"Bagaimanapun juga aku adalah seorang wanita yang sudah berstatus tunangan orang," ucap Gu Xiaoran untuk kembali mengingatkan Mo Qing. Pria itu tampaknya lupa kalau dirinya sendiri yang menginginkan agar Gu Xiaoran menikah dengan Han Ke. Dia saat ini benar-benar tidak paham akan apa yang sebenarnya ada di dalam kepala pria sinting ini.
Alih-alih merasa diperingati, Mo Qing malah mencibir saat mendengar ucapan Gu Xiaoran barusan. "Kalau begitu, aku ingin mencoba perbedaan antara melakukannya dengan tunangan orang dan dengan yang kemarin. Kira-kira bagaimana ya rasanya?" cibirnya dengan santai.
Jika tadi boleh dibilang masih ada keragu-raguan di dalam hatinya, namun tidak dengan saat ini. Kini Mo Qing telah yakin bahwa dia tidak akan melepaskan Gu Xiaoran lagi walau hanya untuk sekali saja. Gadis di hadapannya ini adalah miliknya dan dia berjanji untuk tidak akan pernah membiarkan pria lain menyentuh wanitanya. Bahkan, Han Ke yang sudah resmi bertunangan dengan gadis itu sekalipun, tidak akan dibiarkannya untuk menyentuhnya.
Ekspresi wajah Gu Xiaoran berubah. Dia kini menyadari bahwa statusnya sebagai tunangan orang tidak dapat menghentikan pria iblis ini untuk melakukan apa yang diinginkannya. "Mo Qing, aku benar-benar tidak tahu bagaimana kebakaran dapat terjadi malam itu. Sungguh… Aku tidak mengetahui apa-apa tentang hal itu," katanya berusaha meyakinkan Mo Qing.
"Kamu memang tidak membunuh Bo Ren, namun yang pasti Bo Ren mati karena kesalahanmu. Gu Xiaoran, hutangmu yang satu ini, menurutmu bagaimana kamu dapat membayarnya?" tanya Mo Qing dengan datar.
Jika bukan karena lelucon konyol dan kebohongan Gu Xiaoran padanya, Mo Qing pasti tidak akan sampai lengah membiarkan orang lain memanfaatkannya dan membiarkan api membakar habis semuanya. Terlebih lagi, bagaimana mungkin dirinya dapat membiarkan arsip penting rahasia perusahaan diambil oleh orang lain, sehingga menyebabkan ayahnya harus masuk penjara. Juga ibu dan saudara perempuannya sampai disiksa secara sadis hingga mati mengenaskan.
Mendengar perkataan Mo Qing barusan membuat dada Gu Xiaoran bagaikan dihantam dengan sebuah batu besar. Begitu sesak rasanya ketika kembali teringat akan kejadian di hari itu. "Aku tidak mengirimimu pesan singkat di hari itu. Aku hanya mendengar bahwa kamu kemungkinan akan pergi ke tempat itu. Maka aku memutuskan untuk pergi ke sana karena hanya ingin…." tutur Gu Xiaoran berusaha menjelaskan pada Mo Qing sebelum priaitu memotong perkataannya.
"Hanya menginginkan diriku?" potong Mo Qing dengan datar. Dia sudah tidak ingin lagi mendengar kebohongan-kebohongan yang dibuat oleh Gu Xiaoran. "Karena kamu begitu menginginkanku, maka sekarang aku sepenuhnya milikmu," imbuhnya lagi dengan nada menggoda.
"Tidak…" balas Gu Xiaoran cepat. Dia masih muda pada waktu itu, rasa sukanya pada Mo Qing hanyalah cinta monyet yang sama sekali tidak mengharapkan balasan lebih. Dia sudah sangat bahagia jika dapat menatap pria itu dari jauh. Sering kali dia sengaja menunggu di tempat yang sering dikunjungi oleh pria itu demi dapat memandangi wajah tampannya beberapa saat.
