"Cha, jadi gimana lu terima ga?"
"Cha, cepetan Cha jawab itu dia nungguin."
"Cha, lu denger ga sih apa yang gw bilang."
Acha menggeram kesal karena ulah teman sebangku nya itu. Dari tadi terus-terusan bertanya bagaimana jawaban nya.
Sebelumnya Acha ingin bercerita sedikit, beberapa hari yang lalu ada teman sekolah satu angkatannya menyatakan perasaannya kepadanya. Acha yang memang belum pernah berpacaran bingung ingin menjawab apa.
Acha meminta waktu untuk berpikir sebentar, Acha kira setelah itu dia tidak akan di tanya-tanya lagi mengenai jawabannya.
Tetapi dugaan Acha salah, teman sebangku nya terus menerus menanyakan pertanyaan tersebut. Padahal Acha sudah bilang berkali-kali bahwa dia akan memikirkannya terlebih dahulu.
Tampaknya teman sebangku Acha yang bernama Fania sangat tidak sabaran. Karena itu Acha spontan mengatakan, "Iya iya gw terima, bawel banget lu. Puas lu sekarang?" ujar Acha dengan ketus.
Fania tersenyum lebar mendengar perkataan Acha, "Serius lu ca? Gw harus kasih tau Zidni nih," setelah itu Fania langsung pergi menuju kelas yang ditempati oleh Zidni. Orang yang menyatakan perasaan kepadanya adalah Zidni.
Zidni kelas XI Ipa 1, sedangkan Acha dan Fania kelas XI Ipa 2. Walau kelas mereka bersebelahan, tapi Acha dan Zidni sangat jarang sekali bertemu.
Saat bertemu pun hanya bertegur sapa, tidak pernah mengobrol panjang. Maka dari itu Acha sedikit bingung saat Zidni bilang bahwa dia menyukai Acha dan meminta Acha untuk menjadi pacarnya.
Padahal saat ini Acha sedang suka dengan salah satu teman sekelasnya. Namanya Farel, Acha ingin menolak Zidni pada awalnya. Tetapi karena Fania sangat rusuh, jadi dia spontan menerima ajakan Zidni.
Acha merasa bersalah karena menerima Zidni dengan tidak sungguh-sungguh. Acha berjanji akan mengatakan semuanya ke Zidni.
***
1 tahun kemudian...
Tidak terasa hubungan Acha dengan Zidni sudah berjalan 1 tahun. Dari yang awalnya Acha ingin menolak, kemudian menerima karena di desak, ingin memutuskan sebelum terlambat, sampai akhirnya hubungan ini berjalan selama 1 tahun.
Hubungan Acha dan Zidni berjalan tidak mulus-mulus saja, lumayan banyak kendala yang didapatkan mereka. Mereka pun sering bertengkar karen hal sepele. Tetapi mereka menyelesaikan nya dengan salah satu dari mereka meminta maaf duluan.
Walaupun sudah 1 tahun mereka bersama, Acha masih belum melupakan perasaannya kepada Farel. Acha masih terus mengingat Farel, karena Farel dan Acha memang satu kelas. Sedangkan Acha dan Zidni berbeda kelas.
Jadi, waktu yang dihabiskn Acha lebih banyak bertemu dengan Farel ketimbang Zidni. Tapi entah kenapa Acha tidak tega untuk mengakhiri hubungan nya degan Zidni.
Sekarang Acha, Zidni, Farel, dan Fania sudah kelas XII. Dan ternyata mereka berempat satu kelas, kali ini akan berbeda suasananya. Karena terdapat dua cowok yang sangat berharga bagi Acha.
Acha dan Fania duduk barisan kedua paling depan, karena Acha dan Fania memang memiliki mata minus. Hanya saja mereka berdua tidak mau memakai kacamata minus jadilah mereka duduk di bangku paling depan dekat dengan meja guru.
Zidni duduk di barisan pertama bangku paling depan, sama dengan Acha dan Fania. Berbeda dengan mereka, Farel memilih bangku paling belakang.
Hari-hari mereka lewati dengan canda tawa, tak luput juga pertengkaran Acha dengan Farel. Seperti saat ini entah sedang meributkan apa yang pasti keduanya sama sekali tidak mau mengalah.
