Rasa gugup di perut Kimberly berkecamuk bak balet yang panik saat ia memasuki jalur valet restoran. Pukul sebelas pagi telah datang terlalu cepat, dan nasihat dari ibunya tentang Ryan yang merupakan "pria sopan yang luar biasa" sedikit pun tak mampu menenangkan raganya.
Dengan menarik napas dalam, ia merapikan tali baju ungu yang dikenakannya dan keluar dari mobil. Meskipun Kimberly sudah beberapa kali ke restoran itu di masa lalu untuk pertemuan bisnis, dia tidak pernah merasa setegang ini saat berjalan melewati pintu.
Di dalam, restoran itu adalah simfoni cahaya lembut, percakapan yang hangat, dan suara peralatan makan yang beradu. Seorang pelayan dengan senyum ramah membimbingnya menuju meja di sudut tempat Ryan telah menunggu.
Dia duduk di dekat jendela, wajahnya terlihat bosan. Dia menoleh saat sang pelayan mengantarkannya ke arahnya, semburat kegelisahan terlintas sebelum dia memaksakan senyum menawan.