Masih teringat jelas di ingatan Gu Xiaoran. Hari itu dia mendengar desas-desus bahwa Mo Ziyan akan berkencan dengan gadis yang disukainya di tempat itu. Maka dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk melihat sekilas seperti apa gadis yang disukai oleh pria itu. Tetapi tiba-tiba pria itu muncul, lalu menghampirinya dengan ekspresi marah dan tatapan mata yang begitu tajam. Sebuah kantong besar berisi uang tunai dilemparkan ke kakinya dengan marah. Lalu pria itu bertanya padanya apakah lelucon seperti ini lucu baginya.
Gu Xiaoran benar-benar tidak mengerti apa yang maksud perkataan pria itu. Hingga akhirnya Mo Ziyan melemparkan ponselnya dan menunjukkan pesan masuk yang dikirim dari ponsel miliknya yang mengatakan bahwa dia sedang diculik dan membutuhkan uang tebusan untuk menyelamatkannya.
Ketika membaca pesan tersebut, Gu Xiaoran sangat kebingungan. Dia tidak pernah mengirimkan pesan semacam itu pada Mo Ziyan dan juga tidak ada catatan pengiriman pesan seperti itu di ponselnya. Dia sungguh-sungguh tidak mengetahui siapa pengirim pesan itu dan bagaimana nomor ponselnya dapat tertera sebagai pengirimnya.
Akan tetapi, pada waktu itu sebenarnya Gu Xiaoran merasa senang karena melihat wajah tampan Mo Ziyan yang terlihat marah, serta uang yang susah payah dibawanya untuk menyelamatkannya. Paling tidak, dia tahu bahwa pria itu peduli dan mengkhawatirkan keselamatannya.
Namun naasnya, malam itu terjadi sebuah malapetaka yang seolah sengaja membuat Mo Ziyan lengah agar dapat menyerang keluarganya. Mulai sejak saat itu, pria tersebut menganggap bahwa Gu Xiaoran telah berbohong dan membuat lelucon bodoh yang mengakibatkan kebakaran terjadi. Tidak peduli bagaimana dia berusaha menjelaskan, pria tampan itu sama sekali tidak ingin percaya pada perkataannya lagi.
Gu Xiaoran sama sekali tidak mengerti sesungguhnya apa hubungan Mo Ziyan dengan direktur Mo Zhenzhong. Dia hanya mengerti bahwa pria itu sangat membencinya setengah mati. Selama beberapa tahun terakhir, dia terus berusaha untuk menemukan siapa pengirim pesan yang sebenarnya, namun hingga kini tidak ada jawaban atas misteri tersebut.
"Mengapa? Apa cara seperti ini membuat hatimu terluka?" ucap Mo Qing yang sama sekali tidak ingin mendengarkan penjelasan Gu Xiaoran lagi.
"Jangan begini…" kata Gu Xiaoran lirih sambil menarik napas dalam-dalam.
"Ayolah, jangan memberiku ekspresi menyedihkan seperti ini. Seolah-olah kamu tidak menikmatinya," imbuh Mo Qing dingin.
Menikmati? Aku menikmati hal ini dia bilang? Batin Gu Xiaoran sambil menggertakkan giginya dengan begitu marah mendengar perkataan kurang ajar Mo Qing. Saat dimana dia sudah tidak ingin hidup lagi setelah menerima semua penghinaan ini, bisa-bisanya pria itu menyebutnya sebagai semua kenikmatan.
"Benar-benar tidak tahu malu!" seru Gu Xiaoran dengan kesal. Dirinya merasa begitu terhina saat ini. Sampai-sampai dia berpikir, akan lebih baik jika dirinya mati sekarang juga.
Tiba-tiba, entah mendapat kekuatan dari mana, Gu Xiaoran segera mendorong tubuh Mo Qing dengan kasar dan berlari menuju pintu. Akhirnya dengan susah payah dia dapat meraih gagang pintu dan bersiap keluar, namun pintu tersebut malah dihantam keras hingga kembali tertutup. Kemudian dia merasakan kedua tangannya ditahan di belakang dan tubuhnya ditekan kuat oleh tubuh pria itu hingga menempel ke daun pintu.