Alih-alih merasa iba, Mama malah berteriak dan melepaskan emosinya yang sedari tadi ditahan. Dia pun mendekati aku lalu memukuliku dengan brutal. Aku terus berteriak agar Mama menghentikan hal ini. Entah sudah keberapa kalinya, aku memilih untuk melarikan diri dari pukulan Mama. Aku keluar ruangan dan meminta Hotaka untuk menyiapkan mobil karena aku harus ke rumah sakit. Perutku kembali mengeluarkan darah, ku katakan hal itu kepadanya. Segeralah Hotaka berlari menuju ke lantai bawah, sementara aku berusaha untuk menghindari Mama. Aku tak peduli lagi dengan rasa malu. Para karyawan di lantai ini melihat kemarahan Mama yang sedang mengejar aku.
"BERHENTILAH!" teriak Mama. Aku menuruni tangga darurat agar bisa terhindar dari Mama. Kalau aku naik elevator, aku khawatir tak akan sempat. Mama pasti akan mengejarku dan menangkapku layaknya seekor predator yang sedang memangsa buruannya. Sungguh menakutkan sekali.