***
"Kazuya?" gumam Hikaru melihat dari tangannya yang selalu menutupinya. Kazuya tersenyum di depannya, benar.., Kazuya ada bersama dengannya.
dia tidaklah sendirian.
ada Kazuya bersamanya, dan yang lainnya juga selalu memperhatikannya.
Hikaru tidak pernah sadar, karena selalu bersembunyi dalam dunianya sendiri.
Hikaru tidaklah sendirian.
Hikaru mengangkat kepalanya yang selalu menunduk, ibunya yang pelan mendekat. Hikaru bisa melihatnya, Hikaru membuka matanya lebar lebar. dan ibunya mengarahkan tongkatnya pada Hikaru dengan cepat. namun, ibunya terdiam tidak percaya dengan tangannya yang ditahan oleh Hikaru.
"Hikaru..kenapa?"
Hikaru tersenyum disana, senyuman yang sebelumnya tidak pernah bisa di ukir oleh Hikaru. karena Hikaru selalu hidup dalam ketakutan, namun Hikaru menyadari bahwa dia tidak sendirian.
ada dunia lain yang begitu indah.
"Ibu...aku tidak butuh ibu.." seru Hikaru, ibunya menekukkan dahinya sangat marah mendengarkan Hikaru yang mengatakan hal kurang ajar padanya.
"apa yang kau katakan Hikaru! dasar anak nakal!" seru ibunya, mengarahkan tangannya menampar pipi Hikaru.
hingga menampar angin, karena Hikaru dengan tenang menghindar, dan melepaskan tangannya membuat ibunya hampir saja kehilangan keseimbangan. ibunya mengambil nafas tersengal-sengal, menatap Hikaru yang kini hanya menatapnya dengan datar.
tanpa adanya ketakutan.
ibunya mengenggam tangannya, "Kenapa kau menatap ibu seperti itu!, apa kau tidak tau semua yang kulakukan adalah demi kebaikan mu!" seru ibunya dengan nada dinaikkan.
semuanya-? lucu sekali..yang ibu, ayah dan kakak lakukan hanya terus menerus menyakitinya, dengan alasan cinta-?
Hikaru masih mengingat betapa ayahnya yang begitu murka hanya karena nilai Hikaru tidak sempurna, dan kakaknya yang selalu menyiksanya tanpa ada yang melihatnya, untuk dapat mengutarakan rasa kebenciannya.
sejak kapan mereka mencintaiku-?
tidak pernah sekalipun.
ibunya terus berusaha untuk memukulnya, dan Hikaru yang dengan mudah menghindarinya. ternyata, setelah Hikaru menyadarinya bahwa ketakutannya sangatlah sederhana.
tidaklah menakutkan. selama ini Hikaru, menganggap kalau semuanya adalah bayangan hitam yang menakutkan.
karena Hikaru selalu terjebak disana, dan selalu menunduk. dan sekarang, Hikaru bisa melihat semuanya. bayangan hitam yang kini hanyalah manusia biasa, seseorang yang sama sepertinya. dan nyatanya semuanya sama, ruangan yang sama. hembusan angin yang sama, yang berbeda adalah pemikiran Hikaru akan semuanya.
Brak!
ibunya melemparkan tongkat yang di genggamnya dengan geram, dan mengenai pipi Hikaru menciptakan bekas luka disana, darah menetes dan ibunya tertawa puas menikmatinya.
namun tawanya terhenti, saat ibunya melihat Hikaru yang menatapnya dengan tatapan yang masih sama, tanpa adanya sedikitpun ketakutan.
hanya ada wajah yang dingin, seolah yang dilakukannya bukanlah apa-apa.
"kenapa ibu tertawa?" tanya Hikaru, mengusap darah di pipinya. ibunya, mengenggam tangannya erat merasa sangat marah. kuku-kukunya yang memanjang menancap kulitnya, membuat luka yang mengalir dari sana.
"kenapa?! kenapa kau seperti itu!" teriak ibunya, menatap dengan wajah marah.
wajah yang terlihat menjijikan.
melihat bahwa Hikaru bukanlah siapa siapa, melainkan sebuah barang.