"Ih, lo gimana sih Rel itukan gw duluan yang bilang mau minjem kenapa jadi nyelak sih curang lo."
"Lah yang megang duluan kan gw, jadi bukan salah gw dong. Kan siapa cepat dia dapat."
"Dih mana ada kayak gitu, itu namanya curang. Gw ga mau tau siniin labelnya gw mau make duluan, lagi buru-buru nih gw."
"Ogah, gw juga lagi buru-buru kali emang lu doang. Tunggu gw selesai baru lu make labelnya."
"Gak mau pokoknya gw duluan sini."
"Gak, gw duluan. Gw yang ngambil duluan."
"Tapi gw yang izin duluan buat minjem ke Orion. Masa lu duluan yang make."
"Siapa suruh lu lelet, salah sendiri."
"Nyebelin banget sih lo jadi orang, sini gak label nya."
Akhirnya terjadi tarik menarik antara Farel dan Acha. Kegiatan itu berlangsung lama sampai pada akhirnya perkataan Orion menghentikan kegiatan mereka.
"Kalo kalian ga berhenti juga, gw gabakal kasih pinjem itu label. Sampe kalian melas-melas sekalipun gw ga akan kasih pinjem."
Acha dan Farel sontak berhenti dari kegiatan mereka dan menoleh bersamaan ke arah Orion sambil berkata.
"KOK GITU," ucap mereka bersamaan.
Mereka saling bertatapan dan memelototi satu sama lain, "Kok lu ngikutin gw," ucap mereka bersamaan untuk kedua kalinya.
Mereka kembali melototi satu sama lain. Orion yang mendengar itu tertawa dan berkata, "Kalo sampe ketiga kalinya kalian ngomong barengan. Fix kalian jodoh."
"OGAH," mereka menoleh horor satu sama lain. Sedangkan Orion disana sedang terbahak-bahak menyaksikan kejadian yang menarik ini.
"Bhahahahahahaha, bener kan apa kata gw. Fix kalian jodoh," Orion tertawa sampai mengeluarkan air matanya.
"Ini semua gara-gara lo," lagi untuk yang keempat kalinya mereka mengucapkan dengan bersamaan.
Tawa Orion semakin kencang, sampai yang ada didalam kelas meringis takut ada guru yang mendengar dan mendatangi kelas mereka.
Karena kesal, Acha melepaskan pegangan tangan nya dari label itu. Acha segera memukul-mukul Orion yang masih saja tertawa menggunakan buku Orion sendiri.
"Mampus..mampus..mampus. Puas hah ketawain gw sama Farel, PUAS! Makan nih serangan gw." Acha benar-benar melampiaskan amarahnya kepada Orion. Karena Farel tidak mengalah dan juga karena Orion menertawakan dirinya hingga membuat dirinya malu.
"Aduh..aduhh..duhh Cha. STOP! STOP! buset Cha ganas banget lo, sakit semua badan gw." ujar Orion menahan sakit ditubuhnya. Acha yang tadinya sudah menghentikan pukulannya ke Orion ingin melayangkan nya lagi.
"Eh..eh..lu mau ngapain?"
"Mau mukul lu lagi."
"Eitss, tunggu dulu dong Cha. Kita damai ya peace ga lagi deh gw ketawain lu." ujar Orion sambil mengacungkan tanda peace ke hadapan Acha.
Acha menarik napas dalam dalam lalu mengembuskannha. Acha meletakan buku itu ketempat semula dan langsung duduk dibangkunya sendiri.
Merasa di tatapi oleh Farel, Acha tersinggung. "Apa liat-liat! Mau gw pukul juga?" ujar Acha sambil melotot.
Farel meneguk ludahnya mendengar nada ketus tersebut, "Yeuh ge-er. Orang lagi liatin Orion, kasian noh dia kesakitan abis digebukin saman nenek lampir."
Acha melotot mendengar Farel mengatakan dirinya nenek lampir. Acha sudah bersiap untuk menggebuk Farel ketika Farel menghindar dan langsung bersembunyi di bangku nya.
