"Kenapa kau berani sekali memberi tahu wanita itu tentang dia?" tanya Fievero. Aku menatapnya.
"Kau tak ingin dirinya menjadi bagian dari keluarga ini, kan? Kalau kau tidak melakukan sesuatu, maka aku yang melakukannya. Aku sudah terbiasa disiksa, dan dimaki-maki. Tak masalah bagiku mati di tangannya, asalkan tak ada orang lain yang menjadi korban," jawabku dengan cepat lalu masuk ke kamarku. Ku tutup pintu seusai berkata begitu kepadanya. Aku sedikit berbohong, sebenarnya aku melakukan hal itu bukan untuk menyingkirkannya, aku hanya ingin menggagalkan pernikahan Papa dan membuat wanita itu meninggalkannya. Dengan begitu, hati Papa akan hancur. Aku ingin melihat kesedihan dia.
Tiba-tiba saja handphoneku berdering, aku langsung menerima panggilan telepon yang masuk. "Rei!" Aku langsung mematung ketika mendengar suara yang tidak asing bagiku.
"Aku mohon jangan menutup teleponnya. Hanya 5 menit, aku mohon! Hanya 5 menit saja!" pintanya di seberang sana.