"
Mendengar itu, Arkan tersenyum bahagia. Orang tuanya pasti akan mendukungnya untuk kembali bersama. Meskipun mereka tak mengetahui kalau Arkan dan Aisyah telah resmi bercerai.
Aku yakin ... mereka akan mendukung keputusanku," jawab Arkan percaya diri. Sementara Aisyah hanya tersenyum getir.
"Kamu ingin membeli perlengkapan bayi kita?" tanya Arkan antusias. Aisyah hanya mengangguk.
"Aku temani!" kata Arkan tersenyum bahagia.
"Bagai mana dengan kekasihmu? Apa kalian sudah menikah? Aku sudah mengurus perceraian kita agar kalian bisa menikah secepatnya.!" kata Aisyah ketus.
Arkan terdiam. Dia menatap Aisyah dengan tatapan sendu.
"Maafkan aku! " katanya lirih.
"Aku harus pergi. Aku ada urusan penting! " kata Aisyah sambil berlalu.
Arkan segera memeluknya, sehingga Aisyah menjadi kaget dan langsung melepaskan pelukan laki-laki itu.
"Jaga batasanmu! Aku tak lagi halal bagimu. Aku bukan istrimu lagi !" katanya penuh emosi. Namun dia berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu keras.
"Aku tak ingin kehilanganmu. Maafkan aku.!" kata Arkan panik.
Aisyah menggeleng sambil tersenyum kesal. Dia menarik nafas lelah dan berkata. "Semua sudah berakhir! Kesalahanmu terlalu fatal," kata Aisyah kesal.
"Aku akan memperbaiki semuanya. Aku janji!" kata Arkan bersungguh-sungguh.
"Temui orang tuamu dan ceritakan semuanya!" kata Aisyah tegas.
Perempuan itu meninggalkan Arkan yang masih diam membisu.
Setelah Aisyah hilang dari pandangannya, Arkan meninggalkan tempat itu. Tujuan utamanya adalah rumah ibunya dan menceritakan semuanya, seperti keinginan Aisyah.
Dilain tempat
Seperti biasa, Aisyah datang ke taman itu untuk menghilangkan kegelisahan hatinya.
Julian yang telah mengetahui kebiasaan sahabatnya ini, telah menunggu Aisyah di sini. Entah kenapa, hatinya terasa tenang saat bersama bumil yang satu ini.
Begitu melihat Aisyah, senyuman Julian mengembang dan segera mendekatinya.
"Cemberut? " tanya Julian saat melihat wajah Aisyah.
Aisyah tak menjawab, dan Julian sudah paham hal itu. Aisyah pasti habis bertemu dengan mantan suaminya.
"Ikut aku ke mobilku sebentar!" Ajak Julian.
"Buat apa?" tanya Aisyah penasaran.
"Ada sedikit oleh-oleh untukmu,aku meletakkan di mobilku. Beberapa hari yang lalu aku ke London.
Sebenarnya aku ingin mengantarkannya ke rumahmu, tapi kau tak mau memberikan alamatmu padaku." Julian menatap Aisyah dengan tatapan sedih sehingga membuat Aisyah tertawa.
"Lain kali sajalah kau tahu rumahku! " jawab Aisyah tersenyum usil. Sebenarnya Aisyah tak ingin Julian tahu apa profesinya. Jika. Julian tahu rumah Aisyah, maka pria itu akan tau apa profesi nya. Aisyah membuka klinik di rumah nya.
Julian mengeluarkan beberapa paper bag dari dalam bagasi mobilnya, juga ada beberapa perlengkapan bayi.
"Apa ini juga d beli d London?" Tanya Aisyah sambil menunjuk perlengkapan bayi itu.
"Enggak, ini beli di sini. Kamu udah 7 bulan kan? udah saatnya mempersiapkan ini." kata Julian sambil mengangkat perlengkapan bayi itu.
"Sini, ku antar ke mobilmu.!" kata Julian sambil menutup bagasi mobilnya.
Aisyah mengikuti Julian yang berjalan ke arah mobil nya yang terparkir tak Jauh dri mobil Julian.