Acha menghembuskan nafasnya untuk mengatur emosinya. Setelah itu Acha tersenyum kecil, sangat kecil sampai tidak ada orang yang tau kalau Acha tersenyum. Tanpa disadari Acha kejadian itu tak luput dari seseorang yang duduk satu jurusan barisan dengannya. Orang itu adalah Zidni yang mengamati dalam diam bagaimana 'pacarnya' berinteraksi dengan Farel.
***
Seminggu kemudian...
Setelah insiden tarik-menarik antara Farel dengan Acha, sampai akhirnya Orion lah yang menjadi sasaran amarah Acha tidak ada yang berbeda.
Pertengkaran Acha dan Farel semakin intens. Tiada hari mereka lewati tanpa bertengkar. Ada saja hal sepele yang membuat mereka bertengkar.
Entah itu karena Farel yang jahil lalu Acha membalas, atau Acha yang jahil lalu Farel membalas. Ke jahilan mereka berakhir pertengkaran adu mulut soal siapa yang memulai duluan dan siapa yang salah.
Mereka belum berhenti kalau salah satu dari mereka mengalah atau ada yang memisahkan mereka. Sayangnya sifat Acha dan Farel sama sama tidak mau mengalah, mereka seperti anak kecil yang tidak mau kalah dari temannya.
Akhirnya, pertengkaran mulut itu diakhir dengan Acha yang marah kepada Farel. Dan Farel yang meminta maaf ke Acha, begitu seterusnya tidak akan ada habisnya.
Puncak pertengkaran mereka waktu Farel tidak sengaja menampar Acha. Acha yang marah menampar balik Farel, Farel yang tidak terima karena Farel pikir dia sudah meminta maaf membalas Acha.
Mereka terus menampar satu sama lain sampai pipi mereka merah. Mereka baru berhenti ketika Guru datang, keesokan harinya tidak ada pertengkaran. Acha sedang fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Kebetulan Farel pada saat itu pindah duduk dengan Orion yang dimana berada tepat dibelakang bangku Acha. Farel saat itu sedang kedal dengan Fania dan ingin menabok Fania. Bertepatan dengan Acha yang berdiri, dan akhirnya malah Acha yang tertampar.
Acha tidak membalas. Acha hanya memejamkan matanya dan berkata, "Gw salah apa Rel, gw lagi ga ngapa-ngapain lu juga," ujar Acha dengan suara menahan tangis.
Farel yang melihat itu merasa bersalah, "Eh sorry..sorry Cha. Gw ga sengaja gw mau nabok Fania. Gw kesel banget sama itu anak, tapi lu nya malah bangun."
Fania yang mendengar itu melotot, Farel melototi balik Fania. Fania terdiam karena dia tau dia salah sudah membuat Farel kesal.
"Jadi, ini salah gw? gw emang salah mulu di mata lu gada benernya."
"Bu-bukan gitu maksud gw Cha. Gw beneran ga sengaja."
Acha menghela napas, dia sedang tidak mood untuk bertengkar dengan Farel. Akhirnya Acha duduk kembali di bangku nya dan menelungkup kan kepalanya ke tangannya.
"Cha, gw minta maaf Cha. Gw ga sengaja deh suer."
Acha hanya berdehem mengiyakan, "Lu beneran maafin gw kan Cha." ujar Farel lagi.
"Iya rel, gusah dipikirin. Gw gapapa, gw cuman ngantuk."
Mendengar itu Farel sedikit lega, tapi dia tidak tau bahwa sebenernya Acha sedang menahan suaranya agar tidak bergetar karena tangisnya.
Setelah kejadian itu anak-anak kelas XII melewati hari-hari mereka dengan damai. Tidak ada lagi pertengkaran antara Farel dan Acha. Mereka sampai terheran-heran melihat Acha tidak membalas perkataan Farel saat Farel mengejeknya.
Acha hanya diam dan pergi tanpa sepatah kata pun. Mereka yang melihat itu heran tak terkecuali Farel. Farel merasa ada yang berbeda dari Acha.
Acha seperti menghindari dirinya ketika melihat dirinya ada. Farel tidak tau dimana kesalahannya, Farel pikir masalah waktu itu Acha sudah memaafkan nya. Apa ada lagi kelakuan Farel yang membuat Acha marah?
