Seminggu ini rumah Uti selalu ramai. Orang-orang datang silih berganti untuk mengucapkan bela sungkawa, sedangkan saat malam hari rumah ini ramai karena diadakan do'a bersama.
Rumah besar ini tidak pernah sepi, tapi aku selalu merasa sendiri.
Yang kulakukan hanya tidur sampai kepalaku sakit, bangun hanya untuk beribadah, dan tidur lagi. Aku makan saat perut ku sudah mulai memberontak dengan asam lambung yang naik. Aku minum saat tenggorokan dan bibirku sudah sangat kering dan rasanya sakit saat menelan paksa air itu. Rasanya tidak ada semangat untuk melakukan apapun, tidak ada.
Aku baru benar-benar membuka ponsel setelah sepuluh hari kepergian Uti, menemukan ada ratusan pesan masuk yang sebagian besar dari anak kantor yang menunjukkan kekhawatiran karena aku tak kunjung berangkat dan tak ada kabar sama sekali. Mereka merasa bersalah akan kelakuan mereka selama ini, heh?