"Apakah kau datang sendirian?" tanyaku. Dia hanya mengangguk lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang.
"Kau sudah makan?" tanyanya. Ku gelengkan kepalaku.
"Baru sarapan, aku merasa nafsu makanku berkurang. Mungkin karena efek operasi," jawabku.
"Kau mengalami komplikasi? Sudahkah memberi tahu dokter?"
"Aku rasa hanya nafsu makan saja yang berkurang. Ditambah kepalaku agak sakit dan sedikit pusing." Arata hanya manggut-manggut saja. Kini kami saling terdiam. Aku menatap langit yang ada di luar sana, sementara Arata memainkan handphonenya. Tak lama Marie dan Minami masuk ke dalam ruangan ini. Minami berlari menghampiriku dan menanyakan kabarku. Tentu aku menjawab kalau diriku baik-baik saja. Dia begitu lucu, apalagi saat menatapku dengan tatapan khawatirnya.
"Kau tahu, Kakak? Aku melihat gedung yang besar sekali. Aku juga melihat pemandangan kota yang sangat indah, apalagi saat malam hari. Banyak lampu yang berkerlap-kerlip," ungkap Minami. Aku mengangkat kedua alisku.