Orion dan anak-anak lainnya sedang di kumpulkan di lapangan, mereka semua belum tahu untuk apa mereka disuruh berkumpul dengan semua orang yang melihat dari jauh.
2 tahun sudah berlalu sejak Orion sampai di dunia ini, dia tetap memilih untuk tidak melakukan peningkatan signifikan pada status system. Selain itu, dia juga sudah mulai berubah dalam beberapa hal.
Orion mendapatkan sedikit poin pengalaman dari hasil berburunya dalam membunuh binatang yang cukup buas, meski sangat amat sedikit. Selain itu, dia dan teman-temannya juga dilatih oleh Ray.
Ray adalah teman dari May, dia tinggal di kota. Namun beberapa bulan yang lalu, dia memutuskan untuk tinggal di desa Hillos. Karena dia memang berasal dari desa itu dan pergi ke kota hanya untuk hidup lebih baik.
Dia kembali sebagai pelatih bagi Orion dan anak-anak lainnya, dia melatih mereka dengan dasar-dasar pertahanan diri. Selain itu, dia juga melatih mereka dalam sedikit ilmu sihir.
Orion dan anak-anak lainnya menghadap ke sebuah meja yang panjang dan di tutupi oleh kain putih, disana May, Sol dan Ray berdiri di samping meja itu. Semua anak-anak bertanya-tanya tentang isi di balik kain itu.
"Baiklah, karena semua sudah disini. Maka aku akan langsung memberitahu kalian semua" Ray berkata, itu membuat perhatian semua orang tertuju kepadanya.
"Sudah beberapa bulan terakhir ini, kalian semua berlatih dalam menggunakan senjata kayu. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pertahanan diri dan kalian melewatinya dengan cukup baik. Dan kalian harus bangga akan itu..." Ray bertepuk tangan dan diikuti oleh semua orang.
"Aku dan kepala desa, Sol.." Ray melirik Sol.
"Setuju, untuk memberikan kalian tanggung jawab dalam memiliki senjata sungguhan sendiri" Ketika mendengar itu, anak-anak langsung bersorak gembira.
'Senjata sungguhan? Kepada anak usia 10, apa dunia ini memang begitu berbahaya? Sehingga anak-anak disuruh mengangkat senjata.....Tapi, jika di ingat kembali....'
'Aku juga sudah mengangkat senjata sejak usia 10, demi perlindungan diri. Mungkin wajar-wajar saja, ini seperti mengulang kembali' Orion melihat ke meja itu.
"Kami sudah berusaha untuk mengumpulkan berbagai jenis senjata yang bisa di temukan di kota terdekat, mungkin ada yang tidak bisa menemukan senjata sesuai ekspektasi. Tapi ku harap, kalian masih menerima yang lainnya" Ray dan Sol mengangkat kain yang menutupi meja itu.
Di atas meja tersebut ada macam-macam senjata, masing-masing senjata memiliki berbagai jenis. Mereka langsung mendekati meja itu dengan semangat, mereka mulai melihat-lihat. Apakah ada yang sesuai dengan mereka.
'Ini....Pistol?' Orion mengambil sebuah pistol dan melihatnya lebih dekat.
'Bukankah sudah jelas, jika ini adalah senjata terkuat. Menembakkan peluru dengan kecepatan yang lebih mengerikan dari panah, mungkin aku akan mengambil ini saja....' Dia melihat ke meja, terlihat mencari sesuatu.
"Ada apa, Orion? Apa yang kau cari?" Ray yang ada di seberang meja bertanya.
"Ah, paman Ray. Aku mencari peluru ini, dimana kau meletakkannya?" Orion menunjukkan pistol yang dipegangnya.
"Peluru? Sejak kapan pistol itu terpisah dari pelurunya?" Ray melihat ke Orion dengan bingung.
"Eh?" Orion dibuat bingung oleh pernyataan Ray.
"Orion, apa kau lupa soal pelajaran ku yang menjelaskan soal "Pistol"?" Ray menatap Orion.