"kau seharusnya ketakutan! keluarga kita yang sempurna! apa kau tidak takut kehilangan semuanya?!" seru ibunya, memegangi dadanya dengan ketakutan. Hikaru hanya terkekeh disana.
tidak lagi ketakutan, seperti yang sebelumnya. Hikaru menatap ibunya yang ternyata begitu rapuh, rasa sakit yang ternyata tidak seberapa.
"tidak ibu...aku tidak pernah sekalipun membutuhkan semuanya.." bisik Hikaru, merasakan hatinya begitu sakit.
Hikaru hanya butuh kasih sayang.
bukan kasih sayang yang menyakitinya.
"apa yang kau katakan! anak tidak tau diri, padahal ibu sudah berusaha, padahal ibu ingin kau sempurna!" seru ibunya menggigiti jarinya frustasi.
"aku tidak ingin sempurna.., aku bukanlah barang ibu...aku manusia, tidak pernahkah ibu berpikir seperti itu?" seru Hikaru menatap ibunya dengan tatapan yang sangat menyedihkan.
ibunya menatapnya garang, "kau hanya harus menuruti ibu! semua yang kami lakukan adalah demi dirimu!" seru ibunya, Hikaru hanya tersenyum sendu.
sepertinya benar.. ibu tidak pernah sekalipun menyayanginya, sepertinya Hikaru akhirnya mendapatkan jawaban nya, alasan Hikaru selalu ketakutan.
selamanya, bagi Hikaru. ibu dan keluarganya adalah bayangan hitam.
Hikaru melihat dengan mata hitamnya, ibunya yang seperti bayangan hitam dan akan seperti itu dalam kehidupannya.
Hikaru perlahan berbalik, berapa kali pun Hikaru mengatakannya, tidak akan pernah berubah. karena ibunya, tidak keluarganya tidak pernah sekalipun menyayanginya, mereka tidak pernah sekalipun menganggapnya ada.
Hikaru meraih kenop pintu. sudah saatnya Hikaru untuk meninggalkan semuanya, meninggalkan bayangan hitam dan ketakutannya sendirian, dan Hikaru akan memulai kehidupan yang baru. dan pergi dari tempat ini. dari tempat yang selalu membelenggunya.
ibunya menatapnya dengan gemetaran, mendekatinya namun Hikaru hanya berbalik menatap dengan wajah datar, tanpa adanya ketakutan. tanpa adanya warna yang selalu sama sepertinya.
warna yang berbeda.
"ibu... terimalah atas segalanya, dan aku akan menjalaninya sendirian, karena aku adalah Hikaru...aku yang akan mencari kebahagiaan ku sendiri, Ibu.." seru Hikaru sebelum menutup pintunya dan meninggalkan ibunya seorang diri.
Hikaru berdiam di pintu, benar ini adalah yang terbaik baginya. Hikaru melihat ke arah langit langit rumah sakit, anehnya Hikaru malah merasa lega dengan semuanya. merasa lega, seolah semua bebannya terangkat. angin yang terasa jauh lebih menyejukkan dari biasanya.
Hikaru melangkah untuk pertama kalinya menuju ke kebahagiaannya, jauh dari masa lalunya yang kelam.
langkah pertama untuk Kebahagiaannya dan Kehidupannya sendiri.
***
sosok wanita paruh baya itu hanya diam, kejadian beberapa menit dan sekarang dirinya hanya seorang diri.
wanita paruh baya itu, mengarahkan tangannya, ke arah pintu yang kini tidak ada siapapun disana.
"jangan..jangan tinggalkan aku.." seru wanita paruh baya itu, merasakan rasa kesepian merambati ke Jiwanya.
dan tidak lama tertawa, meraih tongkat dan mulai memukul angin di sana.
"haha! kau tidak akan bisa bebas Hikaru!, untuk Selamanya!"
"haha! kau akan selalu ada disini!"
suara tawa wanita paruh baya yang akan selalu terdengar di rumah sakit jiwa dan terjebak dalam kebohongan, kebohongan yang menyelamatkannya dari kebenaran yang sebenarnya.
kebohongan yang membuatnya bahagia daripada kebenaran yang sebenarnya.
***