"Terima kasih!" kata Aisyah sambil tersenyum saat Julian memasukkan barang-barang itu ke bagasi mobilnya.
"Ada acara apa kamu ke London? " tanya Aisyah penasaran.
"Mantan istriku menikah." Julian tampak sedih mengatakan hal itu.
"Semoga kamu tabah," Ucap Aisyah dengan nada prihatin.
"Ya udah, ga papa. Yuk, kita ke sana!" ajak Julian. Aisyah pun menerima ajakan sahabatnya ini.
........
Arkan memacu mobilnya ke rumah orang tuanya.
Sesampai di rumah, Arkan bergegas menemui ibunya dan menceritakan semuanya.
Tapu reaksi sang Ibu adalah.
"APA? KAU MENCERAIKAN DIA? " tanya Ibunya panik, ketika Arkan menceritakan semuanya.
"Kamu sudah kehilangan dia untuk selamanya!" jawab Sang Ibu menahan emosinya.
"Maksud Ibu? " tanya Arkan tak paham.
"Kalian tak bisa kembali lagi. Tak akan pernah. kecuali ...!"
"Kecuali apa Ibu? katakan!" tanya Arkan antusias. Dia merasa sedikit ada harapan.
"Aisyah menikah dengan pria lain, dan mereka bercerai. Baru kamu bisa kembali padanya. Itu pun kalau dia mau." jawab ibunya kesal.
Arkan langsung terduduk. Lalu dia tersenyum seolah mendapatkan ide. Dia akan membayar seseorang untuk menikahi Aisyah, lalu menyuruh orang itu menceraikan Aisyah.
"Pernikahan itu harus benar-benar pernikahan. Bukan pernikahan palsu. Mereka benar-benar menikah secara resmi. Dan tak main-main! " kata Ibunya ketus, karena tau apa yang dipikirkan anaknya itu.
"Jadi meksud ibu ... mereka juga akan berhubungan suami ... is ... tri?" tanya Arkan tak rela.
"Tak hanya itu. Mereka juga harus saling mencintai! " Sambung ibunya lagi.
"Kalau mereka harus saling mencintai, bagaimana mungkin mereka akan bercerai?" tanya Arkan bingung.
"Itulah sebabnya, Ibu mengatakan kau benar-benar telah kehilangan dia. Karena ibu yakin, suami Aisyah yang berikutnya bukan laki-laki bodoh seperti kamu yang mau melepas dia begitu saja. Ibu yakin bahkan suaminya nanti adalah pria yang sangat mencintainya dan akan mempertahankan dia dengan cara apapun. Ibu yakin. Karena ibu mengenal Aisyah dari kecil! " jawab Ibunya sambil pergi meninggalkan putranya itu.
"Ibu mau kemana? " tanya Arkan yang tiba-tiba .
"Ketempat Putri Ibu! " kata Ibunya menatap marah.
"Bukankah aku anak satu-satunya? " tanya Arkan bingung.
"Aisyah juga putriku. Semenjak kau menceraikannya, dia kembali menjadi putriku. Dan Ibu akan mencarikan jodoh yang baik untuknya nanti! " jawab ibu itu sambil berlalu.
Sepanjang perjalanan, Ibu Arkan hanya heran kenapa Aisyah tak pernah memberi taunya hal serumit ini. Padahal dua bulan yang lalu Aisyah pulang kerumah hanya karena ngidam masakannya. Berarti waktu itu mereka sudah bercerai. Tapi kenapa Aisyah seolah menutupi semua itu.
.......
Beberapa hari kemudian
Arkan tiba-tiba menghentikan mobilnya. Dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Ya Julian. Sahabatnya saat SMA. Kapan laki-laki itu kembali ke Indonesia? . Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu. Julian pasti akan mau membantunya menikahi mantan istrinya, dan menceraikannya lagi, meskipun mereka akan menghabiskan malam pengantin bersama sebelum bercerai. Tapi dia lebih rela, Sahabatnya ini yang menyentuh Aisyah, dari pada pria lain. Hal ini hanya agar Aisyah bisa kembali lagi bersamanya.
Arkan akan menjadikan Julian sebagai jodoh sementara istrinya itu.