"Tidak ada satu pun orang yang selamat dari penyakit ini," jawabku. Entah bagaimana raut wajahnya, aku tidak mau melihatnya.
"Kau jangan bercanda, Rei!" tegurnya. Aku tertawa pelan lalu menoleh.
"Bagaimana bisa aku bercanda dengan nyawa?" tanyaku. Kini kami saling pandang. Entah apa yang Arata lihat dariku. Mungkin dirinya tidak percaya, tapi memang itulah yang disampaikan oleh dokter. Entah penyampaiannya ini benar atau tidak, aku hanya bisa mempercayainya. Aku yakin dokter melewati banyak pengalaman dan menangani banyak pasien juga.
Ku lihat Arata memalingkan wajahnya. Dia menunduk. Ku berikan dirinya waktu untuk berpikir. "Pasti ada cara untuk kau sembuh. Tidak mungkin tidak ada, bukan?" tanya Arata.
Aku mengangkat kedua bahuku tanda tidak tahu. Aku menjawab, "Mungkin hanya pengobatan yang akan aku jalani, rehabilitasi juga dan meminum banyak obat untuk menghambat pertumbuhan tumor itu. Namun tetap saja, bertahan selama apapun, aku akan tetap meninggalkan dunia ini."