"Kurasa aku tidak hadir ketika itu, mungkin itu ketika aku sakit"
"Lalu, dari mana kau tahu soal Pistol ini yang membutuhkan peluru?"
'Ah, dia menangkap ku...'
"Dari teman-teman yang lainnya, mereka memberitahu sedikit tentang apa yang mereka pelajari ketika menjenguk ku"
"Baiklah, kalau begitu bertanya kepada Kiana. Dia yang paling mengerti seputar pistol"
"Baik..." Orion mengangguk pelan dan pergi ke tempat Kiana.
"Kiana, bisa bicara sebentar?"
"Oh, Orion. Ada apa?"
"Begini, aku tidak memahami betul tentang "Pistol". Maukah kau memberikan penjelasan singkat tentang ini?" Orion memperlihatkan pistol yang dipegangnya.
"Tentu, tapi bagaimana jika aku memberitahu mu setelah kita selesai memilih senjata masing-masing? Apa Orion tidak keberatan?"
"Tentu tidak, kalau begitu nanti saja" Orion pun kembali ketempat sebelumnya.
'Baiklah, mungkin aku tidak akan menggunakan pistol di dunia ini. Saatnya memilih senjata yang baru...' Orion meletakkan kembali pistol itu.
'Hmm...Aku harus memilih senjata yang menguntungkan ku dalam tubuh ini, mungkin sesuatu yang ringan, memiliki jangkauan yang cukup luas dan memungkinkan ku untuk bergerak cepat serta lincah...'
TAP
Orion mengambil sebuah tombak, tombak itu memiliki tongkat kayu dengan ujungnya yang terbuat dari besi. Ada sebuah kain merah yang membalut ujung belakang tombak itu, Orion mengangkatnya.
'Ini cukup ringan, stabil, memiliki jangkauan serangan yang tentunya luas...Tapi, aku tidak bisa bergerak bebas dengan tombak yang ukurannya 2 kali tubuh ku' Orion kembali meletakkan tombak itu.
'Pilihannya cukup banyak, memangnya kami boleh mengambil berapa banyak?' Orion melihat ke Sol.
"Ayah, kami boleh mengambil berapa buah?"
"Maksimal 2 buah, lagipula. Jika kalian mengambil lebih dari 2, memangnya senjata itu akan di gunakan semua?"
"Benar juga, hehehe. Hanya orang aneh yang melakukan itu" Orion terkekeh.
"Orion, lihat aku" Zealot datang dari belakang.
"Ada apa, Ze-" Dia terdiam.
'Ini dia, orang aneh yang ku maksud' pikir Orion.
Zealot menggenggam sebuah katana di tangan kanannya, pedang di tangan kirinya, ada sebuah tombak pendek yang terikat di punggungnya dan ada 2 buah belati di pinggangnya.
"Bagaimana keren, kan" Zealot tersenyum membanggakan diri.
"Ya, kau terlihat bodoh dan konyol menggunakan itu" Orion menjawab.
"Apa!!" Zealot tampak kesal.
"Sebelum kau marah-marah, aku ingin bertanya. Untuk apa semua itu?"
"Tentu saja untuk menjamin keamanan ku, memangnya untuk apa lagi?"
"Oh, benarkah? Kalau begitu, mari kita uji jaminan keamanan mu itu"
"Maksud mu?"
"Aku akan menyerang mu dan kau harus melindungi diri dengan semua itu, aku tidak akan menggunakan senjata apapun"
"Kau bisa terluka loh"
"Itupun jika kau bisa" Orion tersenyum tipis, tanda mengejeknya.
"Ho...Akan ku buat kau menyesalinya" Zealot juga tersenyum, dia tampak kesal.
Mereka menjauh dari yang lainnya, sekarang orang-orang lainnya melihat kearah mereka. Orion menjauh dari Zealot, Mereka sekarang berjarak beberapa langkah. Zealot tampak bersiap, sementara Orion hanya berdiri dengan santai di sana.
