Aku mematung mendengar ancaman Papa di telingaku. Napasku mulai memburu karena saking takutnya, apalagi kini jarak di antara kami cukup dekat. Papa pun mulai menggenggam leherku dan mencekikku dengan kuat. Aku berusaha untuk melepaskan tangan Papa sembari memohon kepadanya. Namun Papa tak merespon dan mengencangkan genggaman tangannya itu membuatku kesulitan bernapas. Aku … aku sangat takut kepadanya, apalagi tatapan matanya itu. Entah kenapa sekarang aku malah ketakutan hebat ketika dekat dengannya, padahal beberapa bulan lalu aku masih bisa melawan bahkan menahan emosiku yang menggebu-gebu. Sekarang emosi itu digantikan dengan rasa takut yang menjalar ke seluruh tubuh.
"Papa ampun! Aku mohon lepaskanlah!" mohonku sembari berusaha untuk menjauhkan tangan Papa dari leherku.
"Sudah tahu kau takut denganku, masih saja melakukan hal yang tidak aku sukai. Lebih baik kau menurut saja daripada kau mendapatkan hal yang sama seperti sebelumnya," kata Papa. Aku menganggukkan kepalaku.