"Jangan berbicara sembarangan!" bentakku membuatnya mendesis pelan.
"Apa salahnya memberi tahu mereka? Ka-"
"Hentikanlah, Fievero! Rei baru saja datang, sudah lama dia tidak berbicara dengan teman-teman yang lain. Seharusnya kau hargai kedatangannya, bukan malah mengatakan hal yang tidak-tidak dan jangan membuat semuanya menjadi khawatir. Lagi pula ucapanmu tak terbukti, bukan? Buktikan saja dulu, baru berucap." Kini giliran Tasaki yang menukas ucapan Fievero. Bagus, Tasaki! Terima kasih. Kau menyelamatkan aku.
"Hahaha apanya yang perlu dibuktikan? Dia sudah punya buktinya, pinta saja kepada dia," balas Fievero. Aku mengepalkan kedua tanganku. Sial! Dia membuatku semakin kesal. Jika tidak ku tahan emosiku, mungkin aku akan memukulnya. Fievero menoleh, dia menatapku sembari menyeringai.
"Kenapa menatapku seperti itu? Apakah kau takut mereka tahu kalau hidupmu sudah tidak lama lagi? Untuk apa takut? Ka-"