"Kau sudah siap?" Orion menatap Zealot.
"Kapan pun kau siap"
"Baiklah...." Orion mengambil nafas panjang.
"Huh....." Kemudian mengembuskannya, dia menatap Zealot dengan tajam.
"Tu-tunggu dulu, kau sungguh-sungguh ingin menyerang ku?"
"Tentu saja, jika tidak. Maka kita tidak akan tahu seefektif apa perlengkapan mu itu"
"Kau tidak akan menyerang ku dengan buruk, kan?"
"Tergantung, jika kau bersungguh-sungguh menyerang ku dengan benda-benda itu. Maka aku harus menjawab tekad mu itu" Orion tersenyum tipis.
"....." Zealot tampak berpikir keras.
"Lagipula, aku hanya akan menjatuhkan mu. Tidak lebih"
"Baiklah, kemari lah"
"Memang itu yang akan ku lakukan"
Orion langsung melesat dengan cepat menuju Zealot, Zealot sudah tampak siap. Dia mulai memperkirakan kemana gerakan Orion selanjutnya, Orion semakin dekat dengan.
BUM
Zealot terjatuh dengan Orion yang berada di atasnya dan dadanya di tahan oleh tangan Orion, kepalan tangan Orion berada tepat di depan wajahnya.
"Lihat, kau jadi sangat mudah di jatuhkan" Orion menyingkir dari atas Zealot, dia menarik Zealot berdiri.
"Aku tidak menyangka kau akan menyerang langsung dari depan, mengingat aku memiliki banyak senjata di tangan ku"
"Ya, aku juga memang mengincar bagi depan. Kau mungkin punya 2 senjata di tangan mu, tapi mereka berdua tidak saling melengkapi. Bahkan seharusnya memang tidak bisa di gunakan bersama"
"Ya, aku sadar. Katana memang lebih baik digunakan menggunakan 2 tangan, begitu juga dengan pedang ini. Mereka cukup berat" Zealot meletakkan kedua senjata itu.
"Dan lagi, tombak di belakang itu membuat mu kesulitan bergerak ke samping kan?"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Lihatlah, ujungnya saja menyentuh tanah. Aku yakin sekali kalau itu mengganggu" Orion menunjuk ke ujung tombak yang menggesek tanah.
"Hah, aku tidak butuh semua ini" Zealot mulai melepaskan semua senjata yang melekat pada tubuhnya.
"Lebih baik kau menggunakan sesuatu yang kau pahami betul, daripada sesuatu baru yang mungkin menarik tapi tidak kau mengerti...." Orion mengambil katana itu dan menyerahkannya ke Zealot.
"Tapi bukan berarti kau tidak boleh mencoba hal baru, hanya saja dalam keadaan ini...."
"Kau yang terbaik menggunakan ini di antara kita semua" Orion berkata.
"Itu hanya model kayu, ini yang sungguhan. Pasti memiliki sensasi yang berbeda" Zealot mengambil katana itu.
"Maka dari itu, biasakan lah dirimu"
"Bagaimana dengan mu? Kau juga sama hebatnya dengan ku menggunakan katana, bahkan hampir semua jenis senjata bisa kau pakai"
"Kurasa aku menemukan jawabannya..." Orion mengambil sebuah belati dan pedang.
"Kau akan menggunakan mereka berdua? Apa tidak berat?"
"Tidak, tapi karena berat mereka berdua berbeda. Jadinya tidak begitu stabil, tapi aku hanya perlu membiasakan diri. Ini akan cepat" Orion menancapkan pedangnya ke tanah, tangannya mulai bermain-main dengan belati itu.
Zealot terdiam takjub melihat Orion yang dengan santai dan mudahnya memutar-mutar belati itu di sekitar tangannya, seolah-olah itu hanya batang ranting.