Farel masih berusaha mendekati Acha untuk bertanya kenapa Acha menghindarinya. Tapi setiap ada kesempatan selalu saja ada kendala. Membuat Farel frustasi karena kejadian ini, Farel merasa kehilangan Acha. Farel sadar dia sudah jatuh cinta terhadap Acha.
Sampai pada akhirnya perjuangan Farel untuk mendekati Acha berhasil. Saat Acha sedang berjalan sendirian, Farel langsung menarik tangan Acha ke arah taman belakang.
Acha sempat menolak dan memberontak, tapi Farel memelas untuk memohon kepada Acha untuk mengikutinya. Sampailah mereka di taman belakang.
"Gw gamau basa-basi lagi. Gw udah nunggu lama buat nanya ini. Kenapa lu ngehindarin gw?"
"Gw ga ngehindarin lu ge-er lo," Farel tau Acha berbohong kepadanya, terlihat dari matanya yang tidak mau menatap kearahnya.
"Gw tau lu bohong, sekarang jawab pertanyaan gw. Gw ada salah apa sama lu? Bukannya waktu itu kesalahan yang gw perbuat gw udh minta maaf ke lo? Dan lu juga udh maafin gw."
"Gw kan udah bilang, gw ga ngejauhin lu, dan lu juga gada salah sama gw."
"Ga mungkin, buktinya lu belum jawab pertanyaan gw. Berarti bener gw ada salah sama lu cuman lu gamau ungkapin dan malah ngehindarin gw. Jangan gini Cha kalo gw ada salah bilang ke gw, jangan jauhin gw."
"Lu kenapa sih Rel, bukan harusnya lu seneng karena gada yang ganggu lu lagi?Kenapa jadi lu melas-melas ke gw? Kan gw udh bilang lu gada salah sama gw, kenapa jadi ngotot banget lu punya salah?"
"Gw tau lu orangnya gimana Cha, gamungkin lu kayak gini kalau gw gada salah sama lu."
"Jangan sok-sokan kenal gw deh."
"Gw serius Cha, gw tau sifat lu. Gw tau karena dua tahun kita satu kelas Cha. Gw selalu liatin gerak-gerik lu, dari awal gw tau lu sekelas sama gw. Gw gabisa ngalangin pandangan gw buat ga natap lu terus Cha. Awalnya gw kira gw cuman penasaran sama lu karena sifat lu yang keliatan ceria diluar tapi lu tertutup dari dalam. Lu menyimpan banyak rahasia yang gw dan orang lain ga tau. Semenjak itu gw pengen deket dan jadi temen lu, tapi gw terlalu gengsi buat mulai duluan. Sampe ada kabar kalo lu pacaran sama Zidni, anak sebelah yang notabenya sahabat gw. Entah kenapa saat itu hati gw sakit, dan perlahan gw mundur ngejauh dari lu. Gw mencoba ga memperhatikan lu lagi tapi susah. Gw gabisa, pandangan gw terus menerus terpaku ke lo. Saat itu gw sadar gw udah mulai suka sama lu Cha. Gw mencoba ngilangin perasaan itu ke lo, tapi ga bisa gw malah semakin terjerat dalam pesona lu. 1 tahun gw nahan itu semua karena lo masih pacar dari sahabat gw, sampe akhirnya gw punya kesempatan karena yang gw denger kabar kalo lu udh putus sama Zidni."
"Berbagai cara Cha, biar gw bisa terus deket sama lu. Kejahilan gw ke lu bukan tanpa alasan Cha, alasanya karena gw pengen terus deket sama lu. Gw seneng kita sedekat itu, sampe saat itu gw bener-bener gak sengaja nampar lu dan gw merasa bersalah banget Cha. Gw gabisa tidur karena terus kepikiran kejadian itu, terlebih lagi besoknya lu malah ngejauhin gw tanpa alasan yang jelas. Gw bingung Cha gw harus apa, setiap gw mau ngedektin lu pasti ada kendala. Sampe akhirnya sekarang gw punya kesempatan dan gw mau nanya sekaligus ungkapin apa yang selama ini gw pendam." ucap Farel dengan panjang dan lebar.
Acha sangat shock mendengar semua perkataan dari Farel, "ga mungkin lu pasti bohong."