"Jika kau semudah itu bermain dengan belati, kenapa tidak menggunakan 2 belati itu saja? Pasti lebih efektif"
"Kau benar, tapi. Belati ini tidak cukup panjang untuk menyerang, maka dari itu aku menggunakan pedang untuk melengkapinya"
"Kalau begitu, kenapa tidak menggunakan tombak saja. Kau kan juga lihai menggunakan itu"
"Terlalu panjang, aku tidak bisa bergerak bebas jadinya..."
"Lagipula, aku mungkin menggunakan belati ini sebagai senjata ke 2. Jika terjadi sesuatu pada pedang ini"
"Oh, begitu"
"Zee, bagaimana jika kita pergi menjelajah hutan besok. Tapi tentu saja jauh lebih dalam lagi, bagaimana? Kau mau ikut?"
"Boleh juga ide mu, aku ikut. Tapi, apa hanya kita berdua?"
"Aku rencananya juga ingin mengajak Kiana dan Kiara"
"Apa kau sudah bertanya?"
"Belum, jika mereka tidak ikut. Aku akan tetap pergi"
"Aku akan tetap ikut juga"
Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya semua anak-anak itu memiliki senjata masing-masing. Ray dan Sol memberikan mereka nasehat tentang penggunaan senjata itu, agar mereka lebih bijak dan hati-hati menggunakan itu.
Setelah itu, mereka di bubarkan. Mereka mulai memamerkan senjata masing-masing sambil memperlihatkan kelihaian mereka menggunakannya, Orion sekarang sedang bersama Kiana. Mereka menjauh dari yang lainnya.
"Pistol ini adalah senjata yang berfungsi menyalurkan Mana dari penggunaan dan merubah Mana itu menjadi peluru atau proyektil...." Kiana menunjukkan pistolnya, dia sendiri memilih 2 pistol sebagai senjatanya. Karena dia memang ahli menggunakan itu.
"Namun, pistol juga bisa menggunakan elemen sihir sebagai pelurunya. Seperti contohnya saja aku, aku bisa menembakkan peluru berbahan api dan angin serta peluru sihir biasa"
"Apa jenis pistol itu, cuma ini saja?"
"Ya, ini adalah satu-satunya bentuk dari pistol. Orang-orang menyebutnya dengan "Handgun""
'Ya, semua orang di dunia ku juga memanggilnya begitu, lumrahnya' Pikir Orion.
"Jadi, bagaimana sebenarnya cara kerja dari Handgun ini?"
"Baiklah, akan ku tunjukkan..." Kiana berdiri.
"Begini, ketika aku menggenggam Handgun ini. Maka secara tidak langsung, pistol ini akan menyerap Mana ku dan di simpan ke "Kapasitor" yang ada di sini" Kiana menunjuk gagang pistol itu.
"Berapa banyak yang di serapnya?"
"Sangat sedikit, lalu. Sebenarnya, kapasitor ini tidak benar-benar menyimpan Mana ku. Bisa di bilang, kalau kapasitor ini hanyalah penghubung antara ku dan pistol ini"
"Berarti, kau diharuskan untuk langsung menembak. Begitu Mana mu mengalir ke pistol itu?"
"Benar, aku juga sudah mulai belajar cara menembakkan peluru elemen" Kiana mengangguk.
"....." Orion diam sesaat.
"Kiana, apa kau mau ikut bersama ku dan Zealot untuk menjelajahi hutan?"
"Menjelajahi hutan? Itu terdengar keren, aku mau" Kiana mengangguk kembali.
"Baiklah, kalau begitu. Besok kita akan berangkat, aku akan mengajak Kiara juga..." Orion berdiri.
"Oh, terima kasih karena sudah menjelaskan tentang pistol kepada ku. Itu sangat berarti" Orion tersenyum tipis.
"I-Iya, lagipula itu hanya hal kecil" Kiana menjadi gugup.
"Tapi hal besar bagi ku" Orion menatapnya sesaat lalu pergi ke tempat Kiara.
"..." Kiana diam di sana, entah kenapa dia merasa sangat senang dengan wajah yang tersenyum dengan sendirinya.