"Ga Cha gw serius, gw ga bohong. Gw suka sama lu semenjak kita satu kelas. Cuman karena status lu masih pacar sahabat gw, gw gamau ngerebut lu dari Zidni dan ngancurin persahabatan gw sama Zidni. Jadi gw ngalah sama Zidni, walaupun gw harus sakit tiap kali ngeliat lu sama Zidni jalan bareng."
"Hiks..hiks..hiks..hikss... Lu jahat.. Hikss.. Ke..na..paa.. Ga bilang gw kalo lu suka sama gw hiks.. Kalo lu bilang lu suka sama gw..hiks... gw gabakal mungkin jadian sama Zidni karena gw sukanya sama lu bukan sama Zidni."
"Maksud lo? Gw gapaham."
"Ihh gw tuh suka sama lu Rel dari kelas X. Cuman lu tuh tertutup jadi gw ga berani untuk sekedar nyapa dan minta jadi temen lu."
"Jadi, selama ini kita sama-sama punya perasaan yang sama? Tapi karena salah paham kita jadi kayak gini?"
Acha mengangguk masih sambil sek-segukan, Farel megusap wajahnya dan tersenyum, "Ga nyangka perasan gw terbalas, gw kira lu gasuka sama gw malah suka sama Zidni."
Acha sekali lagi mengangguk mengiyakan, "Ehm...Rel ada yang mau gw kasih tau. Sebenernya gw sama Zidni waktu itu masih pacaran, cuman emang gw yang bilang ke Zidni buat nutupin hubungan kita. Zidni sempet ga setuju tapi gw mohon mohon ke Zidni biar dia setuju. Akhirnya Zidni setuju, tapi gw ga nyangka gw malah deket sama lu. Dan ada salah satu temen sekelas kita yang ngelabarak gw katanya gw cewek gatel yang embat dua cowok, padahal maksud gw bukan gitu. Tapi mereka tetep ngata-ngatain gw, akhirnya gw beneran mutusin Zidni dan ngejauh dari lu. Bukan karena gw dikata-katain, tapi karena setelah lulus dari sini gw bakal kuliah di luar negri selama 5 tahun lamanya. Zidni nerima keputusan gw, dan dia juga bilang gamau hubungan yang hanya sepihak lagi pula dia juga punya seseorang yang selalu ada di samping dia dan tulus suka sama dia. Lu ingat Fania kan? Fania ternyata udah lamaa suka sama Zidni cuman pas dia tau Zidni suka sama gw
Dia mundur, sama kayak lu dia gamau hancurin hubungan persahabatan dia sama gw juga Zidni. Maaf Rel gw baru cerita ini semua ke lu beberapa hari lagi kita udah mau lulus."
Acha menunduk merasa bersalah, tiba-tiba Acha merasakan tangan seseorang mengangkat dagunya, "Gaush merasa bersalah gitu Cha, gw paham kok santai aja ya. Dan soal lu mau keluar negri, gw juga mau kuliah di luar negri karena permintaan kedua ortu gw. Gw malah bersyukur kita sama-sama keluar negri jadi kita sama-sama bisa nunggu satu sama lain, biar saat kita kembali kita bisa bersama. Omong-omong mau kuliah dimana?"
"Di Ausie," ucap Acha. Sontak Farel tertawa, Acha bingung kenapa Farel tertawa.
"Gw juga di Ausie. Jadi lu nyamain gw nih? Ketara banget gabisa jauh dari gw."
Acha membulatkan matanya mendengar ucapan Farel, "Ihh..apaan sih orang itu pilihan ortu gw, huh ge-er." ujar Acha sambil cemberut.
Tawa Farel semakin keras melihat Acha cemberut, kemudian Farel memeluk Acha setelah tawanya mereda. Acha membalas pelukan Farel.
"Maaf gw ketawain lu, lu ga marah kan."
Acha tersenyum di sela pelukan mereka, "Ga kok tenang aja."
Farel juga tersenyum mendengar nya, "Makasih udah sayang sama gw yang ga sempurna ini, makasih udah ngasih kesempatan buat gw. Gw sayang lu Cha, gw harap rasa ini abadi sampai maut memisahkan kita."
"Sama-sama Rel, gw juga sayang sama lu. Dan gw juga berharap kayak gitu semoga harapan kita terwujud."